Aku punya cerita yang gak akan aku lupakan tentang shodaqoh. Beberapa tahun yang lalu menjelang Idhul Fitri aku dan suami telah menyiapkan zakat dan shodaqoh. Untuk zakat telah kami bayarkan di masjid. Tapi untuk shodaqoh aku dan suamiku punya ide untuk memberikan shodaqoh secara langsung kepada orang yang menurut kami berhak. Kami berencana untuk memilih sendiri orangnya dan tidak menyerahkannya kepada masjid.
Awalnya kami mulai dengan membagikan uang yang kami masukkan dalam amplop. Kami menyerahkannya kepada orang-orang yang kami temui di jalan dan yang kami anggap layak untuk menerimanya. Alhamdulillah..., acara tersebut berhasil setelah beberapa hari kami keluar rumah.
Tahun berikutnya hal tersebut kami ulangi lagi. Kali ini kami bershodaqoh dalam bentuk paket. Mulailah malam itu kami berdua putar-putar Kota Madiun untuk mencari "mangsa". Ternyata tak mudah menyalurkan sendiri shodaqoh kami pada yang berhak. Ada beberapa orang yang kami temui sebenarnya pantas untuk mendapatkan shodaqoh, tapi karena mereka bergerombol maka kami mengurungkan niat memberinya shodaqoh. Alasannya : shodaqoh yang kami siapkan hanya untuk 5 orang *tersipu malu*
Setelah lama berputar-putar, kami menyerahkan shodaqoh kepada beberapa orang yang kami temui dan kami anggap layak mendapat shodaqoh. Setelah shodaqoh kami tinggal 2 bungkus kami menjumpai seorang bapak tua pengayuh becak yang sedang istirahat sendirian di atas becaknya. Di sekitarnya sepi gak ada orang lain. Akhirnya kami turun dari mobil dan menyerahkan shodaqoh kami kepadanya. Bapak tua itu berkali-kali berterima kasih kepada kami. Yang tak terduga, kemudian bapak tua itu memanggil teman-temannya (pengemudi becak juga) yang sedang bergerombol agak jauh darinya. Bapak tua itu mengacung-acungkan shodaqoh dari kami itu pada teman-temannya.
Yang terjadi kemudian adalah teman-teman si bapak tua itu berlarian menyeberang jalan menuju tempat kami !! Melihat hal itu..., aku dan suami jadi bingung karena shodaqoh kami tinggal 1 bungkus. Akhirnya setelah menyerahkan bungkusan terakhir kami pada si bapak tua itu dan meminta maaf kami langsung pergi meninggalkan si bapak tua dan teman-temannya yang tak lama kemudian datang menghampiri si bapak.
Dari kejadian tersebut aku dapat memetik pelajaran sebagai berikut :
Dan sejak kejadian itu aku dan suami gak pernah lagi membagikan shodaqoh secara langsung. Kami memilih menyalurkannya lewat masjid atau lembaga Islam lainnya. Kuapok deh.... :x
Awalnya kami mulai dengan membagikan uang yang kami masukkan dalam amplop. Kami menyerahkannya kepada orang-orang yang kami temui di jalan dan yang kami anggap layak untuk menerimanya. Alhamdulillah..., acara tersebut berhasil setelah beberapa hari kami keluar rumah.
Tahun berikutnya hal tersebut kami ulangi lagi. Kali ini kami bershodaqoh dalam bentuk paket. Mulailah malam itu kami berdua putar-putar Kota Madiun untuk mencari "mangsa". Ternyata tak mudah menyalurkan sendiri shodaqoh kami pada yang berhak. Ada beberapa orang yang kami temui sebenarnya pantas untuk mendapatkan shodaqoh, tapi karena mereka bergerombol maka kami mengurungkan niat memberinya shodaqoh. Alasannya : shodaqoh yang kami siapkan hanya untuk 5 orang *tersipu malu*
Setelah lama berputar-putar, kami menyerahkan shodaqoh kepada beberapa orang yang kami temui dan kami anggap layak mendapat shodaqoh. Setelah shodaqoh kami tinggal 2 bungkus kami menjumpai seorang bapak tua pengayuh becak yang sedang istirahat sendirian di atas becaknya. Di sekitarnya sepi gak ada orang lain. Akhirnya kami turun dari mobil dan menyerahkan shodaqoh kami kepadanya. Bapak tua itu berkali-kali berterima kasih kepada kami. Yang tak terduga, kemudian bapak tua itu memanggil teman-temannya (pengemudi becak juga) yang sedang bergerombol agak jauh darinya. Bapak tua itu mengacung-acungkan shodaqoh dari kami itu pada teman-temannya.
Yang terjadi kemudian adalah teman-teman si bapak tua itu berlarian menyeberang jalan menuju tempat kami !! Melihat hal itu..., aku dan suami jadi bingung karena shodaqoh kami tinggal 1 bungkus. Akhirnya setelah menyerahkan bungkusan terakhir kami pada si bapak tua itu dan meminta maaf kami langsung pergi meninggalkan si bapak tua dan teman-temannya yang tak lama kemudian datang menghampiri si bapak.
Dari kejadian tersebut aku dapat memetik pelajaran sebagai berikut :
- Ternyata tak mudah menyalurkan langsung shodaqoh kepada yang berhak, diperlukan data yang lengkap.
- Aku salut dengan rasa solidaritas dan kesetiakawanan si bapak tua pengemudi becak itu karena di saat dia mendapatkan rejeki (yang tidak banyak jumlahnya) dia masih ingat untuk berbagi dengan teman-temannya yang juga membutuhkan.
- Kalau dana yang tersedia untuk shodaqoh terbatas, lakukan shodaqoh lewat masjid atau langsung diberikan kepada orang-orang yang ada di sekitar tempat tinggal dan dilakukan secara "tertutup" agar tidak diketahui orang lain.
Dan sejak kejadian itu aku dan suami gak pernah lagi membagikan shodaqoh secara langsung. Kami memilih menyalurkannya lewat masjid atau lembaga Islam lainnya. Kuapok deh.... :x
wah .. pengalaman mbak sama denganku. Malah aku lebih parah. Pernah di lampu merah, aku memberi dalam jumlah yang berlebih kepada peminta2 yang menurut kami ketika itu layak mendapatkannya. Setelah menerima, ia pergi ternyata untuk memanggil teman2nya. Walah .. mengumpul lah teman2nya mengelilingi kendaraan kami. Lampu merah pula !!
BalasHapusAlhasil .. kami cuek aja .. setelah lampu hijau, dengan cuek, kami jalan pergi.
Memang kami kapok untuk memberikan kepada mereka yang bergerombol. Namun masih banyak diantara mereka yang gak kebagian dapet dari masjid. Alhasil .. saya tetap memberikan langsung kepada yang membutuhkan langsung, cuma beda orangnya.
Seperti: tukang sapu jalanan, tiap pagi biasanya banyak tukang2 sapu yang menyapu jalanan.
Lalu bapak2 tukang sampah ..
Lalu bapak2/ ibu2 tua yang sudah tua namun masih mau usaha bekerja seperti jualan.
Saya dan suami sering bila bepergian bersama atau sendirian, mengamati jalanan, dan orang2 yang tua namun masih mau bekerja. Mereka sasaran kita. Insya Allah, rizki kita banyak membantu mereka ..
Teruskan Mbak semangat Mbak!
Saya suka banget. Jalan Rizki banyak dimudahkan, jalan kesulitan banyak terpinggirkan .. amien
Kalau untuk sedekah harian sih masih jalan (kan nominal uangnya juga gak besar). Tapi untuk sedekah "edisi khusus" yang jumlah nominalnya besar sekarang masih aku titip ke masjid/musholla.
BalasHapusBut, thanks banget untuk sharingnya mbak. Oke... tetap semangat untuk bersedekah.