Dilla terlihat sangat ceria hari ini. Di hadapan gadis kecil berusia 10 tahun itu tersebar uang kertas seribuan yang baru saja berhasil dikeluarkannya dari celengan ayamnya. Dengan sangat antusias dikumpulkannya lembaran uang itu dan dihitungnya dengan senyum tak lepas dari bibir mungilnya.
"Sembilan puluh tiga ribu... Alhamdulillah...," dengan mata berkaca-kaca Dilla mengucap syukur tiada hentinya. Rasanya tak sia-sia dia berusaha keras menabung uang sakunya selama setahun ini. Selama setahun dia telah menyusun rencana yang akan dilaksanakannya 2 hari lagi. Tak seorangpun yang mengetahui rencana itu, karena Dilla memang merahasiakannya selama ini.
Dua hari lagi adalah hari ulang tahunnya. Dilla sangat ingin ulang tahunnya yang ke-11 kali ini dirayakan, karena selama ini belum pernah orang tuanya merayakan hari ulang tahunnya. Dilla tak pernah protes karena dia sadar betul dengan kondisi keuangan keluarganya. Ayahnya yang hanya pegawai negeri rendahan di kantor kecamatan dan ibu yang berjualan nasi uduk di pasar tak mampu memberikan kemewahan baginya dan seorang adiknya. Apalagi Nenek Dilla juga menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya.
"Sembilan puluh tiga ribu... Alhamdulillah...," dengan mata berkaca-kaca Dilla mengucap syukur tiada hentinya. Rasanya tak sia-sia dia berusaha keras menabung uang sakunya selama setahun ini. Selama setahun dia telah menyusun rencana yang akan dilaksanakannya 2 hari lagi. Tak seorangpun yang mengetahui rencana itu, karena Dilla memang merahasiakannya selama ini.
Dua hari lagi adalah hari ulang tahunnya. Dilla sangat ingin ulang tahunnya yang ke-11 kali ini dirayakan, karena selama ini belum pernah orang tuanya merayakan hari ulang tahunnya. Dilla tak pernah protes karena dia sadar betul dengan kondisi keuangan keluarganya. Ayahnya yang hanya pegawai negeri rendahan di kantor kecamatan dan ibu yang berjualan nasi uduk di pasar tak mampu memberikan kemewahan baginya dan seorang adiknya. Apalagi Nenek Dilla juga menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya.
****************
"Nek..., nanti malam Dilla akan ajak Nenek jalan-jalan makan di luar," kata Dilla sumringah sambil mencium pipi keriput neneknya.
"Ada apa kok harus makan di luar, Dilla ? Apa kedua orang tuamu punya uang ? " tanya nenek keheranan menatap cucu kesayangannya itu.
"Kali ini Dilla yang bayar, Nek. Kan hari ini Dilla ulang tahun, dan Dilla pengen kali ini saja bisa merayakannya"
"Kau sudah bicara dengan bapakmu, Dilla ?" tanya Nenek sambil menyibakkan poni Dilla yang sudah mulai kepanjangan.
"Belum Nek, nanti saja sepulang bapak dari kantor"
"Soalnya Nenek khawatir bapakmu marah-marah lagi. Kenapa ya akhir-akhir ini bapakmu gampang sekali marah ? Nenek sampai takut mengajak bicara bapakmu. Takut kalau-kalau apa yang nenek bicarakan membuatnya marah-marah lagi"
Dilla tercekat mendengar kata-kata neneknya. Dipandangnya sosok renta yang duduk di sebelahnya. Wajah keriput itu terlihat murung dan tatapan matanya menerawang jauh. Teriris hati Dilla melihatnya. Tak sepantasnya di usia senja seperti itu neneknya harus memikul derita di hatinya.
Dilla menarik nafas panjang. Dia sendiri tak tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi dalam rumah tangga kedua orang tuanya. Beberapa bulan terakhir ini hubungan ibu dan bapaknya sering terlihat tegang, bapaknya sering marah dan memaki-maki di rumah. Bahkan, pertengkaran mulut pun kian sering terjadi.
Dilla sangat merindukan kehangatan keluarganya seperti dulu. Dia berharap semoga acara ulang tahunnya yang akan melibatkan semua anggota keluarganya dapat membuat mereka bersatu lagi seperti dulu.
"Jangan membuat acara sendiri..!" hardik bapaknya sore itu "Bapak masih capek, banyak pikiran. Jika kamu ngotot mau pergi sekarang pergi saja sendiri."
Suasana rumah menjadi sangat senyap, namun Dilla yang berdiri gemetaran mencoba memberanikan diri berbicara pada bapaknya.
"Tapi ulang tahunku hari ini, pak. Masak harus ditunda? Lagipula aku sudah nabung setahun agar bisa merayakan ulang tahunku bersama keluarga kita." jelas Dilla sambil terisak-isak.
"Ulang tahun kan bisa dirayakan besok-besok. Tak tahu orang tua repot ya...?!" bentak bapaknya lagi.
Tak kuasa menahan sedihnya, Dilla berlari masuk ke kamar tidurnya. Adiknya yang sedari tadi hanya duduk terpaku di kamar tak bisa berbuat apa-apa. Dipeluknya tubuh kakaknya tanpa kata.
Tak lama kemudian, ibunya masuk ke kamar. Dibelainya rambut Dilla dengan perasaan sedih tak terkira. Dia tahu bagaimana Dilla sangat terluka karena Dilla sudah sangat lama menginginkan bisa merayakan ulang tahun bersama keluarga. Sesuatu yang selama ini tak mampu dilakukannya untuk kedua anaknya.
"Dilla, sudahlah jangan menangis. Nanti malam kita berempat pergi makan di luar, tanpa bapak ya?"
Akhirnya, malam itu Dilla pun jadi merayakan ulang tahunnya bersama keluarganya, walaupun tanpa bapaknya. Mereka berempat makan soto madura di warung makan yang tak jauh dari pasar dekat rumah mereka. Walau rencananya tak berjalan sesuai harapannya, tapi Dilla bersyukur masih bisa bersama keluarganya di hari ulang tahunnya.
Pulang dari warung makan, Dilla menyempatkan diri mampir ke sebuah toko roti. Dia telah memesan sebuah tart kecil untuknya sehari sebelumnya. Impian merayakan ulang tahun dengan sebuah tart memang tak bisa dihilangkan dari benaknya. Walau kali ini tart yang bisa dibelinya kecil, tapi Dilla sudah tersenyum bangga. Dibayangkannya, roti itu akan langsung dibagi 5 nanti sesampainya di rumah.
Namun acara potong kue di rumah pun tertunda. Sesampai di rumah bapaknya yang masih marah-marah membuat suasana rumah kembali tegang. Semua terdiam dan Dilla pun hanya bisa memandangi tart-nya yang telah dibelinya dengan menyisihkan uang jajannya setahun. Dia ingin bisa segera memotong tart yang sudah lama diinginkannya itu tapi tak ada keberanian untuk melakukannya. Demikian juga dengan anggota keluarga yang lain. Dilla pun hanya bisa tertunduk kelu.
Tak terasa kembali bulir-bulir air mata mengalir di pipi Dilla. Mengapa di saat dia bisa merayakan ulang tahun pun ternyata tak juga ada rasa bahagia yang didapatkannya..? Mengapa tak seindah bayangannya..?
*gambar diculik dari sini*
"Ada apa kok harus makan di luar, Dilla ? Apa kedua orang tuamu punya uang ? " tanya nenek keheranan menatap cucu kesayangannya itu.
"Kali ini Dilla yang bayar, Nek. Kan hari ini Dilla ulang tahun, dan Dilla pengen kali ini saja bisa merayakannya"
"Kau sudah bicara dengan bapakmu, Dilla ?" tanya Nenek sambil menyibakkan poni Dilla yang sudah mulai kepanjangan.
"Belum Nek, nanti saja sepulang bapak dari kantor"
"Soalnya Nenek khawatir bapakmu marah-marah lagi. Kenapa ya akhir-akhir ini bapakmu gampang sekali marah ? Nenek sampai takut mengajak bicara bapakmu. Takut kalau-kalau apa yang nenek bicarakan membuatnya marah-marah lagi"
Dilla tercekat mendengar kata-kata neneknya. Dipandangnya sosok renta yang duduk di sebelahnya. Wajah keriput itu terlihat murung dan tatapan matanya menerawang jauh. Teriris hati Dilla melihatnya. Tak sepantasnya di usia senja seperti itu neneknya harus memikul derita di hatinya.
Dilla menarik nafas panjang. Dia sendiri tak tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi dalam rumah tangga kedua orang tuanya. Beberapa bulan terakhir ini hubungan ibu dan bapaknya sering terlihat tegang, bapaknya sering marah dan memaki-maki di rumah. Bahkan, pertengkaran mulut pun kian sering terjadi.
Dilla sangat merindukan kehangatan keluarganya seperti dulu. Dia berharap semoga acara ulang tahunnya yang akan melibatkan semua anggota keluarganya dapat membuat mereka bersatu lagi seperti dulu.
"Jangan membuat acara sendiri..!" hardik bapaknya sore itu "Bapak masih capek, banyak pikiran. Jika kamu ngotot mau pergi sekarang pergi saja sendiri."
Suasana rumah menjadi sangat senyap, namun Dilla yang berdiri gemetaran mencoba memberanikan diri berbicara pada bapaknya.
"Tapi ulang tahunku hari ini, pak. Masak harus ditunda? Lagipula aku sudah nabung setahun agar bisa merayakan ulang tahunku bersama keluarga kita." jelas Dilla sambil terisak-isak.
"Ulang tahun kan bisa dirayakan besok-besok. Tak tahu orang tua repot ya...?!" bentak bapaknya lagi.
Tak kuasa menahan sedihnya, Dilla berlari masuk ke kamar tidurnya. Adiknya yang sedari tadi hanya duduk terpaku di kamar tak bisa berbuat apa-apa. Dipeluknya tubuh kakaknya tanpa kata.
Tak lama kemudian, ibunya masuk ke kamar. Dibelainya rambut Dilla dengan perasaan sedih tak terkira. Dia tahu bagaimana Dilla sangat terluka karena Dilla sudah sangat lama menginginkan bisa merayakan ulang tahun bersama keluarga. Sesuatu yang selama ini tak mampu dilakukannya untuk kedua anaknya.
"Dilla, sudahlah jangan menangis. Nanti malam kita berempat pergi makan di luar, tanpa bapak ya?"
Akhirnya, malam itu Dilla pun jadi merayakan ulang tahunnya bersama keluarganya, walaupun tanpa bapaknya. Mereka berempat makan soto madura di warung makan yang tak jauh dari pasar dekat rumah mereka. Walau rencananya tak berjalan sesuai harapannya, tapi Dilla bersyukur masih bisa bersama keluarganya di hari ulang tahunnya.
Pulang dari warung makan, Dilla menyempatkan diri mampir ke sebuah toko roti. Dia telah memesan sebuah tart kecil untuknya sehari sebelumnya. Impian merayakan ulang tahun dengan sebuah tart memang tak bisa dihilangkan dari benaknya. Walau kali ini tart yang bisa dibelinya kecil, tapi Dilla sudah tersenyum bangga. Dibayangkannya, roti itu akan langsung dibagi 5 nanti sesampainya di rumah.
Namun acara potong kue di rumah pun tertunda. Sesampai di rumah bapaknya yang masih marah-marah membuat suasana rumah kembali tegang. Semua terdiam dan Dilla pun hanya bisa memandangi tart-nya yang telah dibelinya dengan menyisihkan uang jajannya setahun. Dia ingin bisa segera memotong tart yang sudah lama diinginkannya itu tapi tak ada keberanian untuk melakukannya. Demikian juga dengan anggota keluarga yang lain. Dilla pun hanya bisa tertunduk kelu.
Tak terasa kembali bulir-bulir air mata mengalir di pipi Dilla. Mengapa di saat dia bisa merayakan ulang tahun pun ternyata tak juga ada rasa bahagia yang didapatkannya..? Mengapa tak seindah bayangannya..?
*gambar diculik dari sini*
gyaaahhhhhh...........ceritanya sedih mba!!!!!!
BalasHapusyah terkadang tidak semua bisa seperti yang kita harapkan...........tetap semangat!!!!
hehehhehe sampai lupa mengucapkan mohon maaf lahir dan batin ya mba.......maaf terlambat!!!!
Selamat ulang tahun Dilla, Semoga hadiah yang terindah segera datang dengan rukunnya kedua orangtuamu, Amin!
BalasHapuskisah nyata ya mba?
BalasHapusjadi sedih bacanya
bapaknya tega banget yah :(
@Jhoni > terima kasih... dan aku minta maaf juga atas salahku selama ini ya..
BalasHapus@p.Edi dan Chika > ini ceritanya aku sedang belajar membuat fiksi... kasih masukan dong hehehe
selamat ulang tahun..
BalasHapuscup...cup...jangan nangis lagi ya Dilla. Emang Mbak liat anak-anak lain ultah dipestain bikin anak yg tak semampu yg ultahnya dipestain merasa gimana. Aku suka kasih tau Rizky kalo tidak semua anak ultahnya bisa dipestain bisa makan-makan enak, bisa dikasih kado yg bagus-bagus, banyak anak-anak diluar sana hanya bisa bermimpi merayakan ultahnya.
BalasHapuswih sad ending.. tega banget sih si bapak sama anaknya.. ky dia g pernah kecil aja. hu uh
BalasHapusjadi pengen nangis.. huhuhu
BalasHapussedih juga ya, kalau ulang tahun malah mendapatkan momen yang tidak enak ...
BalasHapusapa kabar mbak semoga baik selalu , kehangatan keluarga mungkin adalah hal yang utama dan pasti juga sangat mempengaruhi kehidupan anak
BalasHapusWah bapak yang gak punya perasaan kali nih, semoga gak ada dalam kenyataan.
BalasHapusSalam,
hyaaaa,,,sedih banget....
BalasHapusini cerita beneran apa nggak mbak????
ya ampuuuun,,,sampe nabung setahun gitu,,tapi gak dihargain....
kalo Dilla ulang tahunnya hari ini, berarti sama kayak Dija ya Tante?
BalasHapustapi Dija ulang tahun yang ke setengah
bilangin ke Dilla, jangan sedih...
really nice story...
BalasHapusKunjungan perdana, salam kenal :)
BalasHapusslamat ulang tahun yaaa buat dilla ... :)
BalasHapushmmmmmmmmmmmmmm..........
BalasHapusbapaknya keterlaluan neh
Selamat Ulang Tahun Dilla
Semoga Sang Kuasa memberikan apa yang Dilla inginkan
salam buat Dilla yang berultah.. apa kabar Mbak Reny?
BalasHapusduh tu bapak, jahat banget sih.. ceritanya sedihh T_T, udah ngumpulin duit capek2, beliin kue, makan soto madura, masiih jg dimarahin..
BalasHapusmaunya karena dila tulus, bapaknya jadi ngga tega yah.. hehe
salam sobat
BalasHapusDilla senang bisa merayakan ultahnya, walaupun tak seindah yang diharapkannya ya mba.
walau telat ,minal aidin walfaidzin mba Reni.
ulang tahun DIja kemaren baru yg ke setengah tahun
BalasHapusDilla... jangan sedih ya... masih ada nenek, mama, dan adik yang menemanimu... soal bapak.. pahamilah juga dia karena mungkin saja memang ada yang sedang mengganggu pikirannya... yang pasti harus Dilla tau... bapak pasti sangat menyayangi Dilla...
BalasHapuskasian Dilla, mendingan motong tartnya di Teras Penghuni60 aja, pasti seneng kalo dibagi2...
BalasHapus:)
jgn2 yg sedih2 donk mba...
oya, maen ke Penghuni60 ada update Fenomena Telur bErdiri
hiks... kasian bngt dilla, koq ada ya bpk yg kyk gitu
BalasHapussabar yaa Dilla, mungkin nanti Bapaknya akan segera luluh klo dikasih sepotong tart dari Dilla
BalasHapus*upss ini Fiksi kan yaa* koq sad ending sih Mbak, di ultah pula :(
ceritanya hampir sama dengan saya..
BalasHapustiap tahun,,saya tidak pernah dirayakan ulang tahun..sejak lahir sampai umur saya sekarang 21 tahun..
saya broken home..ayah saya punya istri baru lagi..dan ibu kandung saya,,pernah memasukkan saya ke penjara dengan tuduhan menggelapkan motor..padahal motor tsbut saya gunakan untuk berangkat sekolah..itu masa lalu saya..
surprise???tidak ada yang pernah memberikan itu kepada saya..saya merasa bukan orang penting untuk dirayakan ultahnya..
sampai suatu saat,,hal yg sangat menyakitkan adalah..sewaktu hari ultah saya,,pacar saya berubah 180 derajat dan meninggalkan saya tanpa alasan yg jelas..dan malamnya,,saya terdiam dikamar dan menyalakan lilin sambil menyanyikan lagu ulang tahun untuk diri sendiri..dan kejadian itu pada bulan januari 2011..