Selama ini aku dan suami memang membekali HP untuk Shasa setiap berangkat sekolah, ataupun saat dia mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya. Tujuannya tentu saja agar jika ada informasi penting (khususnya tentang jadwal kegiatan Shasa) bisa segera disampaikan. Selama ini memang Ayahnya yang paling berkepentingan dengan jadwal Shasa, karena yang bertugas antar jemput di sekolah memang Ayahnya.
Pengalaman selama lebih dari 4 tahun ini, jadwal Shasa pulang sekolah hampir selalu berubah. Terkadang Shasa harus pulang terlambat karena mengikuti latihan persiapan mengikuti suatu lomba. Lain kali Shasa terlambat pulang karena jam pelajarannya 'molor' dari jadwal semula. Atau suatu kali sepulang sekolah ada pelajaran tambahan yang diberikan gurunya. Dan.., kejadian seperti itu seringkali terjadi.
Jika Ayahnya menjemput sesuai dengan jadwal pelajaran yang tertempel di rumah, maka seringkali Ayahnya harus menunggu. Kalau hanya menunggu 5-10 menit sih tak masalah, tapi kalau sampai menunggu selama 1 jam lebih kan mengganggu pekerjaan kantornya. Itu sebabnya, Shasa diminta untuk menelpon Ayahnya setiap hari setelah seluruh pelajaran dan kegiatan sekolah yang diikutinya selesai. Itu berarti Shasa harus menunggu sebentar di sekolah sampai Ayahnya datang. Untungnya, jarak sekolah dan kantor Ayahnya dekat, jadi Shasa tak harus menunggu lama sampai dijemput Ayahnya.
Namun suatu hari seorang anak kehilangan HP di sekolah. Kebetulan HP yang hilang itu termasuk HP yang mahal, sehingga orang tuanya marah sewaktu HP itu hilang. Lucunya, kemudian orang tua anak itu menuntut sekolah untuk mengganti HP yang hilang. Akibat dari peristiwa itu, akhirnya sekolah menggelar razia. Setiap HP yang dibawa anak disita. HP tersebut baru dikembalikan setelah masing-masing wali murid mengambil HP itu di ruang guru.
Sejak kejadian razia itu, Shasa tidak mau lagi membawa HP ke sekolah. Untuk minta dijemput, Shasa harus menelpon dari telepon umum yang ada di depan sekolah. Namun, selebihnya... jika ada hal-hal penting lainnya jadi kerepotan. Misalnya pagi ini. Tadi pagi Shasa menelpon Ayahnya (lewat telepon umum), tapi karena Ayahnya sedang mengantarkan Eyangnya Shasa ke dokter, jadi tak tahu ada telepon dari Shasa. Kemudian Shasa ganti menelpon aku, tapi karena aku sedang apel pagi maka aku juga tak tahu ada telpon dari Shasa.
Setelah kami sama-sama mengetahui bahwa ternyata tadi Shasa telpon, kami jadi bingung sekaligus cemas. Ada apa kok sampai pagi-pagi Shasa sudah menelpon kami ? Karena Shasa tak bawa HP, maka dia tak bisa SMS dan meninggalkan pesan untuk kami. Sebaliknya, kami tak dapat menelpon Shasa balik untuk menanyakan ada masalah apa kok dia sampai menelpon kami.
Akhirnya, daripada kami gelisah berkepanjangan, Ayahnya segera meluncur ke sekolah Shasa untuk mencari tahu permasalahannya. Ternyata, pada hari itu ada perubahan jadwal untuk pelajaran tambahan. Dan, mungkin karena Shasa lupa, dia tak membawa buku yang diperlukan untuk pelajaran tambahan itu. Akhirnya, Ayahnya harus balik ke rumah lagi untuk mengambilkan buku Shasa dan membawanya kembali ke sekolah. Untungnya.... Madiun ini kota kecil, dan jarak kemana-mana terhitung dekat. Sehingga acara bolak-balik itu tak memakan waktu lebih dari 40 menit.
Terbukti sudah, betapa repotnya kami ketika Shasa tak membawa HP. Komunikasi menjadi tak lancar sehingga kami semua sama-sama repot jadinya. Mungkin, besok Shasa akan kami minta membawa HP lagi ke sekolah, toh sekolah tidak melarangnya. Hanya saja, HP itu akan dititipkan di Ruang Guru selama pelajaran berlangsung. Bagaimanapun itu jauh lebih baik, karena setidaknya Shasa tak kesulitan untuk menghubungi kami lagi.
Pengalaman selama lebih dari 4 tahun ini, jadwal Shasa pulang sekolah hampir selalu berubah. Terkadang Shasa harus pulang terlambat karena mengikuti latihan persiapan mengikuti suatu lomba. Lain kali Shasa terlambat pulang karena jam pelajarannya 'molor' dari jadwal semula. Atau suatu kali sepulang sekolah ada pelajaran tambahan yang diberikan gurunya. Dan.., kejadian seperti itu seringkali terjadi.
Jika Ayahnya menjemput sesuai dengan jadwal pelajaran yang tertempel di rumah, maka seringkali Ayahnya harus menunggu. Kalau hanya menunggu 5-10 menit sih tak masalah, tapi kalau sampai menunggu selama 1 jam lebih kan mengganggu pekerjaan kantornya. Itu sebabnya, Shasa diminta untuk menelpon Ayahnya setiap hari setelah seluruh pelajaran dan kegiatan sekolah yang diikutinya selesai. Itu berarti Shasa harus menunggu sebentar di sekolah sampai Ayahnya datang. Untungnya, jarak sekolah dan kantor Ayahnya dekat, jadi Shasa tak harus menunggu lama sampai dijemput Ayahnya.
Namun suatu hari seorang anak kehilangan HP di sekolah. Kebetulan HP yang hilang itu termasuk HP yang mahal, sehingga orang tuanya marah sewaktu HP itu hilang. Lucunya, kemudian orang tua anak itu menuntut sekolah untuk mengganti HP yang hilang. Akibat dari peristiwa itu, akhirnya sekolah menggelar razia. Setiap HP yang dibawa anak disita. HP tersebut baru dikembalikan setelah masing-masing wali murid mengambil HP itu di ruang guru.
Sejak kejadian razia itu, Shasa tidak mau lagi membawa HP ke sekolah. Untuk minta dijemput, Shasa harus menelpon dari telepon umum yang ada di depan sekolah. Namun, selebihnya... jika ada hal-hal penting lainnya jadi kerepotan. Misalnya pagi ini. Tadi pagi Shasa menelpon Ayahnya (lewat telepon umum), tapi karena Ayahnya sedang mengantarkan Eyangnya Shasa ke dokter, jadi tak tahu ada telepon dari Shasa. Kemudian Shasa ganti menelpon aku, tapi karena aku sedang apel pagi maka aku juga tak tahu ada telpon dari Shasa.
Setelah kami sama-sama mengetahui bahwa ternyata tadi Shasa telpon, kami jadi bingung sekaligus cemas. Ada apa kok sampai pagi-pagi Shasa sudah menelpon kami ? Karena Shasa tak bawa HP, maka dia tak bisa SMS dan meninggalkan pesan untuk kami. Sebaliknya, kami tak dapat menelpon Shasa balik untuk menanyakan ada masalah apa kok dia sampai menelpon kami.
Akhirnya, daripada kami gelisah berkepanjangan, Ayahnya segera meluncur ke sekolah Shasa untuk mencari tahu permasalahannya. Ternyata, pada hari itu ada perubahan jadwal untuk pelajaran tambahan. Dan, mungkin karena Shasa lupa, dia tak membawa buku yang diperlukan untuk pelajaran tambahan itu. Akhirnya, Ayahnya harus balik ke rumah lagi untuk mengambilkan buku Shasa dan membawanya kembali ke sekolah. Untungnya.... Madiun ini kota kecil, dan jarak kemana-mana terhitung dekat. Sehingga acara bolak-balik itu tak memakan waktu lebih dari 40 menit.
Terbukti sudah, betapa repotnya kami ketika Shasa tak membawa HP. Komunikasi menjadi tak lancar sehingga kami semua sama-sama repot jadinya. Mungkin, besok Shasa akan kami minta membawa HP lagi ke sekolah, toh sekolah tidak melarangnya. Hanya saja, HP itu akan dititipkan di Ruang Guru selama pelajaran berlangsung. Bagaimanapun itu jauh lebih baik, karena setidaknya Shasa tak kesulitan untuk menghubungi kami lagi.
karena perkembangan jaman, manusia jadi ketergantungan dengan alat komunikasi mungil satu itu. dari kasus Shasa repot juga orangtua yang menyesuaikan dengan jadwal pulang sekolah anak, jika anak tidak dibawakan hp.
BalasHapussalam buat Shasa mbak, yang rajin sekolah nya ^^
Wah klo gtu harusnya..... diperbolehkan aja membawa HP.. toh HP yg ilang belum tentu di sekolah shahsa kan ... lagian repot juga klo kejadiannya kaya gini.... orang tuanya repot anaknya juga mesti ikutan nunggu gak jelas karena itu... walah..... susah emank hhe....
BalasHapusSemangat n happy blogging mbak...
met pagi bu...
BalasHapusberkunjung nich mo baca-baca artikelnya
terima kasih
iya bu, lebih baik dititipkan yang penting komunikasi dengan anak lancar. lagipula anak memang harus mulai dibekali sesuatu agar mudah berinteraksi termasuk dalam hal-hal yang urgent seperti tadi :D
BalasHapusdemi kemanan anak, ga papa lah diberi kelonggaran peraturan dari sekolah. salam ya bu buat shasha. :)
BalasHapussepertinya pihak sekolah tidak punya peran dominan. Maksud saya kenapa hubungan orang tua dengan anaknya yang sekolah tidak difasilitasi sekolah? jadi orang tua menelpon pihak sekolah untuk mengetahui situasi sekolah, atau siswa bisa memakai telpon sekolah untuk berhubungan dengan orang tuanya.
BalasHapusserba salah ya Mbak, klo bawa disita dan harus dititipkan ke guru, tp klo gk bawa malah jadi merepotkan gitu, apa Shasa gk boleh minjem hp gurunya aja kali ya buat SMS Ibu/Ayahnya:D
BalasHapusMemang benar, jika anak tidak membawa Hp bisa timbul banyak masalah. Apalagi jadwal sekolah sekarang tidak seperti jaman kita kecil dulu.
BalasHapusApalagi orangtua sekarang sangat selektif memilih sekolah tempat anaknya menuntut ilmu. Sehingga jarak rumah ke sekolah juga terkadang terpaksa jauh dari rumah.
harus ada nego ama gurunya ya mba hehe..
BalasHapussusah juga kalo gx da komunikasi gitu
kalo ada apa2 bisa repot :p
yup..HP sekarang sudah menjadi kebutuhan ya.. meski masih anak-2..tapi terkadang juga menjadi kebutuhan..semoga dengan shasa membawa hp kembali,kejadian seperti ini tidak terulang lagi.
BalasHapuskomunikasi jadi terasa lebih mudah buk, harus dimanfaatkan dengan baik..
BalasHapusjaman sekarang memang kalau tidak membawa hp bisa jadi repot, padahal dulu sebelum ada hp juga baik2 saja pergi ke mana2,mungkin karena sekarang sudah ada ketergantungan dengan alat tersebut
BalasHapusyah... segala sesuatu memang ada plus dan minusnya ya mbak... termasuk dengan HP...
BalasHapussmuanya di ambil sisi baik aja jgn saling enyalahkan hehehe...
BalasHapushp sudah jadibagian dari gaya hidup ya, kawan. tapi tetap saja bersisi dua,
BalasHapushehe.. lama-lama sepertinya HP makin penting aja yah.. :D
BalasHapushape sekarang memang sudah menjadi kebutuhan ya Mba... termasuk untuk Shas meski masih kecil... he
BalasHapushhm.... jaman sekarang ya...
BalasHapusHP sudah menjadi benda wajib punya.
jadi keinget jaman dulu, ketika HP belom semerajalela seperti sekarang
Wooohh...pentingnya komunikasi ya mba. Jadi inget jaman saya SD, masih mengutamakan fasilitas wartel dan telepon koin.
BalasHapusOh ya, Shasha aktif banget ya di sekolah. hebaaaattt....
hape emang sudah spt nafas ke 2
BalasHapus