Kemarin aku ngobrol dengan seorang teman kantorku. Dia banyak cerita tentang anaknya yang saat ini sedang mengikuti program pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh AFS (American Field Service). Sudah hampir 1 tahun lamanya sang anak berada di Amerika Serikat. Malah kabarnya sang anak betah dan ingin terus tinggal serta sekolah di Amerika, katanya.
AFS Intercultural Programs, Inc. (bersama dengan badan-badan afiliasinya yang secara kolektif disebut AFS) adalah sebuah badan hukum non-profit yang berkantor pusat di New York, USA. Melalui program belajar antar budaya, AFS membina para siswanya, keluarga, relawan dan anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam program AFS guna memperoleh kemampuan, sikap dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi suatu kehidupan dunia yang beragam secara kultural dan makin saling bergantung serta membutuhkan satu sama lain.
Awalnya, AFS adalah kesatuan relawan asal Amerika yang berinisiatif menjadi sopir ambulans untuk mengangkut korban Perang Dunia ke I dan ke II. Setelah perang selesai, mereka berpikir untuk menciptakan perdamaian antarwarga dunia. Mereka percaya, kalau kaum muda di dunia ini bisa saling kenal dan menghargai perbedaan masing-masing, maka kehidupan di dunia bisa lebih adil dan damai.
Di Indonesia, AFS bekerja sama dengan Yayasan Bina Antarbudaya untuk program antar budaya. Yayasan ini sudah terbentuk sejak tahun 1985 dan meneruskan program AFS di Indonesia, yang sudah dimulai sejak 1956.
Aku jadi ingat dengan pengalamanku sendiri. Pengalaman waktu aku masih kelas 2 SMA dulu. Eit... jangan salah kira ya ? Bukan pengalamanku mengikuti program pertukaran pelajar di luar negeri lho. Tapi pengalaman mengikuti seleksi pertukaran pelajar tersebut.
Ceritanya, bermula saat sahabat penaku (Rahmila Murtiana) waktu aku SMA terpilih sebagai salah satu peserta program pertukaran pelajar ke Amerika. Membaca surat-suratnya dari Amerika, timbul keinginanku untuk ikut program itu pula. Kemudian, dari suatu majalah remaja (sayangnya aku lupa nama majalahnya) aku tahu lebih banyak tentang AFS itu.
Jadi, saat aku kelas 2 SMA, aku kemudian mendaftarkan diri untuk ikut program itu melalui Bina Antar Budaya Surabaya. Aku mengikuti seleksi di Jalan Bawean Surabaya. Aku berhasil mengikuti seleksi sampai 3 tahap. Sayangnya, pada saat seleksi tahap III aku tak berhasil lulus.
Kecewa ? Ya iyalah.... Tapi kekecewaanku itu tak berlangsung lama, kok. Karena aku yakin bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik untukku. Sehingga, walaupun aku tidak mampu meraih mimpiku untuk mengikuti program pertukaran pelajar, aku tetap semangat. Mungkin belum rejekiku, siapa tahu jadi rejeki anakku ya ? Amin.
Kebetulan juga, sahabatku waktu kuliah (Afifah Inayati) di Yogyakarta adalah alumnus program AFS. Dia mengikuti program pertukaran pelajar yang ke Jerman. So, lewat sahabat-sahabatku itulah aku memuaskan rasa penasaranku tentang asyiknya pertukaran pelajar di negara lain.
Apakah ada sahabat-sahabat lain yang pernah memiliki pengalaman dalam program pertukaran pelajar ? Bagi-bagi cerita juga ya ?
AFS Intercultural Programs, Inc. (bersama dengan badan-badan afiliasinya yang secara kolektif disebut AFS) adalah sebuah badan hukum non-profit yang berkantor pusat di New York, USA. Melalui program belajar antar budaya, AFS membina para siswanya, keluarga, relawan dan anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam program AFS guna memperoleh kemampuan, sikap dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi suatu kehidupan dunia yang beragam secara kultural dan makin saling bergantung serta membutuhkan satu sama lain.
Awalnya, AFS adalah kesatuan relawan asal Amerika yang berinisiatif menjadi sopir ambulans untuk mengangkut korban Perang Dunia ke I dan ke II. Setelah perang selesai, mereka berpikir untuk menciptakan perdamaian antarwarga dunia. Mereka percaya, kalau kaum muda di dunia ini bisa saling kenal dan menghargai perbedaan masing-masing, maka kehidupan di dunia bisa lebih adil dan damai.
Di Indonesia, AFS bekerja sama dengan Yayasan Bina Antarbudaya untuk program antar budaya. Yayasan ini sudah terbentuk sejak tahun 1985 dan meneruskan program AFS di Indonesia, yang sudah dimulai sejak 1956.
Aku jadi ingat dengan pengalamanku sendiri. Pengalaman waktu aku masih kelas 2 SMA dulu. Eit... jangan salah kira ya ? Bukan pengalamanku mengikuti program pertukaran pelajar di luar negeri lho. Tapi pengalaman mengikuti seleksi pertukaran pelajar tersebut.
Ceritanya, bermula saat sahabat penaku (Rahmila Murtiana) waktu aku SMA terpilih sebagai salah satu peserta program pertukaran pelajar ke Amerika. Membaca surat-suratnya dari Amerika, timbul keinginanku untuk ikut program itu pula. Kemudian, dari suatu majalah remaja (sayangnya aku lupa nama majalahnya) aku tahu lebih banyak tentang AFS itu.
Jadi, saat aku kelas 2 SMA, aku kemudian mendaftarkan diri untuk ikut program itu melalui Bina Antar Budaya Surabaya. Aku mengikuti seleksi di Jalan Bawean Surabaya. Aku berhasil mengikuti seleksi sampai 3 tahap. Sayangnya, pada saat seleksi tahap III aku tak berhasil lulus.
Kecewa ? Ya iyalah.... Tapi kekecewaanku itu tak berlangsung lama, kok. Karena aku yakin bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik untukku. Sehingga, walaupun aku tidak mampu meraih mimpiku untuk mengikuti program pertukaran pelajar, aku tetap semangat. Mungkin belum rejekiku, siapa tahu jadi rejeki anakku ya ? Amin.
Kebetulan juga, sahabatku waktu kuliah (Afifah Inayati) di Yogyakarta adalah alumnus program AFS. Dia mengikuti program pertukaran pelajar yang ke Jerman. So, lewat sahabat-sahabatku itulah aku memuaskan rasa penasaranku tentang asyiknya pertukaran pelajar di negara lain.
Apakah ada sahabat-sahabat lain yang pernah memiliki pengalaman dalam program pertukaran pelajar ? Bagi-bagi cerita juga ya ?
semngat terus ya untuk para pelajar di indonesia..
BalasHapushehehehee
alo mba....
BalasHapushemm...sayangnya aku g punya pengalaman pertukaran pelajaran nih mba(*_*)
semoga shasha mewujudkan cita2 sang bunda y ....
@yanuar : semoga saja pelajar-2 Indonesia yang akan datang dapat menjadi generasi yg mampu membawa kebaikan pada Indonesia di masa yg akan datang. Amin.
BalasHapus@irmasenjaque : Amin... Hehehe, untuk saat ini sih baru ibunya yang semangat karena Shasa belum tahu apa-apa.
Good posting. Itu kegiatan positif. Sayangnya sejak saya kecil Amerika bukan negara yang saya impikan mbak (dr kecil malah mengkhayalkan Jepang, Swiss spt di film Heydi), jadi hehe mmg gak begitu ngeh sama AFS. Kalau sy ikut seleksi, paling sdh gugur di tahap 1, hihi.
BalasHapus@newsoul : dulu waktu seleksi AFS, aku sebenarnya milih ke Jepang. Tapi sayang gak lulus seleksi. Hikss...
BalasHapus@JengSri : sayang sekali gak dapat lagi mbak. Adanya ya cuma When The Wind Blows itu aja...
Bagus program ini...benar kata mbak hal itu bisa nyatuin perbedaan..
BalasHapus@dinoe : usaha untuk menyatukan bangsa-bangsa dengan cara mempelajari budaya masing-masing. Itulah yang ingin dicapai..
BalasHapuswah tulisan yang semakin membuatku semangat untuk melanjutkan pendidikan nih :D
BalasHapusWaaah pengalaman pertukaran pelajar aku nggak punya mbak....heheheheh, maklum waktu sekolah sma dulu bengal mbak..hehehehe....ikut ngedoain sasha aja, moga sesuai dengan harapan...amiiin
BalasHapus@Laisya : ayo mbak, semangat melanjutkan sekolah. Aku bantu dukungan semangat aja ya ?
BalasHapus@buwel : makasih bantuan doanya ya ?
My experience as an AFSer is definitely invaluable. I can feel it even till so many years later (been 20 years ago!). For sure, it has broadened my horizon and built deeper understanding to different cultural issues. Too often people have stereotypes against others whose cultural or religiuos background is different, but thru this intercultural program, we could be more fair and wise in judging others. My host family was super duper awesome. My host dad was Catholic, my host mom was Jewish, but they respected my Muslim practices so well. We still keep in touch till now, which is amazing.
BalasHapusI just imagine if people have this intercultural understanding, there would be peace in the world.
Dan.. meski udah ngerasain enaknya tinggal di negeri orang, kita tetap cinta Indonesia tuh..
BTW, Iin (Afifah Inayati)temen seangkatanku loh Ren, cuman aku ke U.S. dia ke Jerman, salam yaa...
Sama mbak,dulu aku juga pernah ikut seleksi itu. Tapi tidak berhasil,terlalu dodol mungkin ya mbak.
BalasHapusTapi tetep semangat kok..
Semoga pelajar Indonesia semakin maju dan membawa bangsa ini ke masa depan yang lebih baik....
BalasHapus@anonim : Mbak Rahmila ya? Aduh seneng deh bisa ikut komen disini. Seneng udah cerita gimana asyiknya ikutan AFS ya ??
BalasHapus@ajeng : hahaha, belum rejeki kita kali mbak. Mungkin juga karena Bhs. Inggris kita masih belepotan hehehe.
@yudie : Amin....
Ga pernah pny pengalaman, mbak. Tp setuju kalo program itu bagus utk memberi wawasan ke anak2 tuk lebih menghargai perbedaan. Thanks for sharing..
BalasHapus@fanda : itulah tujuan yang ingin dicapai mbak.
BalasHapuswah, belum pernah tuh. soalnya aku bukn murid terpandai di sekolah. he he he..
BalasHapus@fanny : siapa yang akan menyangkal kalau mbak Fanny sangat hebat dalam dunia tulis menulis, mbak ?!
BalasHapuswah,asyik ya bisa ikutan
BalasHapus@gudang hikmah : ikutan ikut seleksi maksudnya ? Hehehe... Makasih ya dah mampir kesini :)
BalasHapuska' qw siska, nak bkasi lam knal..
BalasHapusqw gy kut seleksi AFS, skrang akan mlaju k tahap 3 tgl 21 juni 2009...tentang leadership gtu...
hufthh...deg-ged'an tpi pnasaran, ka' kira-kira tahap 3 seleksi dinamika kelompok'a kayak gmna y, tz penilaian'a gmna? kaka' tw tips-tips byar sukses lwati thap 3 ga?
d blez ya ka..
thanks alot,,
salam,
siska
@wanna be : selamat mengikuti seleksi tahap 3 ya ? Semoga sukses..
BalasHapushai,, aku dini...
BalasHapusaku bingung + sedih + takut .......
+ ingin bgt skul ke amerika ???
tp gimana .....!!!
smua kriterianya ga ad di aku !!!
:"(
plajaran kgemaran aku jg cm b.inggris , mtk ga bgt !!!
aku takut+sedih+bingung+ingin bgt skull ke amerika ,,, ?
BalasHapustp gimana , kriteriany ga ad di aku ???
how ?????
bwt kuliah aja mungkin aku hrus kerja dulu bwt nambahin org tua aku ???
gimana ya !!!
mbak,,saya pengen bgt belajar/melanjutkan S2 ke Amerika..
BalasHapuskebetulan saya skrg masih semester7..
tapi sayangnya saya tidak punya teman/kenalan yg skrg belajar di Amerika..kebanyakan info2 hanya sy peroleh dr dosen..
jika mbk/teman yg lain punya teman/kenalan yg pernah belajar ke Amerika tlg bantu saya untuk memperoleh informasi lebih banyak..
terima kasih..
*kalau boleh saya tahu, alamat email mbak apa ya..jadi saya dapat bertanya lebih banayka via email..thanx :)
Halo Mba, alhamdulillah aku pernah merasakan asiknya pertukaran pelajar ke negeri Sakura, walau cuma 2,5 bulan doang...
BalasHapusitu bakal jadi pengalaman yang tak terlupakan...
main2 ke blog ku juga yah...
;D
syifaladelphia.multiply.com
best regards...