Jumat, 12 Maret 2010

Cerita yang tersisa

Cerita ini sebenarnya sudah ingin kusampaikan beberapa saat yang lalu, tetapi tertunda-tunda terus. Sempat juga berpikir untuk tidak menyampaikan cerita ini, tapi kok rasanya ada yang mengganjal di hati. Akhirnya, hari ini kuputuskan untuk berbagi tentang cerita yang tersisa saat Shasa sakit campak kemarin itu.

Kalau dihitung-hitung, saat Shasa sakit campak itu, Shasa tidak masuk sekolah selama 8 hari. Namun, dalam kondisi lemah karena sakit itu Shasa masih bisa mengikuti lomba mewakili sekolahnya, yaitu : Olimpiade Sains Kuark 2010 (OSK 2010) dan Telling Story. Awalnya aku dan suami melarang Shasa untuk mengikuti lomba-lomba itu, mengingat kondisi fisiknya yang melemah. Namun Shasa tetap ngotot ikut lomba sehingga kami mengalah.

Bisa dipastikan, bahwa Shasa tak mampu mengikuti lomba itu secara optimal. Hasil dari OSK 2010 baru akan diumumkan tanggal 29 Maret 2010 nanti. Sementara hasil Telling Story dapat langsung diumumkan, dan Shasa tidak berhasil menang. Maklum saja, Shasa tak bisa berlatih karena sakit. Meskipun begitu, kami tetap merasa bangga pada Shasa.

Yang menjadi ganjalan di hatiku adalah bahwa sewaktu Shasa mengikuti OSK 2010 untuk mewakili sekolahnya, ternyata tak satupun guru yang hadir di lokasi lomba untuk mendampingi murid-muridnya yang ikut lomba. Padahal, sekolah Shasa mengirimkan 4 orang anak untuk ikut OSK 2010. Dan karena 2 hari sebelumnya Shasa tidak masuk sekolah karena sakit, otomatis tak satupun guru yang tahu bahwa Shasa sudah bela-belain datang ke tempat lomba itu meskipun sedang sakit.

Sehari setelah mengikuti OSK 2010, Shasa mengikuti lomba Telling Story. Untungnya, saat lomba Telling Story ada guru yang hadir menemani murid-murid yang ikut lomba. Guru ini membawakan snack untuk muridnya yang ikut lomba, kalau tak salah yang mewakili sekolah Shasa ada 6 orang. Lumayan, kehadiran gurunya Shasa kali ini sedikit mengobati rasa kecewaku karena sehari sebelumnya tak ada satupun guru yang hadir di ajang lomba OSK.

Selama 8 hari Shasa tak masuk sekolah, tak satupun guru yang hadir untuk menengok keadaan Shasa. Ada seorang guru yang pada 3 hari pertama Shasa tidak masuk sekolah, menanyakan keadaan Shasa. Setelah itu tidak ada lagi guru yang bertanya padaku (baik lewat SMS ataupun telepon) tentang perkembangan Shasa. *sigh*

Saat hari pertama Shasa masuk sekolah lagi setelah sembuh dari campak, aku bertanya padanya apakah ada guru yang bertanya tentang kabarnya. Shasa menjawab : tidak ada. Ironisnya, guru kelasnya pun tak menanyakan kondisi Shasa saat mengetahui Shasa sudah masuk kembali setelah 8 hari tidak masuk sekolah. Terus terang, hal ini membuatku sangat heran.

Aku membandingkan kondisi itu dengan kondisiku dulu waktu aku masih duduk di bangku SD. Aku ingat sekali bahwa guru-guruku SD dulu sangat perhatian pada murid-muridnya. Bahkan, kalau ada muridnya yang sakit, pasti ada perwakilan guru yang datang untuk menjenguk. Apalagi jika ada muridnya yang ditugaskan untuk mengikuti suatu lomba mewakili sekolah, maka perhatian guru-guru akan sangat besar. Mereka bukan hanya memberikan dukungan  tapi juga mengantar serta menunggui pelaksanaan lomba itu.

Aku tak tahu, apakah memang kondisi seperti yang dialami Shasa ini sudah umum terjadi. Ataukah aku yang 'menuntut' perhatian yang berlebihan dari pihak sekolah. Sebenarnya aku tak menuntut ada guru yang menjenguk sewaktu Shasa sakit, tapi setidaknya guru kelasnya meneleponku untuk menanyakan kondisi Shasa. Kalaupun ternyata hal itu tak sempat dilakukan, setidaknya saat Shasa masuk sekolah ditanya sakit apa, sudah sembuh benar apa belum dan sebagainya.

Aku saja kalau ada teman kantorku yang sakit pasti akan menanyakan mereka sakit apa, sudah sembuh benar atau belum, bagaimana kondisinya sekarang dsb. Kalau ternyata temanku sakitnya lama atau sampai masuk Rumah Sakit pasti akan ditengok. Nah, kondisi seperti ini yang aku 'bandingkan' dengan kondisi saat Shasa sakit yang dicuekin guru-gurunya.

Aku sih sekarang mencoba berpikir yang baik-baik saja, untuk menenangkan hatiku sendiri tentunya. Mungkin saja guru-gurunya Shasa (termasuk wali kelasnya) sedang sangat sibuk, sehingga tak sempat menanyakan kabar Shasa selama Shasa sakit itu. Mungkin juga gurunya Shasa lupa telah menugaskan beberapa muridnya untuk mengikuti OSK 2010 sehingga tak ada yang menemani murid-murid itu saat lomba. Mungkin juga wali kelas Shasa tak sempat menanyakan kabar Shasa sewaktu Shasa masuk sekolah pertama kalinya setelah istirahat lama di rumah. Atau... mungkin saja memang aku yang terlalu banyak tuntutan... *hikss*

Maaf.... ini hanyalah Curcol-ku saja... T_T


34 komentar:

  1. ironis memang mbak..
    tapi masak guru g ada yang peduli, klo mahasiswa sih wajar..
    padahal itu guru Sd..
    apakah tradisi yang diajarkan nabi untuk menengok orang yang sakit sudah g berlaku?anak didiknya seharusnya lebih ia perhatikan dan sayangi.
    saya benar2 kecewa dengan guru yang seperti itu..
    ya semoga diberi kesadaran guru2 tersebut mbak..

    BalasHapus
  2. ironis memang mbak..
    tapi masak guru g ada yang peduli, klo mahasiswa sih wajar..
    padahal itu guru Sd..
    apakah tradisi yang diajarkan nabi untuk menengok orang yang sakit sudah g berlaku?anak didiknya seharusnya lebih ia perhatikan dan sayangi.
    saya benar2 kecewa dengan guru yang seperti itu..
    ya semoga diberi kesadaran guru2 tersebut mbak..

    BalasHapus
  3. apa memang begitu ya bu, saya jg kurang tau. Yah kita sih berfikir positif saja ya bu, barangkali saja memang guru2nya sibuk..
    btw, salut juga buat sasha :)

    BalasHapus
  4. saya pernah mengalami hal yang serupa..

    BalasHapus
  5. Maaf mbak saya baru bisa mampir... Ada juga para pendidik yg begitu ya mbak..mungkin mereka lupa atau memang kurang respon terhdp hal2 tersebut....

    BalasHapus
  6. kunjungan pertama n salam kenal.....

    BalasHapus
  7. Padahal harusnya ada pembinaan baik materiil maupun moril ketika ada seorang siswa akan mengikuti even tertentu, setahu saya sih demikian mbak. Kalau masalah menanyakan keadaan siswa yg sakit, itu tergantung person gurunya kok mbak. Karena banyak juga saya lihat guru yg tidak perduli dg siswanya. Bahkan ada guru yg tidak tahu kalo siswanya sudah tidak masuk beberapa hari. Ironi memang, tapi nyatanya memang demikian..

    BalasHapus
  8. Hmmm, mungkin sang guru sedang ada masalah . kita tak boleh selalu menyalahkan beliau bukan?

    BalasHapus
  9. Hm... semoga lebih banyak guru di Indonesia yang tidak seperti itu..

    BalasHapus
  10. eh, mbak ngomong2 guru2nya shasa ada ga ya yg ngeblog trs jadi followermu terus baca CURCOL-mu ini? kalo ada ,,hhhggrrh rasain!!!

    BalasHapus
  11. yah, beda org kdg beda jg kan sifatnya...

    BalasHapus
  12. met malem mbak...makasih selalu berbagi cerita dengan kami......mbak ada facebook ndak?

    BalasHapus
  13. sangat memprihatinkan sekali ya?beda dengan masa zaman saya dulu.jika ada murid yang sakit guru dan murid satu kelas nengok semua.Moga ada seorang guru yang lihat curcolnya sist Reni.

    BalasHapus
  14. ketidak hadiran gurunya shasa di Lomba telling story itu bukan halangan buat shasa untuk melakukan yang terbaik buat sekolahnya kan?, dalam kondisi sakit pula wah.. wah.. wah.. salut deh sama shasa, tapi terlalu juga tuh guru-gurunya Shasa ko bisa lalai gitu

    BalasHapus
  15. inyong biasanya kalau murid sakit minimal ada 1 minggu tak kunjungi kerumah, bukan hanya sakit yang penting ngga masuk lama berkunjung ke rumah untuk menanyakan keadaan sebenarnya

    BalasHapus
  16. Assalamu'alaikum mbak Renni :) apa khabar?

    Masya Allah mbak, mosok sampai segitu hari gak dijenguk atau ditanyain. Kalau saya dulou, 3 hari itu udah ditanyain lho mbak. Apa sekolahnya sibuk banget yah?

    Alhamdulilah yah mbak, Shasa dah baikan. Dan tentang lombanya, mosok gak ada yang menemani mbak? *jadi inget, dulu saya juga githu mbak, ikut lomba tapi, tak ada seorang gurupun yang mendampingi.

    BalasHapus
  17. senangnya sudah punya si kecil, semoga momongannya bisa nurut sama ibunya, bisa patuh sama perintahnya, dan tercapai cita-citanya. amien...

    salam kenal ya mbak

    BalasHapus
  18. mbak Reni maafin saya ya... link nya baru saya ganti hari ini.. jadi saya ndak tau deh kalo kemarin2 Mbak Reni update.... sekali lagi maaf...

    BalasHapus
  19. semangat shasa harus diapresiasi.
    tidak menang lomba itu bukan soal.
    sebetulnya shasa sudah 'menang' karena bermotivasi tinggi dalam keadaan sakit.

    BalasHapus
  20. mengenai guru, saya pikir mindset guru zaman sekarang sangat berbeda dengan guru masa lalu. ini adalah realita, mbak reni.

    BalasHapus
  21. ini pergeseran nilai mbak...
    dulu kemanusiaan menjadi nilai yang sangat dikedepankan..
    kalo sekarang nilai yang dijunjung adalah nilai ekonomi..menguntungkan atau tidak menguntungkan...itu saja...

    BalasHapus
  22. salam sobat
    kecilnya dulu belum pernah kena campak ya mba,,Shasa?
    kok sekarang sudah besar baru kena nich,,
    tapi katanya memang sekali saja terkena campak ,seumur hidup.

    BalasHapus
  23. mungkin guru sekarang banyak kerjaan sampingan mbak jadi gak sempet merhatiin murid yg lagi sakit :) yang penting Shasa dah sehat toh mbak :)

    BalasHapus
  24. wah kok bisa gitu ya... kalo berfikir positif kali aja memang sibuk ya mbak ato Mungkin takut tertular kali ya.... menular gak si campak...

    BalasHapus
  25. seharusnya ibu lebih mementingkan kondisi shasa selanjutnya setelah sembuh dari sakit, eh malh ngurusin guru - guru yang kurang perhatian sama muridnya! hiks hiks hiks, sabar ya buuuu, guru itu juga manusia, pasti ada kekurangannya, sama seperti kita buuu, sama - sama cari makan hiks hiks hiks! terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. salam kenalll!

    BalasHapus
  26. -_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-
    Assalamualaikum,
    *******Salam ‘Blog’!!*******
    “””BUKAN guru jaman sekarangnya mba, trapi jiwa orang jaman sekarang yang kayak gitu...duh payah,,,sampai hati mereka jadi guru,,,,
    Tapi salut deh ma mba Reni, selalu berpikir positif,,ngga menuduh mereka yg nggak2...
    Salut juga buat shsha yg bela2in tetap maju ke lomba dalam fisik yg drop!!!
    Salam buat shasa ya mbak...”“”
    -_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-

    BalasHapus
  27. haaa.... koq bisa begitu sih Mbak... masak guru2nya ga ada yang datang satupun apalagi pada saat perlombaan.
    beda yaa pada waktu saya masih sekolah dulu di era tahun 70 an, kalo ada muridnya yang sakit, murid beserta guru (biasanya wali kelas)datang ke rumah murid yang sedang sakit... sabar aja ya Mbak, yang penting putri Mbak dah sehat sekarang.

    BalasHapus
  28. maaf lho mbak reni, bukan saya memanasi atau apalah namanya, tapi kan kalau difikirkan sekarang tidak sama seperti dulu ya mbak.

    guru itu jadi pendidik dalam artian yang sebenarnya, jadi mendidik di dalam kelas dan d luar kelas. tapi yang terjadi sekarang kok susah ya di temui guru yang seperti itu. apalagi masih di tingkatan SD yang seharusnya kan bener2 lebih diperhatikan perkembangan jiwa anak didiknya.

    BalasHapus
  29. Kalo udah begitu..
    Menurutku ya agak keterlaluan sih gurunya Shasha
    Kan beliau2 yang menugaskan untuk ikut lomba
    Sampe sakitpun ga dijenguk
    Wah...

    BalasHapus
  30. Sangat disayangkan jika guru Shasa "kurang perduli" seperti itu. Saya sudah 5 tahun jadi pembimbing Oliampiade MIPA (Matematika dan Fisika) di sekolahku mbak dan selalu mendampingi anak-anak. Ya, buat men-support mereka biar gak grogi menghadapi soal-soal. Dan Alhamdulillah, hasilnya cukup memuaskan: Selalu juara I atau II untuk tingkat Kabupaten, baik untuk Matematikanya maupun Fisikanya. Sayang di tingkat Profinsi kalah terus, hehe...

    Mudah-mudahan Shasa menang dalam lomba tersebut dan cepat sembuh. Amien...

    BalasHapus
  31. Sudah saya pasang linknya tapi ndak berhasil Mbak, piye iki?

    BalasHapus
  32. salam kenal.....wakh keren nih blognya mba
    emangnya kenapa dengan anaknya mba....
    btw...mba tukeran linknya yuk

    BalasHapus
  33. waahhh.. kurang banget perhatiannya yaahh... tapi salut sama semangatnya shasa... :)

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)