Di saat harga-harga melambung tinggi, sementara lapangan kerja makin sulit di dapat seperti sekarang ini, maka tak mengherankan kalau kejahatan kini semakin marak. Di saat kebutuhan sudah semakin mendesak, sementara sudah tak ada lagi jalan keluar, maka seringkali membuat seseorang menjadi nekad. Di saat harapan dirasa semakin sulit didapat, seringkali membuat seseorang jadi gelap mata.
Himpitan ekonomi seringkali menjadi penyebab dari berbagai kejahatan yang terjadi. Sering terdengar kabar seseorang yang nekad mencuri hanya untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Ada ibu yang nekad mencuri sekotak susu dari sebuah toko swalayan karena tak memiliki uang untuk membelikan susu anaknya. Ada seorang bapak yang nekad mencuri HP hanya agar bisa membeli beras.
Kondisi rawan seperti itulah yang kini sedang terjadi di lingkungan perumahanku. Dalam bulan terakhir ini sudah beberapa kali terjadi pencurian. Pencurian yang "besar" adalah pencurian sebuah mobil yang terparkir di depan pagar. Sementara yang lain adalah pencurian handphone, sepeda dan barang-barang kecil lainnya.
Seringkali suatu tindakan diambil setelah terjadi suatu peristiwa. Seharusnya langkah antisipasi sudah disiapkan sebelum hal buruk terjadi, bukan? Tapi itulah, seringkali keadaan aman mampu melenakan sehingga penjagaan jadi mengedor. Hebatnya, di saat seperti ini, pencuri yang waspada dan pandai membaca suasana bisa leluasa bergerak. Akibatnya... warga yang sudah terlanjur terlena menjadi kelabakan.
Hal tersebut membuat beberapa warga yang marah kemudian mengambil tindakan. Lingkungan perumahan yang sudah terbiasa tanpa "penjagaan" akhirnya dirasa perlu untuk dijaga. Sudah lama memang pos kamling di lingkungan perumahanku tidak difungsikan. Setelah kejadian itu, akhirnya beberapa warga bahu membahu untuk melakukan penjagaan lagi (di malam hari) di sekitar lingkungan perumahan kami.
Kejadian pencurian yang berulang itu sempat membuat emosi warga memuncak. Maka ketika suatu malam seorang pencuri berhasil ditangkap, maka emosi warga tertumpah padanya. Warga yang tak mampu menahan emosi sempat melancarkan beberapa pukulan pada si pencuri. Tentu saja si pencuri tak berdaya menghadapi kemarahan warga.
Fakta yang aku lihat adalah pencuri yang tertangkap tangan hendak mencuri itu belum sempat melakukan aksinya. Namun beberapa kejadian sebelumnya membuat warga sudah tidak mau kompromi lagi. Padahal belum tentu pencuri yang saat itu dihajar warga adalah pencuri yang telah melakukan beberapa pencurian sebelumnya.
Yang aku pikirkan adalah bagaimana jika pencuri yang tertangkap tangan itu bukanlah pencuri yang sebelumnya beroperasi di lingkungan perumahanku? Bagaimana jika sebenarnya pencuri itu adalah pencuri amatiran, dan karena belum berpengalaman makanya tertangkap bahkan sebelum melakukan aksinya? Bagaimana jika pencuri itu adalah termasuk orang yang nekad mencuri karena anaknya kelaparan di rumah?
Bukan maksudku membenarkan tindakan pencuri itu. Tapi entah mengapa yang tergambar di benakku adalah anak-anak yang menangis di tengah malam karena kelaparan. Sementara ayahnya yang ditunggu kedatangannya dengan membawa makanan ternyata tak kunjung pulang? Bagaimana perasaan anak dan istrinya saat di puncak kelaparannya mendapat kabar bahwa sang tulang punggung keluarganya ternyata mendekam di penjara karena ketahuan "hendak" mencuri?
Pencurian adalah tetap pencurian dan kejahatan adalah tetap kejahatan. Tapi menghajar seorang pencuri yang belum sempat beraksi, bahkan tanpa mengetahui alasannya nekad mencuri, rasanya juga sangat tidak adil.
Aku jadi gelisah mempertanyakan siapa yang harus bertanggung jawab atas orang-orang yang tidak berdaya karena terjepit kemiskinan? Siapa yang bersalah, yang tidak menyediakan lapangan kerja atau orang yang putus asa dan nekad melakukan perbuatan dosa?
Aku masih terpaku dalam rasa ngilu.
Himpitan ekonomi seringkali menjadi penyebab dari berbagai kejahatan yang terjadi. Sering terdengar kabar seseorang yang nekad mencuri hanya untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Ada ibu yang nekad mencuri sekotak susu dari sebuah toko swalayan karena tak memiliki uang untuk membelikan susu anaknya. Ada seorang bapak yang nekad mencuri HP hanya agar bisa membeli beras.
Kondisi rawan seperti itulah yang kini sedang terjadi di lingkungan perumahanku. Dalam bulan terakhir ini sudah beberapa kali terjadi pencurian. Pencurian yang "besar" adalah pencurian sebuah mobil yang terparkir di depan pagar. Sementara yang lain adalah pencurian handphone, sepeda dan barang-barang kecil lainnya.
Seringkali suatu tindakan diambil setelah terjadi suatu peristiwa. Seharusnya langkah antisipasi sudah disiapkan sebelum hal buruk terjadi, bukan? Tapi itulah, seringkali keadaan aman mampu melenakan sehingga penjagaan jadi mengedor. Hebatnya, di saat seperti ini, pencuri yang waspada dan pandai membaca suasana bisa leluasa bergerak. Akibatnya... warga yang sudah terlanjur terlena menjadi kelabakan.
Hal tersebut membuat beberapa warga yang marah kemudian mengambil tindakan. Lingkungan perumahan yang sudah terbiasa tanpa "penjagaan" akhirnya dirasa perlu untuk dijaga. Sudah lama memang pos kamling di lingkungan perumahanku tidak difungsikan. Setelah kejadian itu, akhirnya beberapa warga bahu membahu untuk melakukan penjagaan lagi (di malam hari) di sekitar lingkungan perumahan kami.
Kejadian pencurian yang berulang itu sempat membuat emosi warga memuncak. Maka ketika suatu malam seorang pencuri berhasil ditangkap, maka emosi warga tertumpah padanya. Warga yang tak mampu menahan emosi sempat melancarkan beberapa pukulan pada si pencuri. Tentu saja si pencuri tak berdaya menghadapi kemarahan warga.
Fakta yang aku lihat adalah pencuri yang tertangkap tangan hendak mencuri itu belum sempat melakukan aksinya. Namun beberapa kejadian sebelumnya membuat warga sudah tidak mau kompromi lagi. Padahal belum tentu pencuri yang saat itu dihajar warga adalah pencuri yang telah melakukan beberapa pencurian sebelumnya.
Yang aku pikirkan adalah bagaimana jika pencuri yang tertangkap tangan itu bukanlah pencuri yang sebelumnya beroperasi di lingkungan perumahanku? Bagaimana jika sebenarnya pencuri itu adalah pencuri amatiran, dan karena belum berpengalaman makanya tertangkap bahkan sebelum melakukan aksinya? Bagaimana jika pencuri itu adalah termasuk orang yang nekad mencuri karena anaknya kelaparan di rumah?
Bukan maksudku membenarkan tindakan pencuri itu. Tapi entah mengapa yang tergambar di benakku adalah anak-anak yang menangis di tengah malam karena kelaparan. Sementara ayahnya yang ditunggu kedatangannya dengan membawa makanan ternyata tak kunjung pulang? Bagaimana perasaan anak dan istrinya saat di puncak kelaparannya mendapat kabar bahwa sang tulang punggung keluarganya ternyata mendekam di penjara karena ketahuan "hendak" mencuri?
Pencurian adalah tetap pencurian dan kejahatan adalah tetap kejahatan. Tapi menghajar seorang pencuri yang belum sempat beraksi, bahkan tanpa mengetahui alasannya nekad mencuri, rasanya juga sangat tidak adil.
Aku jadi gelisah mempertanyakan siapa yang harus bertanggung jawab atas orang-orang yang tidak berdaya karena terjepit kemiskinan? Siapa yang bersalah, yang tidak menyediakan lapangan kerja atau orang yang putus asa dan nekad melakukan perbuatan dosa?
Aku masih terpaku dalam rasa ngilu.
padahal koruptor yang mencuri yang berlipat kali lebih banyak malah dihormati dan disegani ...
BalasHapusBiasanya malin bereaksi malam hari mbak, kebetulan daerah tempat saya tinggal rawan, rumah saya saja pernah dimaling, biasanya saya blogwalking malam hari, sekalian ronda didalam rumah.
BalasHapus@JengSri : bagaimana asumsi masyarakat terhadap pencuri ya, mbak ?
BalasHapus@joe : mungkin karena orang kaya memiliki banyak sarana untuk membeli kehormatannya ya ?
@eri-communicator : selamat ngeronda aja kalo begitu. Kalo aku mau tidur aja deh.. hehehe..
pencuri..pencopet..maling...penyolong..duhhh...kog bisa ada ya jenis pekerjaan seperti ini...apa gampang karna gak perlu buat surat lamaran ??
BalasHapusBagaimanapun perbuatan mencuri merupakan perbuatan yg keliru. Mengenai tetangga yang kelaparan, sebenarnya merupakan tanggung jawab sosial masyarakat sekitarnya. Adakah kepedulaian diantara mereka? Adakah kepedulian dari RT dan RW-nya?
BalasHapusPondokku
ingat pesen bang NAPI bu, WASPADALAH, WASPADALAH. ....
BalasHapusMenurutku mencuri tetap salah menurut hukum maupun di hadapan Tuhan. Bagaimana klo pemikirannya dibalik, mbak? iya kalo pencuri itu alasan mencuri yg sebenarnya krn anak istri kelaparan, klo cuma pengen cepet kaya kyk tetangga sebelahnya? Kita memang tak bisa cepat menghakimi org, apalagi dgn main pukul. Tapi kalo memang sdh terpergok, perlu diserahkan kpd pihak kepolisian utk diproses.
BalasHapusUtk melenyapkan kejahatan memang susah, mbak, karena selama dunia ini msh ada, akan trs ada yg baik dan yg jahat.
Pencuri yaa..... tetep aja namanya Maling..
BalasHapusBesar ato kecilnya barang yg dicuri ya tetep aja salah.... Tapi tentu saja mestinya Koruptor lebih parah lagi dosanya....
mencuri tetaplah kesalahan apapun alasannya.....
BalasHapuskalo kita masih kasian melihat mereka itu berarti kita masih punya nurani.....itu yang terpenting!!! meskipun kalo kita yang kemalingan kita yang gondok setengah mati hehehe
Mencuri itu apapun bentuknya dosa
BalasHapusbesar ataupun kecil
kecuali mencuri hati mbak..
Mungkin mereka mencuri karena terpaksa
tapi kalo koruptor ya masak karena terpaksa?
dalam situasi seperti sekarang ini, memang semakin banyak yang berupaya untuk menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Semoga postingan ini akan memproteksi kita terhadap hal-hal seperti itu, Sukses selalu.
BalasHapusdi kompleks saya juga barusan terjadi rampok.
BalasHapustetangga (ibu2), baru pulang dari ATM (dia udah diikutin dari ATM), nyampe di rumah pas mau masukin mobil, itu rampok langsung beraksi.
orang yg udah terhimpit beban ekonomi dan perutnya lapar, bisa berbuat nekatss mbak..
jadi kita2 juga harus waspada..
@come n share : wah, gak ada yg mau terima surat lamaran mereka, bang. Hehehe...
BalasHapus@erik : rasanya mas Erik bener deh. Solidaritas dan kepedulian sosial harus makin ditingkatkan.
@mbahMul : iya mbah... Sampai sini juga ya akhirnya.. hehehe
@fanda : mencuri agar cepet kaya ? Alamak... udah lain itu ceritanya hehehe.
@yudie : iya mas..., bener mas... *sambil manggut-manggut*
@jhoni : wha... kalo kita yang kemalingan ?? Aduh jangan sampai deh !!
@itik bali : hayo ngaku..., siapa yg telah mencuri hati si Itik Bali ??
@seti@wan : alasan ekonomi emang sering jadi senjata dan alasan bagi mereka yang nekad melakukan pencurian.
@budiawan : ayo bang..., kita tingkatkan kewaspadaan kita !!
dilematis juga ya bu. makin parah saja negri ini :(
BalasHapus@sibaho : itulah potret negeri kita saat ini...
BalasHapusya alloh.....
BalasHapusmemang sulit ya mbak menghadapi pencuri kelas teri....
Di satu sisi terbersit kasihan , di sisi lain harus ada pengajaran...
yaaaah moga ajah negeri ini makin makmur aja wis shgga nggak ada yang mo mencuri...
@buwel : amin... semoga saja kesejahteraan dapat dirasakan semua ya ??
BalasHapusmemang susah nih urusan beginian. yg pasti kalo lapangan kerja banyak pasti memperkecil kejahatan.
BalasHapus@sang cerpenis : semoga aja pemimpin negara ini akan mampu menciptakan lagi lapangan kerja yang banyak bagi rakyatnya, mbak.
BalasHapuswah, disini maling malah siang hari mbak. Beberapa kali pencurian terjadi malah siang hari. Mungkin karena disini terbilang sepi.
BalasHapusTerutama kalau hari hari raya macam idul adha atau idul fitri, tetangga yang berbeda agama turut membantu mengawasi bersama team keamanannya. Begitu juga bila agama lain yang merayakan hari raya, kami bergantian menjaga rumahnya.
Makanya saya suka dadakan pulang kampung buat nengok rumah, sambil sesekali bebersih.
Emang gak bisa dipisahkan antara maling untuk kebutuhan perut dan ingin cepat kaya dalam waktu singkat. Itu dilemanya.
Saya setuju dengan komen beberapa teman diatas, dimana maling eksekutif masih banyak, malah dihormati dan disegani .. sementara yang kecil kecil banyak yang menjadi korban ..
Saya juga gak punya jawabannya mbak, itulah yang masih menjadi PR di negara kita. Saya rasa semua orang gak sudi jadi maling. Tapi kalau kita dalam posisi mereka, apa mungkin kita lebih baik dari mereka?
@kuyus : semua memang ada yang melatar belakangi mbak... Yang jelas itu menandakan tingkat kesejahteraan dan keamanan di tempat kita masih sangat rendah.
BalasHapus