Jawaban atas pertanyaan di atas mungkin akan sangat beragam. Tapi..., aku yakin sekali kalau mayoritas akan menjawab begini : "Tanpa ijazah kita tidak akan survive, apalagi di era globalisasi ini. Ada ijazah saja nasib juga tidak berubah lebih baik." Iya kan ?
Tapi..., bila pertanyaan itu kita sampaikan pada seorang Ajip Rosidi, maka jawabannya akan berbeda. Mungkin beliau akan menjawab, "Tanpa ijazah bukan berarti tidak bisa meraih keberhasilan. Ijazah bukan harga mati untuk berhasil dalam hidup."
Mungkin kita akan heran dengan pandangan seperti itu. Nah, agar kita tidak makin bertanya-tanya, bagaimana kalau kita mengetahui lebih jauh tentang apa dan siapa Ajip Rosidi. Setuju tidak ?
Ajip Rosidi adalah seorang sastrawan besar. Namanya tak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Namun, pria yang dilahirkan di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, 31 Januari 1938 ini ternyata tidak memiliki ijazah SMA. Beliau drop out dari Taman Madya (SMA), karena beliau memutuskan untuk tidak mengikuti ujian penghabisan (ujian akhir).
Ada dua kejadian penting dalam hidup beliau yang membentuk suatu opini tentang sebuah kelulusan dan ijazah. Kejadian yang pertama adalah saat beliau masih SMP. Saat hendak mengikuti ujian penghabisan beliau jatuh sakit dan oleh pihak sekolah diijinkan untuk mengikuti ujian susulan. Sehingga, selama sakit itu beliau sama sekali tidak pernah belajar dan malah asyik membaca buku sastra. Namun, pada hari pelaksanaan ujian penghabisan, beliau berubah pikiran. Walau masih dalam kondisi sakit, beliau tetap mengikuti ujian tanpa ada persiapan sama sekali.
Saat pengumuman kelulusan terjadi kejutan. Ternyata, beliau dinyatakan lulus ujian sementara seorang temannya yang terkenal rajin dan cukup pandai malah tidak lulus. Kejadian ini membuat beliau berkesimpulan bahwa ujian itu itu untung-untungan saja. Atau hanya kebetulan belaka. Ujian penghabisan ternyata tidak menggambarkan kemampuan murid yang diuji. Karena yang rajin dan pandai bisa jatuh, sementara yang malas dan bodoh bisa lulus.
Kejadian yang kedua juga terjadi waktu hendak ujian penghabisan sekolah. Kali ini ujian saat beliau sekolah di Taman Madya (SMU). Saat itu ramai diberitakan di surat kabar bahwa bahan ujian telah bocor. Menurut beritanya, ada orang yang telah menyogok pejabat yang berwenang agar bisa memperoleh bahan ujian sebelum waktunya. Berita itu sangat mempengaruhi beliau, sehingga akhirnya beliau memutuskan untuk tidak mengikuti ujian penghabisan. Beliau berkesimpulan bahwa ternyata orang-orang hanya menggantungkan hidup dari selembar ijazah.
Jadilah beliau tidak memiliki ijazah dari Taman Madya (SMU). Namun, meskipun tidak memiliki ijazah beliau ternyata bisa menjadi orang 'besar'. Bahkan beliau telah menjadi guru besar tamu di Jepang selama 22 tahun !! Dimulai sejak April 1981, beliau menjadi pengajar Bahasa Indonesia di Osaka Gaikokugo Daigaku (Osaka Gaidai), Osaka, Kyoto Sangyo Daigaku di Kyoto (1982-1996), Tenri Daigaku di Nara (1982-1995), dan di Asahi Cultural Center, Jepang. Hebat bukan ?
Itu belum seberapa, lho. Kesempatan yang beliau peroleh sebagai guru besar tamu di Jepang itu diperoleh tanpa beliau harus susah payah melamar pekerjaan !! Setiap kali beliau selalu ditawari pekerjaan oleh pihak-pihak yang menganggap beliau akan dapat melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Hmmm, menakjubkan ya ?
Lantas..., apa kira-kira kiat beliau agar tetap bisa eksis meski tanpa ijazah ? Inilah jawabannya :
Beliau memang pecinta buku. Bahkan, beliau sudah bisa membaca sebelum masuk Sekolah Rakyat, yang kala itu hanya ada satu-satunya di kota kelahiran beliau. Kegemaran membaca buku itu terus berkembang dari tahun ke tahun. Bahkan selama tinggal di Jepang, beliau dapat membeli lebih dari 200 buku dalam 1 tahun !! Jadi, bisa dibayangkan ya bagaimana rumah beliau ??
Beliau memang selalu membutuhkan buku. Untuk melakukan beberapa pekerjaan yang dipercayakan oleh beberapa pihak padanya, beliau selalu membutuhkan buku. Dan, ternyata itulah kunci kesuksesan beliau selama ini. Jadi..., mari kita belajar untuk lebih mencintai buku !!
Sumber :
Bukuku Kakiku (PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004)
http://ajip-rosidi.com/
http://www.tokohindonesia.com/
Tapi..., bila pertanyaan itu kita sampaikan pada seorang Ajip Rosidi, maka jawabannya akan berbeda. Mungkin beliau akan menjawab, "Tanpa ijazah bukan berarti tidak bisa meraih keberhasilan. Ijazah bukan harga mati untuk berhasil dalam hidup."
Mungkin kita akan heran dengan pandangan seperti itu. Nah, agar kita tidak makin bertanya-tanya, bagaimana kalau kita mengetahui lebih jauh tentang apa dan siapa Ajip Rosidi. Setuju tidak ?
Ajip Rosidi adalah seorang sastrawan besar. Namanya tak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Namun, pria yang dilahirkan di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, 31 Januari 1938 ini ternyata tidak memiliki ijazah SMA. Beliau drop out dari Taman Madya (SMA), karena beliau memutuskan untuk tidak mengikuti ujian penghabisan (ujian akhir).
Ada dua kejadian penting dalam hidup beliau yang membentuk suatu opini tentang sebuah kelulusan dan ijazah. Kejadian yang pertama adalah saat beliau masih SMP. Saat hendak mengikuti ujian penghabisan beliau jatuh sakit dan oleh pihak sekolah diijinkan untuk mengikuti ujian susulan. Sehingga, selama sakit itu beliau sama sekali tidak pernah belajar dan malah asyik membaca buku sastra. Namun, pada hari pelaksanaan ujian penghabisan, beliau berubah pikiran. Walau masih dalam kondisi sakit, beliau tetap mengikuti ujian tanpa ada persiapan sama sekali.
Saat pengumuman kelulusan terjadi kejutan. Ternyata, beliau dinyatakan lulus ujian sementara seorang temannya yang terkenal rajin dan cukup pandai malah tidak lulus. Kejadian ini membuat beliau berkesimpulan bahwa ujian itu itu untung-untungan saja. Atau hanya kebetulan belaka. Ujian penghabisan ternyata tidak menggambarkan kemampuan murid yang diuji. Karena yang rajin dan pandai bisa jatuh, sementara yang malas dan bodoh bisa lulus.
Kejadian yang kedua juga terjadi waktu hendak ujian penghabisan sekolah. Kali ini ujian saat beliau sekolah di Taman Madya (SMU). Saat itu ramai diberitakan di surat kabar bahwa bahan ujian telah bocor. Menurut beritanya, ada orang yang telah menyogok pejabat yang berwenang agar bisa memperoleh bahan ujian sebelum waktunya. Berita itu sangat mempengaruhi beliau, sehingga akhirnya beliau memutuskan untuk tidak mengikuti ujian penghabisan. Beliau berkesimpulan bahwa ternyata orang-orang hanya menggantungkan hidup dari selembar ijazah.
Jadilah beliau tidak memiliki ijazah dari Taman Madya (SMU). Namun, meskipun tidak memiliki ijazah beliau ternyata bisa menjadi orang 'besar'. Bahkan beliau telah menjadi guru besar tamu di Jepang selama 22 tahun !! Dimulai sejak April 1981, beliau menjadi pengajar Bahasa Indonesia di Osaka Gaikokugo Daigaku (Osaka Gaidai), Osaka, Kyoto Sangyo Daigaku di Kyoto (1982-1996), Tenri Daigaku di Nara (1982-1995), dan di Asahi Cultural Center, Jepang. Hebat bukan ?
Itu belum seberapa, lho. Kesempatan yang beliau peroleh sebagai guru besar tamu di Jepang itu diperoleh tanpa beliau harus susah payah melamar pekerjaan !! Setiap kali beliau selalu ditawari pekerjaan oleh pihak-pihak yang menganggap beliau akan dapat melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Hmmm, menakjubkan ya ?
Lantas..., apa kira-kira kiat beliau agar tetap bisa eksis meski tanpa ijazah ? Inilah jawabannya :
"...saya tidak jadi ikut ujian karena saya ingin membuktikan bahwa saya bisa hidup tanpa ijazah. Untuk memenuhi niat itu, saya berpendapat bahwa saya harus membaca buku sebanyak-banyaknya, lebih daripada yang dibaca oleh mereka yang bersekolah. Saya yakin kalau saya memperlihatkan prestasi sebagai hasil bacaan saya, saya tak kan kesulitan dalam hidup." (Ajip Rosidi, dalam Bukuku Kakiku)
Beliau memang pecinta buku. Bahkan, beliau sudah bisa membaca sebelum masuk Sekolah Rakyat, yang kala itu hanya ada satu-satunya di kota kelahiran beliau. Kegemaran membaca buku itu terus berkembang dari tahun ke tahun. Bahkan selama tinggal di Jepang, beliau dapat membeli lebih dari 200 buku dalam 1 tahun !! Jadi, bisa dibayangkan ya bagaimana rumah beliau ??
Beliau memang selalu membutuhkan buku. Untuk melakukan beberapa pekerjaan yang dipercayakan oleh beberapa pihak padanya, beliau selalu membutuhkan buku. Dan, ternyata itulah kunci kesuksesan beliau selama ini. Jadi..., mari kita belajar untuk lebih mencintai buku !!
Sumber :
Bukuku Kakiku (PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004)
http://ajip-rosidi.com/
http://www.tokohindonesia.com/
mungkin,ini menurut saya ya mbak,
BalasHapusijazah itu hanya syarat bahwa kita telah menempuh jenjang pendidikan
tapi, kreatifitas juga diperlukan
jadi menurut saya lg,
ijazah bukan sesuatu yang harus didapatkan
tetapi minat dan bakat lah yang karus dimiliki
mungkin sich
setujuuuuuu
BalasHapusijazah cuma perlambang bahwa telah melewati suatu jenjang pendidikan, bukan perlambang keberhasilan hidup
@yanuar : yang penting adalah pengetahuan, ketrampilan dan keberanian. Ijazah seringkali hanya sebagai pelengkap. Karena seringkali ijazah yang tinggi tidak memberikan jaminan kesuksesan dalam hidup.
BalasHapus@attayaya : nah.., ada lagi yang sependapat nih hehehe.. Intinya pengetahuan dan ketrampilan dapat diperoleh dari mana saja, kan ?
aku setuju dengan semua komentar diatas mba reni.
BalasHapusTul banget....
Meski ijazah tdk dapat serta merta menjadi tolok ukur kemampuan, tp ijazah jg dibutuhkan utk dpt masuk ke jenjang karir. Namun utk menjadi sukses, kitalah yg harus berusaha sendiri. Antara lain dgn banyak membaca.
BalasHapusbener banget ijazah nggak selalu jadi tolak ukur..
BalasHapusIjazah penting mbak
BalasHapustapi gak kalah penting adalah kemampuan dan personality
Bila kita merasa kurang, karena kita gak punya ijasah kita harus menutupi kekurangan kita dengan kemampuan yang lebih dibandingkan yang punya ijasah
dalam konteks yg lebih besar mungkin founder microsoft dan facebook :)
BalasHapusAkhirnya.... bisa ngoment
BalasHapusEmang yang penting kemampuan mbak... tapi di indonesia memang ijazah kayak masih diagungkan padahal banyak orang ijazahnya s1 s2 s3 tapi ya gitu-gitu ajah...
setuju dg pendapat mas Yanuar, krn pada dasarnya ijazah hanya dibutuhkan untuk melamar pekerjaan di institusi, perusahaan atau lembaga2. Tapi bila kita memiliki keterampilan dan kemampuan yang tinggi di suatu bidang tertentu dan kita bisa mengasah serta mengolahnya, Insya Allah tanpa ijazah pun kita bisa survive, malah mungkin bisa membuka lapangan kerja buat yang lain.
BalasHapusPak ajib rosidi emang T.O.P!!
BalasHapusIjazah memang tidak penting saat dipandang sebagai selembar kertas sebagai tanda popularitas, tapi ijazah menjadi penting saat dipandang sebagai motivasi untuk meraih "puncak" pendidikan.
Mungkin contoh kasus, seperti saat angkatanku mulai berburu skripsi, pastinya tau lah gimana skripsi mampu bikin stress mahasiswa tingkat akhir. Yang kemudian, banyak banget temen-temenku mulai menghindar dengan statement, "ijazah itu cuman selembar kertas, yang penting kan ilmunya" Aku sebut "statemen pelarian"
Dari situ keliatan banget klo mereka dah mulai putus asa dengan skripsinya. Dari sini aku hanya berpikir tergantung dari sudut pandang mana kita mau menilai berharga tidaknya selembar ijazah.
makasih ya mbak...jadi ngoceh neh Sinta
ijazah adalah suatu bentuk penghargaan atas apresiasi kita atas tersitanya waktu, tenaga, uang, dan fikiran dalam menempuh belajar dalam lingkup formal.
BalasHapustapi bukan berarti segalanya harus dengan ijazah. Ambil sampel (BOB SADINO) ijazah SD sj ga punya.
Tapi apapun ceritanya, semua kita harus menghargai orang2 yang memiliki ijazah, krn ga gapang carinya
@irmasenjaque : makasih ya mbak...
BalasHapus@fanda : benar mbak, ijazah jangan dijadikan satu-2nya senjata utk meraih sukses.
@loly : banyak contoh memang begitu ya mbak.., ijazah sebagai salah satu alat mencapai sukses. Sementara masih banyak alat lain yg diperlukan juga.
@itik bali : setuju.., ijazah memang penting, tapi ijazah saja memang tidak cukup ya?
@sibaho : benar juga...
@mulyati : setuju deh apa kata bu guru hehehe..
@penny : dengan kata lain banyak jalan menuju kesuksesan ya mbak..
@penikmat buku : seseorang yg telah belajar dg sungguh-2 pasti sangat mengharapkan ijazah sebagai bukti keseriusannya dalam mencari ilmu. Memang tiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang arti penting ijazah, ya?
@kang dwi : kita memang tetap harus menghargai orang-2 yang mampu berhasil meskipun tanpa memiliki ijazah. Demikian juga, kita juga tetap harus menghargai oerang-2 yg serius dalam menuntut ilmu dan memperoleh ijazah.
Topiknya bagus mam.
BalasHapusIjazah sebenarnya hanya formalitas tertulis sebagai bukti status pendidikan seseorang. Orang yang memiliki ijazah dengan title tinggi belum tentu lebih pintar dibandingkan dengan tamatan smu. Kepintaran didapat karena pengetahuan dan pengetahuan didapat dari mendengar, membaca dan melihat.
Tapi sepintar-pintarnya orang dijaman sekarang akan sulit berkembang dalam karir bila tidak ada ijazah. Semuanya memang harus balance antara title/gelar dengan ilmu yang di miliki. Jangan sampai gelar tinggi tapi penggetahuan dangkal....itu sama saja seperti kata pepatah tong kosong nyaring bunyi nya...yang dapat diartikan gelarnya tinggi tapi pengetahuan kosong tak berisi....hehehhehehe
@marcellino : makasih M.A. Aku setuju nih apa pendapat M.A. dalam hal ini. Seep...
BalasHapusSiiip, good posting. Gak perlu jauh2 tanya ke Ayib Rosidi mbak, tanya ke sy jawabannya jg sama, hehe (wlpun sy, ya adalah sedikit2 ijazah). Apa yang kita lihat di sekitar kita telah membuktikan, banyak hal yg bs dilakukan tanpa ijazah. Ijazah cm sertifikat telah melalui serangkaian proses pendidikan. Belajar di alam sekitar, di masyarakat jg pendidikan (informal) kan, itu proses seumur hidup.
BalasHapusIjazah sangat penting, tapi sebenarnya skill, serta kualitas pribadi lainnya lebih penting, terkadang ada yabg sarjana tapi kualitas ppribadinya tidak mencerminkan ijazah yang ia miliki.
BalasHapustapi kl mo kerja di perusahaan harus ada ijazah lho. jadi tergantung mokerja sbg apa dan dimana.
BalasHapus@newsoul : Lah kenapa gak bilang-2 kemarin mbak. Tahu gitu kan aku gak perlu repot-2 nguber Ajip Rosidi utk cari tahu jawabnya hehehe..
BalasHapus@eri-communicator : setuju banget, bang. Sebenarnya tujuanku posting ini adalah utk memberikan semangat agar saudara-2 kita yg tidak beruntung mengecap pendidikan tinggi tidak patah semangat !!
@sang cerpenis : itulah hebatnya Pak Ajip Rosidi, walaupun tanpa ijazah beliau telah jadi guru besar di 3 perguruan tinggi Jepang selama 22 tahun !! (suatu institusi yang sebenarnya sangat menghargai sebuah ijazah).
yang bisa dilakukan tanpa ijazah adalah... hm... apa ya????
BalasHapusgmn klu berpikir kreatif... hehehe..
salam kangen.. dah lama ga main disini ....
setuju!!
BalasHapus(walaupun sekarang henny masih mengejar 'toga' :p)
terkadang justru orang-orang yang ga punya ijazah itu yang pemikirannya lebih maju
@wisata riau : berpikir kreatif sangat diperlukan lho...
BalasHapus@JengSri : penerapan pendidikan pada masing-2 negara berbeda, sehingga persepsi yang muncul tentang arti penting ijazah juga berbeda-beda.
@henny : jadi... kalau nanti udah jadi sarjana, kudu tetap menambah pengetahuan, kreatif dan berani untuk meraih kesuksesan ya ?!
Bill Gates, manusia terkaya di jagat raya, ternyata juga drop out dari kuliahnya, ternyata ijazah tidak selalu identik dengan kesuksesan...
BalasHapusIjazah mungkin hanya sekedar tanda, surat bahwa kita telah menempuh sebuah jenjang pendidikan. Tetapi kesuksesan seseorang tergantung kemampuan dan ketrampilannya....
BalasHapusPercaya Gak? Ijazahku Ilang semua.
BalasHapusDari SD sampai SMA, dan ada Diploma, semua ilang gak tau kemana.
Menurut aku Ijazah perlu, karena secara Formal itu sangat diperlukan sebagai salah satu Tolok Ukur Seseorang ( terutama HRD di perusahaan, menilai diri kita )layak atau tidak dalam suatu bidang.
Tetapi juga didukung Skill dan pengalaman tentunya. Dan ini tak bisa diketahui dari Ijasah, tapi bisa berbentuk Surat Pengalaman Kerja. ( Ijasah juga namanya ).
Secara Umum di Indonesia Ijasah Sangat Perlu. Lain kecuali untuk kerjaan seperti aku, Dagang Nasi. Atau bisnis sampingan Jasa, sebagai Owner. Karyawan, tetep aja ditanya Lulusan apa, Ijasahnya mana. Baru pengalaman.
salut sama mas ajip tampa ijazah dia bisa membuktikan dirinya bahwa ijzah bukan harga mati untuk mencpai cita cita.
BalasHapusmenurutku juga begitu ikut ma mas ajip.. hiiiiiiiiiiiiiii
setuju mbak.....
BalasHapusbanyak yang berijazah yang susah cari makan, tapi ayam ajah yang nggak berijazah gampang makan...hehehehehehe
ijazah tetep penting mbakk
BalasHapustapi paling penting adalah kemampuan
skill lebih di utamakan
Aku ga punya ijasah...tapi kok ya ga seperti beliau ya? hehehe
BalasHapusijasah buat prosedur n administrasih seh bunda. tp sebenarnya semua ada dalam diri n kemampuan kita. ya gak? he3..
BalasHapushttp://awalsholeh.blogspot.com/
according to me, the main is ability and skill, but certificate is one of important to show legal or illegal:)
BalasHapuswah, .. banyak komentar yang aku setuju disini. Gak ada ijazah, kita masih bisa survive kok.
BalasHapusBanyak pengusaha kaya, juga tumbuh dan berkembang tidak selalu bertitel bahkan menenteng ijazah.
Kalau gak salah, ada 3 faktor yang memulai kesuksesan kita:
ide, keinginan,dan motivasi.
Agh .. semoga gak mengarang bebas nich, soalnya aku lupa, ini kuambil dari siapa .. (^o^)
@joe : terima kasih ya mas, udah ngasih informasi tambahan. ^_^
BalasHapus@yudie : benar mas.., semua tergantung kemauan dan ketrampilan masing-2 orang ya.
@ari : Haa ..? Ijazah hilang semua ? Itulah sebabnya mas Ari berwiraswasta ya?
@bunga raya : pak Ajip Rosidi adalah salah satu contoh yang bisa berhasil meskipun tanpa ijazah.
@buwel : memang banyak faktor penentu seseorang selain ijazah ya?
@anak nelayan : setuju....!!!
@sayur lodeh : mungkin kurang tergila-gila sama buku mas ? Hahahaha...
@awal sholeh : setuju mas. Jadi, tetap semangat nyusun TA-nya ya ?!?
@come n stay : I absolutely agree with you, friend !!
@kuyus : aku setuju juga dengan mbak cantik yang satu ini.. ^_^