Selasa, 19 Mei 2009

Eksploitasi Kemiskinan

Dari berbagai berita yang kita dapatkan lewat berbagai media cetak maupun media elektronik, dapat kita ketahui bahwa tingkat kemiskinan di negara kita masih tergolong tinggi. Seseorang dikatakan miskin apabila secara fisik rumahnya tidak layak untuk dihuni, tidak memiliki pekerjaannya tetap, dan tingkat kesehatannya rendah. Salah satu contoh yang menggambarkan hal itu adalah banyaknya anak-anak yang menderita gizi buruk.

Akibat dari kemiskinan adalah banyak anak-anak yang putus sekolah dan kehilangan masa depannya. Banyak anak yang harus rela membantu orang tuanya untuk mencari makan. Penghasilan yang mereka dapatkan sehari-hari hanya cukup untuk makan. Itupun bukan makanan yang sehat dan mewah, namun hanya makanan seadanya, bahkan terkadang tak mampu mengenyangkan.

Kemiskinan adalah masalah strategis yang saat ini belum mampu tertangani oleh pemerintah Indonesia secara tuntas. Kemiskinan yang menyangkut kehidupan rakyat ini perlu kebijakan yang konkret dalam penanganannya. Campur tangan pemerintah dalam masalah kemiskinan ini terkait dengan amanah yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut :

Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

Dengan demikian Pemerintah Indonesia bertanggung jawab untuk memelihara dan melindungi para fakir miskin dan anak-anak yang terlantar. Pengentasan kemiskinan bukanlah perkara yang dapat diselesaikan dengan mudah oleh pemerintah. Namun, tak menutup kemungkinan jika seluruh warga negara ikut aktif dan berperan serta dalam upaya pengentasan kemiskinan itu.

Terkait masalah kemiskinan itu, ada suatu fenomena yang kian marak di layar kaca kita. Beragam reality show tentang upaya-upaya membantu rakyat miskin ditayangkan di berbagai stasiun televisi. Contohnya adalah Bedah Rumah, Jika Aku Menjadi, Duit Kaget dan sebagainya.


Ternyata bukan hanya kemiskinan yang menjadi polemik, namun reality show di televisi pun menjadi polemik. Maraknya reality show itu menimbulkan beragam persepsi dari para pemirsa televisi. Ada yang mendukung, namun tak sedikit yang tidak setuju.

Satu pihak menganggap penayangan reality show seperti itu hanyalah eksploitasi kemiskinan semata. Memanfaatkan rakyat miskin untuk kepentingan komersialisasi. Mengeruk keuntungan dari ketidakberuntungan orang lain. Mencari nama di atas penderitaan orang lain. Atau entah masih banyak lagi persepsi yang lainnya.

Sementara di pihak lain memiliki persepsi yang berbeda. Mereka melihat reality show seperti itu sangat bermanfaat bagi orang miskin. Melalui reality show itu banyak rakyat yang terbantu. Entah dengan cara dibuatkan rumah yang sehat lengkap dengan perabotannya. Atau lewat pemberian bantuan modal usaha untuk kehidupan barunya. Reality show seakan memberi tempat bagi orang-orang mampu yang ingin "berzakat" untuk membantu orang miskin.

Persepsi orang boleh saja berbeda. Namun melalui sebuah reality show semacam itu aku melihat bahwa ada gerakan dari masyarakat (dalam wujud reality show) untuk memberikan bantuan kepada orang-orang miskin, tanpa perlu menunggu pemerintah. Suatu gerakan yang mau tak mau ternyata telah meringankan beban kehidupan beberapa orang.

Sementara untuk pertanyaan : "mengapa harus dengan "model" reality show?" Menurutku jawabnya antara lain adalah :
  • agar orang-orang yang awalnya tidak peduli dengan kemiskinan, dapat melihat sendiri bagaimana "kemiskinan" yang sebenarnya ada di Indonesia
  • agar semakin banyak orang yang tergerak untuk ikut memberikan bantuan/dana lewat reality show itu yang selanjutnya akan diteruskan kepada orang miskin yang menjadi obyek reality show itu
  • harapan agar muncul rasa kepedulian dan solidaritas terhadap orang-orang miskin yang ada di sekitar kita
Meskipun program reality show yang kini semakin marak itu dinilai tidak mendidik, namun menurutku saat ini program reality semacam itu sedikit banyak telah memberikan karya nyata terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Hanya saja, rasanya perlu dipikirkan lagi kegiatan yang benar-benar bisa membantu rakyat miskin yang tanpa disertai anggapan "eksploitasi kemiskinan".

Sementara program yang benar-benar pas belum berjalan, menurutku kita tak punya hak untuk menghambat upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak lain yang ingin membantu rakyat miskin. Masalah niatnya, kita kembalikan pada masing-masing donator/dermawan. Bukanlah tugas kita menilai tentang suatu kebaikan yang dilakukan oleh seseorang. Semuanya kita serahkan saja kepada Sang Maha Mengetahui dan Sang Maha Menghitung, Allah SWT.

32 komentar:

  1. Hanya saja, rasanya perlu dipikirkan lagi kegiatan yang benar-benar bisa membantu rakyat miskin yang tanpa disertai anggapan "eksploitasi kemiskinan"...
    Setuju mbak, maaf pake co pas segala heheheheehhe...
    Kalo boleh menambahkan sih, bangsa kita lebih2 jauh miskin di bidang ilmu nya ya...mungkin ini yang menjadikan miskin harta juga...

    BalasHapus
  2. Setuju ama Buwel, miskin ilmu yg menyebabkan miskin harta. Semoga presiden yg terpilih kelak memprioritaskan pengembangan pendidikan jg dlm programnya.
    Reality show memang hrsnya diikuti dgn real action, jgn sampai mandeg hanya sebatas tontonan dan meaikkan rating stasiun TV aja.

    BalasHapus
  3. Fakir miskin dan anak2 terlantar, sepertinya tidak pernah di pelihara oleh negara. :)

    Adakalanya, relati show lebih peka kepada kemiskinan berbanding para aparatur negaranya. Wallahu'alam

    BalasHapus
  4. reality show yah? jujur sinta mah gak pernah nonton tipi, paling yang familiar di kepala sinta cuman bedah rumah doank.

    kurang lebih sinta setuju ma mbak reni dengan upaya pengentasan kemiskinan, dan sangat setuju dengan mas/mbak buwel, bahwa ada keprihatinan yang harusnya lebih menjadi prioritas, yaitu kemiskinan ilmu

    Makasih mbak reni ^_^

    BalasHapus
  5. Ya banyak memang reality show di tv yang menyajikan soal kemiskinan ini. Di satu sisi, kemiskinan itu sendiri bagi sebagian/sekelompok orang dianggap sbg komoditi yang laku untuk dijual, ditayangkan. Apapun, semuanya kembali kpd niat. Acara2 spt itu ya anggap saja sbg penyeimbang acara2 wah, acara glamour yg jg marak di tv.

    BalasHapus
  6. Memang harapannya ada yg peduli thd kaum miskin tanpa mengekesploitasinya, tp setidaknya Realitiy show itu satu alangkah yg riil untuk melangkah ke yg lebih baik lagi (harapannya..)

    BalasHapus
  7. betul sekali eksploitasi kemiskinan, di mana kemiskinan dan orang-orang miskin dijadikan obyek tontonan dan hiburan. Bisa dibayangkan pada saat itu orangorang kaya menonton acara dari ruang makan...

    BalasHapus
  8. @buwel : bagaimanapun kemiskinan di bidang apapun memang harus segera di atasi.

    @fanda : sangat setuju kalau reality show itu benar-2 berniat memberikan bantuan, bukan hanya untuk mengejar keuntungan dan popularitas semata.

    @anazkia : itulah dua hal yg bertentangan dalam masyrakat. Satu sisi memandang negatif akan maksud diadakan reality show seperti itu. Sementara di sisi lain, memang sudah banyak rakyat miskin yang telah dibantu lewat reality show.

    @penikmat buku : jika rakyat kita tidak miskin, maka kesempatan utk meraih ilmu setinggi mungkin akan terbuka lebar dan ksemepatan utk merubah nasib menjadi lebih baik juga akan lebih mudah.

    @newsoul : memang sih, daripada nonton sinetron aku suka nonton acara reality show yang bisa "mengasah" kepekaan spt itu.

    @eel's : memang harus diakui bahwa reality show spt itu telah menunjukkan sumbangan nyata dalam upaya pengentasa kemiskinan.

    @joe : semoga dg menonton acara spt itu, bisa makin mengasah niat kita utk membantu sesama.

    BalasHapus
  9. benar kata mbak reni..memang perlu ada upaya lebih untuk mengatasi masalah kemiskinan itu...nice content..salam..

    BalasHapus
  10. Tulisan mbaku yg satu ini selalu berisi hehe...

    Reality show...
    hemm,betul bgt kalo mba bilang megekploitasi kemiskinan.
    semoga pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan rakyatnya,dan kita lebih peka membantu sesama,tentu saja sesuai dgn kemampuan kita.

    BalasHapus
  11. saya termasuk yang mendukung program bedol rumah mbak...*ngarepin sih*

    ada enggak ya, program reality show yang memberikan bantuan ke si miskin yg berbentuk non instant

    misalnya, ketrampilan dan modal kerja.

    BalasHapus
  12. Pingin ketawa sesungguhnya.
    Bangsa Indonesia ini adalah bangsa terlucu, menjadikan kegetiran hidup orang sebagai tontonan.

    Padahal yang nonton juga tak lebih baik dari yang ditonton. Mungkin di batin mereka ada sebuah pemikiran bahwa mereka tak sendiri, ada teman diluar sana yang bernasib sama.

    Tapi bukan aku gak setuju dengan reality show, ujung-ujungnya mengeruk untung juga. Malah justru mereka berharap ada peristiwa tragis terjadi hingga ada yang dijadikan cerita.

    BalasHapus
  13. sangat diperlukan orang2 yang benar2 ikhlas membantu orang miskin tanpa embel2 apapun.

    kemiskinan menjadi bahan baku utama untuk dijual pada saat ini, baik oleh politikus, media, organisasi tertentu lainnya.

    dan sekarang juga banyak orang yang mengaku miskin. Mau berobat gratis, mereka mengaku miskin, padahal punya kendaraan roda dua. Pengemis di jalan ternyata punya rumah 4 petak.

    mengurangi kemiskinan dimulai dari diri sendiri. rajin bekerja dan jujur menjadi modal utama untuk terlepas dari garis kemiskinan.

    BalasHapus
  14. Emang kemiskinan itu menjadi sesuatu yg laku untuk dijadikan komoditi jualan. Tapi apapun itu jalannya,asalkan maksudnya memang benar2 untuk mengentaskan kemiskinan kenapa tidak?
    Walo sebenarnya memang kurang srek juga sih kalau dijadikan tontonan spt itu..

    BalasHapus
  15. Kemiskinan memang harus segera di"entas" dari bumi pertiwi ini. Setuju pendapat Mbak Fanda, dengan pendidikan.
    Untuk program reality show di TV.. eehhmm.. bagus juga seh... tapi ada beberapa hal yang aku alergi.... maksudnya begini, ada yg cuma ngasih "ikannya" bukan "kailnya". Jadi setelah ikannya abis...mereka gak makan lagi... sama aja bo'ong dong...

    BalasHapus
  16. rating mmg bisa buat org melakukan apa saja.... huhuhu...

    BalasHapus
  17. Halo mbak Reni

    Salam kenal
    Menanggapi soal pro kontra reality show ( uang kaget, bedah rumah, jika aku mjd,hutang lunas dsb), Saya termasuk yang "Pro".
    Bagi saya yang terpenting kita bersikap positif dan melihat sisi positif yg di hasilkan dr acr tsb. Yaitu sebuah karya nyata berbentuk 'bantuan'. Menurut saya itu msh jauh lebih baik drpd 'money politik'. Cuma memang akan sgt lebih baik/ideal, klo (selain bantuan) misi 'mendidik' nya lebih di tonjolkan juga. ( Saya tdk bisa menangkap pesan moral positif dari 'uang kaget', dimana orang tua disuruh lari2 belanja dlm bts waktu minim utk menghabiskan uang tsb, untuk yg lainnya kayaknya oke2 sj...

    Rudy wur
    http//:www.aurakelimpahan.blogspot.com

    BalasHapus
  18. hmmm..jadi ilmu hanya bisa dimiliki orang kaya mbak? kenapa harus tidak miskin supaya dapat ilmu?

    BalasHapus
  19. reality show salah satu jenis acara yang bisa menggaet penonton di stasion TV tertentu..dan ternyata ampuh....mungkin kemiskinan salah satu objeknya, karena masih banyak di negri ini yang miskin...tapi...gimana ya...mungkin ada juga sih manfaatnya karena langsung menyentuh awam...

    BalasHapus
  20. kalo saja pendidikan utk semua usia dari tk sampai Universitas, gratis. pasti kemiskinan akan semakin berkurang. tentu saja dg memaksimalkan sumber daya alam yg berlimpah di negara ini.

    BalasHapus
  21. yep mba, emang di kita masih banyak orang yang kekurangan, dan di perparah lagi oleh orang2 kaya yang miskin moralitas, huhuhu mantap banget deh dodolnya

    BalasHapus
  22. @JengSri : inilah potret dari kekacauan itu..

    @dinoe : makasih ya..

    @irmasenjaque : wah mbak, aku tersipu dengan pujiannya nih !! AKu sependapat nih, semoga pemerintah kian peduli akan nasib rakyatnya.

    @3matra : bantuan yang tepat memang sangat diperlukan, jangan sampai bantuan yang diberikan justru "memberatkan" penerimanya.

    @ari : aku berharap agar penonton reality show dapat menangkap hal yang positif dari acara itu, sehingga semangat utk membantu orang miskin dapat kita miliki bersama.

    @attayaya : aku setuju banget dg komentar penutupnya. MEmerangi kemiskinan memang harus dimulai dari diri sendiri dul.

    @ajeng : memang bagaimanapun reality show telah memberikan suatu karya nyata, suatu aksi, suatu upaya utk perubahan ke arah yang lebih baik. (walau mungkin caranya kurang sempurna).

    @yudie : bantuan yg paling tepat memang memberikan kailnya bukan ikannya, seperti kata mas Yudie.

    @ferdi : rating tinggi memang dijadikan patokan utk meningkatkan produksi reality yang serupa...

    @rudi wur : ohya, aku juga kurang sreg dg duit kaget. Karena si penerima bantuan terpaksa membelanjakan uangnya utk hal-2 yg sebenarnya tidak penting banget.

    @penikmat buku : karena orang-2 miskin sibuk dg urusan perut. Tak terpikir dana utk urusan sekolah. Apalagi biaya sekolah sangat mahal. Terkadang semangat keras orang miskin untuk mendapatkan ilmu harus kandas oleh tembok kemiskinan yang sangat kuat.

    @come and share : manfaat itu pasti ada, hanya saja bersifat jangka panjang atau sesaat saja.

    @sang cerpenis : itulah mbak, untuk maju harusnya akses utk pendidikan dibuka seluas-luasnya utk rakyat. Sehingga rakyat miskin pun dapat menyekolahkan anak-2 mereka.

    @ajie : alhamdulillah....

    @jonk : entah kapan kemiskinan itu akan teratasi ya...

    @bunga raya : terima kasih..

    BalasHapus
  23. ku datang membawa satu point buatmu sob
    jadi jangan lupa balas budinya
    hii............

    BalasHapus
  24. kemiskinan adalah hal yang classic dan tentunya dengan adanya forum blogger ini kita berantas masalah kemiskinan di bidang ilmu pengetahuan dan internet, kalau kemiskinan menyangkut sandang pangan. itu urusan pemerintah dan yang bersangkutan serta orang2 yang lebih dulu kaya tentunya. boleh dibilang antara si kaya dan simiskin dinegara kita sangat jauh kesenjangannya. cuma satu catatan lebih baik kaya hati daripada kita kaya harta. tai lebih afdol ya kedua duanya kaya. beres urusan.masalahnya untuk menjadi orang kaya harta itu susah (NB bisa saja sikut kiri sikut kanan untuk mendapatkan kekayaan, tapi apa kata nurani kita dengan cara begitu) mendingan Kaya Hati. dan selalu kaya memberikan komentar setiap kali kita berkunjung.. ha...ha.. itu adalah cara yang efektif untuk membuat senyum manis pemilik blog.) huhuy... wassalam

    BalasHapus
  25. Saya setuju mbak!!
    Kalau pun ada pro dan kontra, itu bagian dari demokrasi. Gak papa ..
    toh, kalau gak dimulai dari acara reality show, kapan manusia manusia mulai tergerak untuk terjun memahami kehidupan mereka yang membutuhkan.

    Lagian khan setiap sasaran adalah perbedaan, tergantung dari sudut mana kita melihatnya.

    Saya setuju dengan 3 hal yang mbak buka dengan acara acara reality show ini. Kita jadi tergerak untuk membantu. Anggap saja acara itu mengingatkan kita kembali yang biasa duduk bersantai dibuai oleg cerita2 indah di tivi, dengan kesulitan2 yang ada di lingkungan kita

    Coba kalau kita tukar posisi, tentu kita berharap ada seseorang yang ringan membantu tanpa embel embel paksaan atau balasan, disaat kita dalam kesulitan apapun.

    Saya suka banget !!

    BalasHapus
  26. @bunga raya : makasih poinnya...

    @apih yayan : tahu aja kalo pemilik blognya tersenyum..... Hehehe.

    @kuyus : mbak kuyus bener banget. Pro kontra boleh saja terjadi, yang penting ada tindakan utk membantu orang-2 yang membutuhkan dengan caranya masing-2.

    BalasHapus
  27. Kalo menurut aku sih mba,,
    yang penting kita lihat dari sisi positifnya aja..

    BalasHapus
  28. @itik : nah itu pandangan yang positif dari generasi muda..

    BalasHapus
  29. Assakamu'alaikum wr.wb

    menurut saya sih simpel aja, Akar penyebab kemiskinan itu letaknya ada pada kurangnya kepedulian kita semua.
    Rasa merasa sebagai manusia kita semakin berkurang sehingga yang muncul bukan memanusiakan manusia melainkan memanusia-siakan manusia.

    Semoga kita bisa kembali kepada fitrah kita sebagai manusia yang memiliki nurani. Amin

    BalasHapus
  30. @cahaya nurani : amin. Emang kita harus lebih peduli pada sesama ya?

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)