Beberapa hari yang lalu aku datang ke sebuah blog besar, yang ditulis secara keroyokan oleh anggota blog. Awal bergabungnya aku dalam blog itu adalah berkat ajakan dan bujuk rayu dari mbak Gati, seorang blogger dan penulis senior yang kukenal di awal aku ngeblog. Terus terang saja, awalnya aku tak PD untuk bergabung dalam blog itu. Aku melihat bahwa beberapa penulis yang tergabung disitu adalah penulis yang sudah punya jam terbang tinggi dan kemampuan menulisnya pun menurutku sudah teruji.
Aku yang masih merasa tak memiliki kemampuan menulis yang bagus, dan masih suka nulis asal-asalan sungguh tak punya nyali untuk bergabung disana. Namun, mbak Gati meyakinkan aku bahwa semua itu butuh proses. Akhirnya, bulan September kemarin aku memberanikan diri untuk ikut bergabung. Namun karena masih kurang PD itulah, maka sampai sekarang aku baru berhasil memposting 2 buah artikel. Hehehe..
Nah, saat beberapa hari yang lalu aku menengok blog itu aku kaget luar biasa, karena disana sedang terjadi 'kehebohan'. Pasalnya, seorang penulis dengan beraninya mengatakan bahwa fiksi-fiksi yang ada di blog besar itu tak lain hanyalah 'sampah' belaka. Menurutnya, fiksi yang termuat dalam blog itu tak dapat disebut sebagai karya sastra. Tentu saja keberaniannya dalam mengkritik itu menuai banyak reaksi dan komentar. Aku yang selama ini hanya menulis opini saja diam-diam bersyukur karena 'belum' termasuk sebagai karya yang dicaci dan dianggap sampah tersebut.
Kritikan yang ditulis oleh salah satu anggota blog itu mau tak mau membuatku berpikir. Aku mulai menilai tulisanku sendiri di kedua blogku. Aku menjadi malu karena ternyata apa yang telah aku tulis di kedua blogku itu mungkin bisa dikategorikan 'sampah' juga. Selama ini aku lebih banyak menulis curhat, yang tak penting, tentang kehidupan yang terjadi di seputarku. Jarang sekali aku menulis sesuatu yang bermutu.
Namun kemudian aku berpikir, apakah aku harus berhenti menulis? Rasanya tidak, karena segalanya perlu proses. Jika selama ini aku baru mampu menulis hal-hal yang tak penting seperti ini, semoga saja jika aku tetap rajin berlatih menulis suatu saat nanti tulisanku akan berkembang lebih baik lagi. Jadi, sementara ini ijinkan aku untuk tetap berlatih menulis. Jika hasilnya masih berupa hal-hal yang tak penting, mohon dimaklumi. Aku akan lebih senang lagi jika ternyata ada yang berkenan untuk memberikan kritik membangun kepadaku, supaya aku dapat lebih maju lagi.
Ayo..., bantu aku untuk dapat berkembang. Terima kasih sebelumnya.
Aku yang masih merasa tak memiliki kemampuan menulis yang bagus, dan masih suka nulis asal-asalan sungguh tak punya nyali untuk bergabung disana. Namun, mbak Gati meyakinkan aku bahwa semua itu butuh proses. Akhirnya, bulan September kemarin aku memberanikan diri untuk ikut bergabung. Namun karena masih kurang PD itulah, maka sampai sekarang aku baru berhasil memposting 2 buah artikel. Hehehe..
Nah, saat beberapa hari yang lalu aku menengok blog itu aku kaget luar biasa, karena disana sedang terjadi 'kehebohan'. Pasalnya, seorang penulis dengan beraninya mengatakan bahwa fiksi-fiksi yang ada di blog besar itu tak lain hanyalah 'sampah' belaka. Menurutnya, fiksi yang termuat dalam blog itu tak dapat disebut sebagai karya sastra. Tentu saja keberaniannya dalam mengkritik itu menuai banyak reaksi dan komentar. Aku yang selama ini hanya menulis opini saja diam-diam bersyukur karena 'belum' termasuk sebagai karya yang dicaci dan dianggap sampah tersebut.
Kritikan yang ditulis oleh salah satu anggota blog itu mau tak mau membuatku berpikir. Aku mulai menilai tulisanku sendiri di kedua blogku. Aku menjadi malu karena ternyata apa yang telah aku tulis di kedua blogku itu mungkin bisa dikategorikan 'sampah' juga. Selama ini aku lebih banyak menulis curhat, yang tak penting, tentang kehidupan yang terjadi di seputarku. Jarang sekali aku menulis sesuatu yang bermutu.
Namun kemudian aku berpikir, apakah aku harus berhenti menulis? Rasanya tidak, karena segalanya perlu proses. Jika selama ini aku baru mampu menulis hal-hal yang tak penting seperti ini, semoga saja jika aku tetap rajin berlatih menulis suatu saat nanti tulisanku akan berkembang lebih baik lagi. Jadi, sementara ini ijinkan aku untuk tetap berlatih menulis. Jika hasilnya masih berupa hal-hal yang tak penting, mohon dimaklumi. Aku akan lebih senang lagi jika ternyata ada yang berkenan untuk memberikan kritik membangun kepadaku, supaya aku dapat lebih maju lagi.
Ayo..., bantu aku untuk dapat berkembang. Terima kasih sebelumnya.
inilah dunia blogging ya Mbak..
BalasHapussemua orang bebas menuliskan apapun, perbedaan dan kontroversi
yang paling penting sih, semoga kita semua bisa belajar bareng tentang segala hal di dunia ini.
termasuk belajar soal etika cyber
aku pikir sih tulisan Mbak Reni bagus
FF nya apalagi
soalnya aku gak bisa tuh bikin FF
hehehe
kalo chika gx setuju mba ama pendapat yang itu
BalasHapusgx ada yang namanya tulisan sampah
tulisan yang dibuat seoorang blogger dengan sepenuh hati itu ide yang cemerlang
kecuali kalo cuma buat nampang iklan doank :D
tetep semangat
kita nge-blog kan buat diri sendiri, bukan buat orang. ya terserah kita mau tulis apa. kan pribadi. toh kita tidak mempublikasikannya komersil, kalo dikomersilin baru orang berhak komentar. ya to mba??
BalasHapusDi dunia sastra sendiri (offline) setahu saya belum ada istilah tulisan sampah Mbak. Yang ada hanyalah penilaian berbobot apa kurang berbobot. Itupun yang berhak menilai adalah mereka2 yg dianggap mumpuni untuk mengkritik karya sastra dan sudah mempunyai segudang karya..
BalasHapusTerus menulis Mbak, karena tulisan masing2 individu itu selalu memiliki karakter sendiri, sesuai dengan latar belakang hidupnya..
Semangat...!!!
waduuhh mbak, klo gtu saya juga kesentil dunk, secara tulisan di blogku (rasanya dari awal ampe skrg) itu isinya curhatan smua, huhuhuh
BalasHapustapi mari terus semangat ngeblog ya mbak, mengembangkan inspirasi kita... :)
Mbak Reni, teruslah menulis...semuanya perlu proses, penulis terkenal pun asalnya dari penulis sampah tapi dia terus menulis hingga kemampuannya terus terasah, kalo kita takut tulisan kita disebut sampah maka kita tidak pernah menulis, tidak pernah berkarya.
BalasHapusjangan menunggu sesuatu itu menjadi sempurna, karena segalanya berawal dari kekurang sempurnaan :D
BalasHapusayuk maju bersama aku bu :D
BalasHapusBagus itu mbak, saya juga nulis disebuah website.. Lanjutkan..
BalasHapusMbak Reni, aku add Mbak Reni di Kompasiana yaa.. ;-)
BalasHapusurl blog besarnya kok ndak ditampilkan, mbak? jadi penasaran juga nih. bener2 jadi taruhan nih, kalau memang terbukti hanya memuat tulisan2 "sampah"!
BalasHapuslho, bu. kok ibu jadi ikutan menilai bagus tidak nya sebuah tulisan? sebuah seni tidak ada yang jelek bukan? seni adalah selera.
BalasHapusmenurut gw blogging adalah dunia kebebasan berekspresi. terserah orang mau nulis apa, entah curhat atau sekedar copas. yang penting sudah berpartisipasi.
dan tulisan yang sudah ibu publikasikan semua bagus! dari pertama saya follow ibu sampai sekarang saya baca kok semua tulisannya dan itu bagus. jangan berenti nulis ya bu... T_T
Pagi Mb Reni...meskipun saya tidak punya pengalaman dalam hal bloging..tapi semua kembali pada apa yang kita sudahniatkan Mb..
BalasHapusKita ngeblog banyak ragam...dan semua itu bagaiman tanggapan pengunjung, kalau saya simple aja mb..gak suka dgn satu blog yang menurutku kurang enak dan tidak bermutu mending gak usah masuk dan mengomentari...cukup dilewatkan saja..hal ini justru malah lebih baik...
Waduh mba q jg msh gaptek ttg menulis yg baik n bnr...Met pg mba met aktivitas.Lam knl
BalasHapusIya mbak btul komen2 diatas. lha kalo dibandingkan tulisanku dgn tulisan mba he..he.. aku ga ono apa2ne.. tapi intine yo nulis aja ini kan kebebasan tiap2 orng. mnrtku tulisan mba apik kok. Gbu
BalasHapusmaju terus pantang mundur...
BalasHapusLooh mba Reny kan rajin menulis..
BalasHapustak ada salahnya mba ikuta bergabung kali aja makin berkembang ilmu menulisnya