Senin, 11 Mei 2009

Saat masih berkuasa

Kebanyakan orang saat memegang kekuasaan akan mempergunakan kekuasaannya itu untuk mempermudah segala urusannya. Dengan mempergunakan kekuasaannya biasanya mereka dapat membuat orang lain memenuhi keinginannya. Sudah banyak contoh kasus untuk membuktikan hal itu.

Aku sendiri pernah punya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan salah seorang yang memegang kekuasaan ini. Kebetulan dia adalah salah seorang anggota DPRD (sebut saja Bpk. X). Dan aku tak akan pernah lupa akan kejadian hari itu.

Suatu pagi saat aku sedang sibuk bekerja di mejaku, tiba-tiba Bpk. X datang dan langsung menuju ke mejaku. Tanpa perlu banyak berbasa-basi dia menunjukkan dokumen anaknya yang namanya salah ketik. Walaupun bukan aku yang mengetik nama anaknya itu, tapi aku memang yang bertanggung jawab atas keluarnya dokumen itu.

Dengan nada suara yang sama sekali tidak ramah, Bpk. X menyuruhku (catat : bukan meminta tolong) untuk membetulkan nama yang tercatat dalam dokumen itu. Saat aku menerimanya dan menjanjikan padanya untuk memperbaiki dokumen itu, ternyata masih ada lagi "perintah"nya untukku. Dengan suara keras Bpk. X berkata : "kalau sudah jadi, legalisir rangkap 10!"

Belum cukup kata-kata itu diucapkannya sekali, Bpk. X masih mengulanginya 2 kali lagi. Seakan-akan takut aku tidak mendengar dan tidak melaksanakan kata-katanya yang disampaikan dengan keras itu. Teman-temanku yang melihat kejadian itu hanya bisa geleng-geleng kepala dengan muka yang sebel banget.

Begitu Bpk. X keluar ruangan, maka ramailah suasana kantorku. Semua sibuk membicarakan Bpk. X tadi. Tak satupun teman sekantorku yang simpati dengan sikap dan cara Bpk. X tadi. Teman-teman kecewa dengan cara dan sikap Bpk. X dalam mengutarakan maksudnya. Semua merasa heran dengan sikap sok kuasa yang ditunjukkannya

Namun, ada juga teman yang menyalahkan aku, mengapa aku menuruti saja apa katanya. Jawabku sih sederhana saja, aku hanya dituntut untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Ada juga teman yang lain protes begini : "suruh legalisir rangkap 10? Kok gak kasih uang untuk foto copy?!"

Namun sejujurnya, dalam hati aku juga merasa jengkel sekali. Kalau seseorang minta tolong kan harusnya dengan sikap dan cara yang baik, mengapa Bpk. X tidak melakukan hal itu ? Apa yang akan terjadi apabila ternyata dalam periode berikutnya Bpk. X tidak lagi terpilih sebagai anggota DPRD? Akankah saat tak lagi berkuasa Bpk. X masih akan bersikap yang sama?

Aku jadi berpikir, apakah sikap itu memang merupakan kepribadian Bpk. X atau sikap yang muncul dari perasaan berkuasa ? Namun jika mengingat dokumen itu adalah milik anaknya yang sudah tamat SMA, maka yang jadi pertanyaanku adalah mengapa bukan anaknya sendiri yang mengurus dokumen itu? Apakah ada kekhawatiran di benak orangtuanya, kalau yang mengurus dokumen itu sang anak sendiri tidak akan "ditanggapi" dengan baik? Apakah beliau beranggapan bahwa kalau yang mengurus dokumen itu adalah seorang anggota dewan yang terhormat, pasti akan langsung ditanggapi?

Yang lebih sering terjadi adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan justru mempergunakan kekuasaannya itu untuk kepentingan dirinya dan keluarganya semata. Jarang sekali orang yang mempergunakan kekuasaannya untuk memperjuangkan orang lain. Semoga saja calon-calon legislatif yang baru saja terpilih tidak akan bersikap seperti itu. Amin.

31 komentar:

  1. Memang org yg berkuasa cenderung utk menindas org kecil, ya mbak? Kadang bertanya klo seandainya kita yg jadi org kaya dan berkuasa, apakah kita jg akan bersikap seperti mereka? Apakah memang kekayaan dan kekuasaan akan dapat merubah sifat org?
    heheh...kok malah ngajak merenung...

    BalasHapus
  2. @fanda : sepertinya kita layak merenungkannya. Setelah kita tahu betapa tidak enaknya "ditekan" oleh penguasa, harusnya kita tidak melakukan hal tersebut. Tapi kembali lagi pada sifat dasar manusia ya mbak.... Karena manusia tempatnya lupa dan salah, jadi mungkin sekali seseorang jadi lupa setelah memegang kekuasaan di tangannya.

    BalasHapus
  3. aku sendiri bingung kalo di amanahi kekuasaan seperti itu, berubahkah sikapku...?
    Tapi saya rasa tergantung kepribadiannya kali ya mbak.....
    ada juga penguasa yang baik.
    tapi untuk bapak x di cerita mbak emang kebangeten mbak....
    moga ajah dia udah tobat sekarang...
    amiiin

    BalasHapus
  4. ah,,yang kayak gitu mah udah sering keliatan. terkadang orang-orang kalo udah punya kuasa suka "lupa daratan"

    BalasHapus
  5. Saat kita belum berkuasa
    Idealisme begitu menyala
    untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik
    tapi memegang amanah memang sulit mbak
    saat berada di atas
    maka idealismenya pun menguap entah kemana

    BalasHapus
  6. @buwel : hehehe, beliau belum tobat tuh. Tapi kata teman-2, beliau itu emang terkenal "rewel" dan banyak tuntutan. Soalnya teman-2 sudah ada juga yg "bermsalah" dengan beliau.

    @henny : emang ternyata masih banyak orang yang tak "siap" memegang kekuasaan ya ?

    BalasHapus
  7. @itik bali : semoga aja wakil-2 rakyat yang baru tidak lagi seperti itu. *ngarep mode on*

    BalasHapus
  8. Ya mbak Reni, begitulah kondisi jiwa bangsa kita ini. Komentar saya, ya, kebetulan yang mbak hadapi orang yang berkuasa tapi tidak beretika. Yang berkuasa, menekan/membodohi rakyat dengan cara santun, lemah lembut banyak juga lho. Nah tipe kedua ini malah lebih sulit kita menghadapinya. Bagaimanapun, kekuasaan itu amanah, harus dijalankan dengan benar, tentu dengan cara yang baik pula. Nice posting mbak.

    BalasHapus
  9. Kekuasaan terkadang menyesatkan.

    BalasHapus
  10. wah sering terjadi ya mbak, jabatan menjadi senjata kesewenangan. salam kenal, rumahnya bagus, jamnya ituuuu sip

    BalasHapus
  11. Weleh mbak..emang banyak orang yg seperti itu. Sabar saja, dan berdoa semoga kita tidak termasuk orang2 yg seperti itu..

    BalasHapus
  12. Yah gak dimana2 mbak.. ada jabatan langsung kyk jadi Tuhan aja. Seenaknya dewe. Pdhl katanya bangsa Indonesia adalah bangsa dengan toleransi tinggi. Benarkah?

    BalasHapus
  13. stop kapitalisme
    basmi para kolonial
    (gk nyambung ya)
    hehehehehe

    BalasHapus
  14. para penguasa yang cenderung menindas biasanya kurang memahami bahwa pada dasarnya kekuasaan yang diamanahkan kepada nya saat ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh NYA di hari akhir nanti.
    apakah kita berkuasa dengan tangan dingin dan penyantun, ataun dengan tangan diktator dan memeras rakyat.

    BalasHapus
  15. wew... itulah manusia yang kadang suka tamak klo berkuasa :)

    BalasHapus
  16. yang begini ini nih..yg ga bisa jadi pemimpin..
    baru aja anggota DPRD (pake D ya..Daerah..), kelakuannya udah kayak preman.
    apalagi kalo jadi anggota DPR (tanpa D), atau jadi Menteri..
    hancur-lah negara ini..
    hal2 yg begini ini yang membuat saya apatis sama Pemilu, dan sampai hari ini saya hanya pernah sekali ikut Pemilu.
    bilangin mbak, sm anggota DPRD (pake D) itu, koq anggota DPRD ngga punya duit utk fotocopy? apa perlu saya yg gantiin uang fotocopynya..
    panas aku melihat kelakuannya..

    errrrrghhhhhhh.....

    BalasHapus
  17. yang berkuasa sering lupa daratan
    aku juga jengkel ma org kek gitu mba

    BalasHapus
  18. @newsoul : bener juga mbak Elly, kebetulan yang aku hadapi orang yang gak menyembunyikan sikap dan perilakunya ya ?

    @RCO : khususnya bagi yang gak kuat iman ya.. ?

    @wewarna : ternyata memang masih banyak yg spt itu. Salam kenal kembali.... Makasih pujiannya.

    @rampadan : oke, makasih ya...

    @ajeng : Amien.... Makasih mbak Ajeng.

    @Uke Poet : ya ternyata begitulah mbak, masih banyak yang lupa setelah pegang kuasa...

    @yanuar catur : hehehe... pisss men.

    @penny : setuju sekali deh ama yang disampaikan ma Mbak Penny.

    @afwan : begitulah ternyata..

    @budiawan : wah, Bang Budi jadi ikutan emosi juga nih. Hehehe...

    @attayaya : sayangnya orang-2 spt itu masih banyak di sekitar kita. Semoga saja yg kepilih jadi anggota legislatif periode yg akan datang gak "kaget" dg kekuasaan yg baru ditangan ya ?

    BalasHapus
  19. hmm.
    Memang, saat manusia masih berkuasa, suka lupa segalanya. tidak lagi perduli dengan apa yang ada di sekeliling.
    ''''''''''''''''''''''''''''''''''
    Semoga saja ketika saya belum mampu, saya tidak diberi kekuasaan

    BalasHapus
  20. Kalau sedang berkuasa manusia kadang suka lupa segalanya. kalau kekuasaan sudah hilang kekuasaannya itu baru tahu rasa dia...

    BalasHapus
  21. @kang-dwi : Semoga saja Kang Dwi segera mampu utk menerima kekuasaan itu. Amin.

    @maskuncoro : masalahnya saat berkuasa lupa sih bagaimana besok kalau mereka tak lagi berkuasa...

    BalasHapus
  22. memang kebanyakan orang yang merasa jabatannya tinggi bakalan seenak nya dewe mba, wadoh saya jadi pingin gigitan bapak X itu hehehe.. sekarang dia gimana ya ? masihkah seperti itu ?

    BalasHapus
  23. @Jonk : ternyata dia masih seperti itu kok. Buktinya siang tadi dia datang lagi ke kantorku untuk mengambil dokumen anaknya itu. Aku sungguh heran, mengapa dia tidak membiarkan anaknya (cowok pula!) untuk mengurusi sendiri urusannya ya?

    BalasHapus
  24. ehhmm..klo ngomongin birokrat..pasti gak jauh-jauh deh dengan yang namanya "mumpung" masih berkuasa...
    Jadi "catat : aku datang kesini malam ini !"

    (buru-buru kabuurrrrr....)

    BalasHapus
  25. kira2 kalo si bapak EX-DPR itu baca tulisan ini jadi inget khilafnya apa malah suruh ngeprint ini artikel rangkap 10! ya?
    tahta dan harta kadang bisa merubah sifat seseorang dalam sekejap.

    BalasHapus
  26. @yudie : wah iya mas Yudie.., kehadirannya aku catat kok disini. Hehehehe...

    @trimatra : waduh, kalau beliau sampai tahu... habis aku kena dampratan darinya !! Hehehe..

    BalasHapus
  27. pengin lihat penguasa, sekarang belum tobat ya mbak...heheeheheh..
    Ya udah ngedoain lagi, semoga tobat esok hari...
    amiiin.
    oiya mbak awardnya udah di posting...maaf ya lama...

    BalasHapus
  28. Ya begitulah mbak gaya penguasa di negara kita... di belahan kota ya masih banyak yang seperti itu... karena mayoritas mereka minim pengetahuan, apalagi kalau ketika jadi penguasa juga main suap...

    BalasHapus
  29. jangankan yg punya kuasa, lah...orang biasa aja byk yg begitu,mbak.

    kapan2 aku posting ttg kesombongan salah satu klienku.

    tapi aku salut, mbak Reni gak terpancing emosinya. biarkan aja. suatu saat ketika dia tak lagi berkuasa, pasti akan menyadari betapa soknya dia dulu.

    BalasHapus
  30. @buwel : iya tuh..., belum tobat beliaunya...

    @mulyati : memprihatinkan ya mbak...

    @sang cerpenis : ya sebenarnya jengkel juga sih mbak ama lagaknya, tapi... tugasku yang memberikan pelayanan sebaik-baiknya. Hikss...

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)