Sedih, ngenes, pilu, marah, jengkel semua aku rasakan. Gado-gado deh pokoknya. Penyebab semua itu adalah saat aku menyaksikan tragedi yang menimpa Siti Khoriyah (tapi ada yang menyebutnya Siti Horiyah. Yang bener yang mana ya ??), seorang balita yang baru berumur 4 tahun.
Sahabat-sahabat pasti sudah tahu peristiwa tragis yang terjadi saat Satpol PP Pemkot Surabaya yang menggelar razia penertiban Pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Boulevard depan World Trade Centre (WTC) Surabaya. Kejadiannya tanggal 11 Mei 2009, Senin lalu.
Sebagaimana diberitakan bahwa saat mengetahui ada razia, maka ibu korban buru-buru membereskan jualannya dan meletakkan anaknya di atas gerobak. Sayangnya, oleh petugas langkah ibu itu dihentikan dengan cara menarik rambutnya. Akibatnya, gerobak terlepas dari pegangan dan jatuh terguling. Sementara sang anak yang semula di atas gerobak ikut terjatuh dan tersiram kuah bakso yang panas !!
Gambar di ambil dari sini
Saat ini balita malang itu dirawat di burn unit lantai 3 Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr Soetomo. Setelah sebelumnya dirawat di ruang observasi intensif (ROI) Instalasi Rawat Darurat (IRD). Kini nyaris seluruh tubuh bocah 4 tahun itu dibalut terbungkus perban. Yang menjadi ancaman bagi Siti Khoriyah adalah infeksi dan kekurangan cairan. Oleh karena itu pihak rumah sakit selalu memantau tekanan darah serta jumlah cairan tubuhnya.
Selain itu tim dokter masih mewaspadai trauma inhalasi (terhirup uap panas) yang masuk ke saluran nafas. Dan untuk mengantisipasi adanya kuman dan bakteri, tim dokter akan melakukan operasi pencucian kulit yang mengalami luas luka bakar sebanyak 67 persen.
Menurut keterangan dokter RSUD dr Soetomo, Siti mengalami luka bakar tingkat 2A dengan area yang sangat luas. Siti Khoriyah mengalami luka bakar di seluruh bagian wajah, sekitar 2/3 bagian dada, seluruh perut, punggung, seluruh tangan kanan dan tangan kiri. Juga kaki kanan dan kaki kiri.
Sementara petugas Satpol PP yang bertanggungjawab atas kejadian itu dapat dijerat pasal 360 KUHP. Mereka dapat dianggap lalai hingga menyebabkan orang lain luka-luka. Sampai saat ini pihak Polsek Genteng Surabaya masih mengumpulkan alat bukti termasuk keterangan saksi-saksi.
Di pihak lain, Lembaga bantuan Hukum (LBH) Surabaya memberikan somasi kepada Kepala Satpol PP Pemkot Surabaya. Somasi berisikan Satpol PP Pemkot Surabaya yang dalam hal ini Walikota Surabaya harus segera merespon tuntutan yakni melakukan perbaikan kebijakan PKL, meminta maaf secara terbuka pada keluarga korban, memberikan panggantian kerugian materiil, memberi biaya pengobatan korban hingga sembuh.
Suatu peristiwa yang akhirnya membawa "kerugian" banyak pihak. Seorang ibu yang kehilangan modal berdagangnya sekaligus mengalami luka bakar ringan di kedua tangannya akibat tersiram kuah bakso. Seorang balita yang menderita luka bakar serius akibat tersiram kuah bakso saat ikut ibunya menyelamatkan diri dari razia. Seorang petugas Satpol PP yang karena (terlalu) bersemangat dalam bertugas, sehingga lepas kontrol dan mengakibatkan dirinya terancam hukuman pidana.
Ya Allah..., aku hanya bisa berharap agar kelak Siti Khoriyah bisa terlepas dari trauma atas apa yang dialaminya. Semoga saja Siti Khoriyah tidak akan cacat untuk selamanya. Semoga saja tragedi Siti Khoriyah ini bisa dijadikan bahan renungan kita semua, agar kita tidak lagi bertindak sewenang-wenang. Semoga tak ada lagi yang mengedepankan kekerasan dalam pemecahan masalah.
dari berbagai sumber.
Sahabat-sahabat pasti sudah tahu peristiwa tragis yang terjadi saat Satpol PP Pemkot Surabaya yang menggelar razia penertiban Pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Boulevard depan World Trade Centre (WTC) Surabaya. Kejadiannya tanggal 11 Mei 2009, Senin lalu.
Sebagaimana diberitakan bahwa saat mengetahui ada razia, maka ibu korban buru-buru membereskan jualannya dan meletakkan anaknya di atas gerobak. Sayangnya, oleh petugas langkah ibu itu dihentikan dengan cara menarik rambutnya. Akibatnya, gerobak terlepas dari pegangan dan jatuh terguling. Sementara sang anak yang semula di atas gerobak ikut terjatuh dan tersiram kuah bakso yang panas !!
Saat ini balita malang itu dirawat di burn unit lantai 3 Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr Soetomo. Setelah sebelumnya dirawat di ruang observasi intensif (ROI) Instalasi Rawat Darurat (IRD). Kini nyaris seluruh tubuh bocah 4 tahun itu dibalut terbungkus perban. Yang menjadi ancaman bagi Siti Khoriyah adalah infeksi dan kekurangan cairan. Oleh karena itu pihak rumah sakit selalu memantau tekanan darah serta jumlah cairan tubuhnya.
Selain itu tim dokter masih mewaspadai trauma inhalasi (terhirup uap panas) yang masuk ke saluran nafas. Dan untuk mengantisipasi adanya kuman dan bakteri, tim dokter akan melakukan operasi pencucian kulit yang mengalami luas luka bakar sebanyak 67 persen.
Menurut keterangan dokter RSUD dr Soetomo, Siti mengalami luka bakar tingkat 2A dengan area yang sangat luas. Siti Khoriyah mengalami luka bakar di seluruh bagian wajah, sekitar 2/3 bagian dada, seluruh perut, punggung, seluruh tangan kanan dan tangan kiri. Juga kaki kanan dan kaki kiri.
Sementara petugas Satpol PP yang bertanggungjawab atas kejadian itu dapat dijerat pasal 360 KUHP. Mereka dapat dianggap lalai hingga menyebabkan orang lain luka-luka. Sampai saat ini pihak Polsek Genteng Surabaya masih mengumpulkan alat bukti termasuk keterangan saksi-saksi.
Di pihak lain, Lembaga bantuan Hukum (LBH) Surabaya memberikan somasi kepada Kepala Satpol PP Pemkot Surabaya. Somasi berisikan Satpol PP Pemkot Surabaya yang dalam hal ini Walikota Surabaya harus segera merespon tuntutan yakni melakukan perbaikan kebijakan PKL, meminta maaf secara terbuka pada keluarga korban, memberikan panggantian kerugian materiil, memberi biaya pengobatan korban hingga sembuh.
Suatu peristiwa yang akhirnya membawa "kerugian" banyak pihak. Seorang ibu yang kehilangan modal berdagangnya sekaligus mengalami luka bakar ringan di kedua tangannya akibat tersiram kuah bakso. Seorang balita yang menderita luka bakar serius akibat tersiram kuah bakso saat ikut ibunya menyelamatkan diri dari razia. Seorang petugas Satpol PP yang karena (terlalu) bersemangat dalam bertugas, sehingga lepas kontrol dan mengakibatkan dirinya terancam hukuman pidana.
Ya Allah..., aku hanya bisa berharap agar kelak Siti Khoriyah bisa terlepas dari trauma atas apa yang dialaminya. Semoga saja Siti Khoriyah tidak akan cacat untuk selamanya. Semoga saja tragedi Siti Khoriyah ini bisa dijadikan bahan renungan kita semua, agar kita tidak lagi bertindak sewenang-wenang. Semoga tak ada lagi yang mengedepankan kekerasan dalam pemecahan masalah.
dari berbagai sumber.
Sekarang kyknya makin banyak org yg ga pake hati nurani kala bertindak ya, Mbak? Memprihantinkan...
BalasHapusblogwalking..blogwalking..
BalasHapusdan aku mampir ke sini...
perkenalkan... ini ferdi...
lam knal ya mbak...
blognya aku follow ya...
nb: gag masalah kok klw mbak mampir jg di blog aku.. hehehehe.. peace mbak... peace... ^_^@
menyedihkan ya mbak. tragisnya lagi, sementara sekarang orang semua sibuk ngomongin pilpres. dilanjutkan gak mbak? :P
BalasHapussatpol PP neh kadang kelewatan kalo bertindak.
BalasHapus@fanda : betul mbak...
BalasHapus@ferdivolutions : salam kenal kembali.
@sibaho : dilanjutkan apanya ya ?
@attayaya : maksud hati melaksanakan tugas sepenuh hati, tapi di lapangan seringkali jadi kebablasan...
saya itu suka biingung campur gemes liat satpol PP kalo lagi razia.
BalasHapuskenapa sih mereka suka kejam dan berlaku kasar kepada PKL?
kenapa tdk mengedepankan cara2 yg persuasif?
selalu aja ada pemukulan..koq kayak preman ya?
liat-lah hasilnya kepada Siti Khoriyah..bocah yg tdk tau apa2 jadi korban.
patutnya satpol PP itu patut dibubarkan..
ngga guna..
duh, miris aku bacanya. kenapa sih org2 sekasar itu? sama ibu2 lagi.
BalasHapus@budiawan : emang harusnya cara persuasif dikedepankan, bang. Tapi entah kenapa jarang dilakukan...
BalasHapus@sangcerpenis : iya mbak.., aku juga gak tega ama nasib yang menimpa Siti Khoriyah (dan keluarganya).
Iya Tuh Mak. Arogansi Aparat Pemerintah. Contoh kecil Warga Negara Indonesia yang tak punya tempat di Negerinya sendiri.
BalasHapusJuga Contoh kecil dari Rakyat kecil yang jadi bulan-bulanan kepentingan Aparat itu sendiri. Karena pada awalnya mereka diberi tempat dan diperbolehkan berjualan dengan kewajiban tentu setor Uang ketertiban lah, Uang keamanan lah.
Tapi begitu ada kepentingan lebih mendesak mereka dikorbankan. Miris nian nasib anak negeri.
Dah ada niatan mau Posting masalah ini, keduluan Emak deh.
tragis sekali nasibnya..kasihan siti,moga dia tabah menghadapi cobaan...dan kejadian itu,adalah potret alat2(petugas) negara indonesia..arogan dan kejam dalam menerapkan suatu peraturan...
BalasHapusYa saya sempat juga nonton beritanya. Menggenaskan mmg. Katanya bocah itu belum melewat5i masa kritisnya di RS. Mari,k kita doakan agar dia selamat. Banyak hal yg mmg harus kita benahi, sy jg gak setuju dgn cara2 kasar dan arogan (oknum) satpol PP ini. Tapi kejadian spt ini sering tjd ya.
BalasHapusselalu rakyat kecil yang menjadi korban, lantas kepada siapakah harus mengadu?
BalasHapuswah, saya suka miris kalau liat yang kayak gini mba, jadi membayangkan gimana kalau yang jadi ibu itu adalah ibu saya huhuhu ...
BalasHapus@JengSri : di Dublin gak pernah ada cerita kayak gini ya...?
BalasHapus@ari : ayo posting aja cerita ini. Kita kan ngelihatnya dari sudut pandang masing-2 dan cara penyampaian pun berbeda kok. Jadi gak ada masalah kan kalo temanya sama?
@dinoe : itulah, terkadang kekuasaan emang sering membuat seseorang merasa punya kekuatan lebih.
@sewsoul : bener mbak.., ternyata kejadian seperti ini masih saja terjadi.
@joe : mengadu kepada siapa ya? Yang paling mungkin hanya kepada-Nya. Mengadu kepada sesama manusia seringkali tidak membuahkan hasil.
@jonk : harusnya petugas-2 itu mikir juga seperti Jonk, gimana kalo yg diperlakukan secara kasar itu ibu dan saudara mereka sendiri.
BalasHapusSungguh tragis..., potret buram kaum yang terpinggirkan. Saya tidak bisa membayangkan bgmana si kecil Siti & ibunya, Sewaktu anak sy kecil pernah kesiram air panas , luka 25% saja saya stress banget. Smg Tuhan memberi yang terbaik utk sang ibu dan anak .
BalasHapusOh, iya sebelumnya salam kenal utk mba Renny
seragam emang kadang bikin org ngrasa beda dg yg lain.. gmn klo ga usah diksh seragam? :D
BalasHapusPernah sekali aku makan bareng diwarung pinggir jalan sama serombongan satpol PP... ternyata keesokan harinya satpol PP itu juga yg merazia warung nasi tadi... bingung jadinya....
BalasHapus@eel's : iya mbak, kalo inget yg jadi korban anak kecil yg tak berdaya dan tak tahu permasalahannya, jadinya miris sekali ya ?
BalasHapus@meidy : kalo gak pake seragam, nanti dikira preman mbak hehehe..
@yudie : wah ya aneh kalo gitu kejadiannya, mas.
itu Potret betapa penguasa itu menakutkan... Satpol PP lewat seolah yang lewat setan atau gendruwo yang aka memangsa...
BalasHapusaneh... memang tidak ada kebijakan/pendekatan yang lebih manusiawi?
Ya Rob, inilah wajah sebuah Negeri. Negeri tercinta, Indonesia. Salam kenal Bu... Akhirnya, terjumpa juga rumah ibu.
BalasHapustidak tau mau menyalahkan siapa? pedagangnya? petugasnya? peraturannya? bagaimana hukum negeri kita? semoga korbannya cepet sembuh. amiiinnn.
BalasHapusmakasih sudah berbagi, jadi tau berita negeri tercinta.
sedih mbak bacanya, tega ya oknum satpol itu.......
BalasHapussemoga ajah hari esok akan lebih baik ya...amiiin
tragis jika hal seperti ini terus terjadi :(
BalasHapusmasih banyak yang perlu dibnahi di negri tercinta ini...masyarakat ditakuti...di "tendang", akhirnya hasilnya apa??? kita menjadi masyarakat penakut tidak lagi mempunyai keberanian untuk bisa berjuang..
BalasHapus@marianus : semua sih tergantung pada peraturan dan kebijakan pemimpinnya, serta pelaku kebijakan itu sendiri.
BalasHapus@anazkia : ya, inilah wajah Indonesia saat ini, mbak.
@narti : berita ini tak sampai ke Qatar ya, mbak ? Hehehe..
@buwel : setuju..., semoga hari esok lebih baik.
@genial : dan ternyata masih terjadi lagi saat ini...
@come n share : jika ingin perubahan ke arah yang lebih baik, memang masih banyak yg harus dibenahi, bang.
memang
BalasHapuskadang2 kelakuan dan tindakan satpol pp keterlaluan
tapi mereka yg ada di lapangan juga sulit di salahkan
yg salah adalah yg memerintah mereka
heheheheheh
setiap tragedi seperti ini ,ibarat nasi sudah jadi bubur. mengganti dengan biaya dan santunan bukan hal yang diharapkan bukan? sebab cacat fisik tak tergantikan oleh apapun.
BalasHapusaku ngenes banget deh liat ekspresi mereka waktu itu... perjuangan seorang ibu yg ga bisa happy ending..
BalasHapus@yanuar : kalau cari siapa yang salah memang repot ya mas. Semua pasti punya 'alasan' masing-2. Si penjual dg alasan mencari makan utk keluarga, si petugas dg alasan menjalankan perintah, yg memberi perintah dg alasan peraturan. Tinggal bagaimana agar peraturan dpt dijalankan tanpa harus merugikan pihak lain. Itu yg harus dicarikan solusinya. Hehehe., gak mudah ya ternyata ??
BalasHapus@trimatra : nasib yg akan ditanggung sang anak akibat korban kesewenang-wenangan.
@echi : bener mbak, kalau lihat rekaman kejadian itu memang mengenaskan.
wehehe kekerasan aja nih...peace..
BalasHapusdownload free full game intip aja http://freegamerevolution.blogspot.com/
@azzalea : kekerasan masih ada soalnya... hehehe.
BalasHapusKadang satpol PP memang kelwatan, sya pernah lihat sendiri waktu pulng sholat jum'at, waktu itu saya lihat sendiri seorang nenek tua mulutnya ditampar pake sandal ketika si nenek ingin meminta kembali barang yang disita sama satpol PP... sudah tidak punya hati nurani
BalasHapus@udik : wah itu sih namanya udah kelewatan. Gak kepikir ya mereka kalo yg mendapat perlakuan seperti itu nenek/ibu mereka sendiri ??
BalasHapus