Sudah sangat sering aku membaca cerita yang berisi tentang cinta dan pujian kepada Ibu. Boleh dikatakan, aku belum pernah membaca cerita yang menceritakan tentang cinta dan pujian untuk seorang ayah. Tapi.. aku baru saja melakukannya. Yups, aku baru saja membaca buku yang isinya menceritakan tentang cinta dan pujian untuk seorang ayah.
Adalah seorang ayah yang sangat istimewa di mata sang anak. Demikian istimewa-nya hingga sang anak 'memuja' ayahnya. Padahal, sang ayah bukanlah sosok yang tampan luar biasa. Bukan pula ayah yang kaya raya apalagi memiliki kedudukan dan jabatan tinggi. Namun, dia hanyalah ayah yang sederhana, sangat pendiam namun sangat mencintai keluarganya.
Ungkapan cinta dan pujian kepada sang Ayah ini berhamburan dalam novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata. Sebenarnya, kekaguman dan cinta Andrea Hirata kepada sang Ayah sudah sering kita temukan dalam karya-karyanya sebelumnya. Salah satunya seperti yang ditulisnya dalam novel Sang Pemimpi (halaman 155) "Ayahku yang pendiam : ayah juara satu seluruh dunia".
Bedanya, dalam novel Sebelas Patriot Andrea menceritakan sisi lain ayahnya yang membuat Andrea benar-benar bangga pada ayahnya. Bermula dari sebuah foto lama yang ditemukan Andrea tanpa sengaja dari album foto ibunya. Ternyata foto lama itu menyimpan kisah lama yang membuat Andrea demikian bangga dan memuja ayahnya.
Tentu saja, semua diceritakan dengan gaya khas Andrea. Satu gaya Andrea yang kutemukan dalam semua novel karyanya adalah... "lebay". Tapi, aku suka dan menikmati membaca karya-karyanya dan selalu tertawa karena ke-lebay-annya. Justru dengan gayanya itu, Andrea mampu mentertawakan kegetiran dan kepahitan hidup. Sehingga aku yang membaca karyanya tak terjebak dalam melankolis yang berlebihan.
Yang membuat novel ini berbeda dari novel yang selama ini aku baca adalah novel ini bicara sangat banyak tentang sepakbola. Ternyata bangsa ini begitu mencintai sepakbola. Sejujurnya kuakui bahwa selama ini aku mengira bahwa pertandingan olahraga favorit yang dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat adalah bulutangkis (hanya karena aku ikut menikmatinya). Ternyata aku salah, karena bangsa ini begitu mencintai sepakbola (meskipun aku tak termasuk di dalamnya).
Meskipun PSSI selama ini tak memberikan kebanggaan bagi bangsa ini, tapi kecintaan rakyat terhadap sepakbola tak pernah luntur. Bahkan novel ini sepertinya ingin makin memantapkan kebanggaan kita terhadap sepakbola dan PSSI kita.
Ada satu penggalan percakapan yang membuat aku tersenyum geli. Diceritakan bahwa saat itu Andrea Hirata sedang berada di Madrid karena ingin membelikan Ayahnya sebuah kaos Luis Figo (pemain sepakbla favorit ayahnya). Saat itu terjadi percakapan antara Andriana (penjaga toko resmi cendera mata Real Madrid) dengan Andrea Hirata.
Adalah seorang ayah yang sangat istimewa di mata sang anak. Demikian istimewa-nya hingga sang anak 'memuja' ayahnya. Padahal, sang ayah bukanlah sosok yang tampan luar biasa. Bukan pula ayah yang kaya raya apalagi memiliki kedudukan dan jabatan tinggi. Namun, dia hanyalah ayah yang sederhana, sangat pendiam namun sangat mencintai keluarganya.
Ungkapan cinta dan pujian kepada sang Ayah ini berhamburan dalam novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata. Sebenarnya, kekaguman dan cinta Andrea Hirata kepada sang Ayah sudah sering kita temukan dalam karya-karyanya sebelumnya. Salah satunya seperti yang ditulisnya dalam novel Sang Pemimpi (halaman 155) "Ayahku yang pendiam : ayah juara satu seluruh dunia".
Bedanya, dalam novel Sebelas Patriot Andrea menceritakan sisi lain ayahnya yang membuat Andrea benar-benar bangga pada ayahnya. Bermula dari sebuah foto lama yang ditemukan Andrea tanpa sengaja dari album foto ibunya. Ternyata foto lama itu menyimpan kisah lama yang membuat Andrea demikian bangga dan memuja ayahnya.
Tentu saja, semua diceritakan dengan gaya khas Andrea. Satu gaya Andrea yang kutemukan dalam semua novel karyanya adalah... "lebay". Tapi, aku suka dan menikmati membaca karya-karyanya dan selalu tertawa karena ke-lebay-annya. Justru dengan gayanya itu, Andrea mampu mentertawakan kegetiran dan kepahitan hidup. Sehingga aku yang membaca karyanya tak terjebak dalam melankolis yang berlebihan.
Yang membuat novel ini berbeda dari novel yang selama ini aku baca adalah novel ini bicara sangat banyak tentang sepakbola. Ternyata bangsa ini begitu mencintai sepakbola. Sejujurnya kuakui bahwa selama ini aku mengira bahwa pertandingan olahraga favorit yang dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat adalah bulutangkis (hanya karena aku ikut menikmatinya). Ternyata aku salah, karena bangsa ini begitu mencintai sepakbola (meskipun aku tak termasuk di dalamnya).
Meskipun PSSI selama ini tak memberikan kebanggaan bagi bangsa ini, tapi kecintaan rakyat terhadap sepakbola tak pernah luntur. Bahkan novel ini sepertinya ingin makin memantapkan kebanggaan kita terhadap sepakbola dan PSSI kita.
Ada satu penggalan percakapan yang membuat aku tersenyum geli. Diceritakan bahwa saat itu Andrea Hirata sedang berada di Madrid karena ingin membelikan Ayahnya sebuah kaos Luis Figo (pemain sepakbla favorit ayahnya). Saat itu terjadi percakapan antara Andriana (penjaga toko resmi cendera mata Real Madrid) dengan Andrea Hirata.
"Bagaimana kau bisa menjadi seorang Madriditas?"Madriditas, sebutan untuk penggemar Real Madrid."Real adalah klub favorit keduaku.""A, ada yang pertama?""P S S I," kataku lambat tapi pasti."Apa itu?""Tim Nasional Indonesia."Andriana seperti berusaha keras mengingat sesuatu, namun gagal."Ada sebutankah bagi penggilanya?""Setahuku belum ada, kuharap para penggemar PSSI akan menyebut diri mereka Patriot PSSI.""Nama yang hebat. Seringkah PSSI menjadi juara?"Ah, ini agak sulit dijawab."Agak sedikit jarang."Andriana tersenyum."Tapi tidak akan selamanya begitu. Kami sekarang siap untuk menang, kami semakin baik.""Jadi, kau tetap mencintai tim nasional Indonesia?"Cinta sepak bola, adalah cinta buta yang menyenangkan."Apapun yang terjadi."(Sebelas Patriot, halaman 87-88)
Berbeda dari karya-karya Andrea sebelumnya, novel kali ini sangat tipis. Mungkin ini adalah karya yang paling tipis dari Andrea selama ini. Terbiasa dengan gaya bercerita Andrea yang panjang lebar, rasanya aku kurang puas membaca novel yang hanya setebal 112 halaman ini. Tapi, aku menikmatinya.
Judul : Sebelas Patriot
Penulis : Andrea Hirata
Tahun terbit : 2011
Tebal : 112 halaman
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Harga : Rp. 39.000
#ditulis bersamaan dengan pertandingan Timnas vs Bahrain, dengan harapan Indonesia dapat memenangkan pertandingan, meskipun saat tulisan ini dibuat kedudukan 2-0 untuk Bahrain :(
novel andrea hirata yang satu ini genrenya lain dari yang biasa dia tulis. ngambil tema sama sudut pandang yang beda dan unik juga. tentang olahraga, tentang kecintaannya dengan sepak bola.
BalasHapusbener, patut jadi referensi bacaan sih mbak ini.
betewe, lama bener deh aah saya ngga mampir sini. Sekalian mumpung masih suasana idul fitri, mohon maaf lahir batin kalo selama ini banyak salah-salah komen dan tindakan yang tidak menyenangkan ^_^
wah...
BalasHapuspadahal untuk mengambil hati ibu, seorang ayah harus mengerahkan segala isi hati, perasaan pikiran, tenaga dan hampir segalanya hanya untuk mendapat kata cinta. padahal kalo ibu mau mengambil hati ayah, kayaknya ga perlu terlalu banyak usaha. malah ga perlu pake apa-apa kalo malem bu..
hahalah ga nyambung...
@Gaphe >> hai.. kirain udah lupa jalan kesini hehehe. Apa kabar? Sudah hilang capeknya karena mudik kemarin?
BalasHapusSoal novel di atas, coba deh beli dan baca... pasti suka. Sayangnya, hari ini Indonesia kalah 2 gol dari Bahrain :(
@Rawins >> hahaha.. gak nyambung nih. Ketahuan gak baca tulisanku. Pasti sekarang masih di Yogya ya mas, jadi pikirannya 'kesana' terus... hahaha
BalasHapussekali timnas kalah ya
BalasHapusAyah saya juga kebanggaan saya.
BalasHapusYang mampu bertahan ketika jauh dari seorang istri. Meskipun kerjanya di rumah dan ibu di luar negeri. Tapi itu juga bukan sesuatu yang mudah bagi seorang ayah dengan 2 anak yang nakal2 hehe.
Harus baca juga kayaknya nanti kalo sudah di rumah hikz
Dan sekarang 3-0. Kalah karena walk out gara-gara Indonesia main bola pakai petasan.
BalasHapusAndrea Hirata? huwaaaaa.....maaauuu........Bener mbak....Ayah segalanya....*jadi inget ayah di surga* Dia sering mengajarkan sportivitas kepada ira...walaupun tidak lewat media Sepakbola....coba pengurus PSSI baca novel itu.....atau sekalian dech pemainyya....Gaji mereka kan banyak masak beli buku itu nggk sanggup heheheheheheheh
BalasHapusHikssss.....maaf baru sempat mampir! kesibukan bener-bener menyita waktu ira sampai nggk sempat blogwalking...hikss....I Miss U Mbak reni salam buat shasa
@M.Lidya >> iya mbak, sayang sekali timnas kalah lagi kemarin malam. :(
BalasHapus@M.Tary >> wah, salut utk ayahnya mbak yg mampu membesarkan kedua putranya sendiri tanpa didampingi istri. Nanti, begitu pulan ke Indonesia segera beli buku ini ya mbak?
@M.Vicky >> lho, masak hasil akhirnya jadi 3-0 hanya gara2 petasan mbak? :( Duh, suporter bola Indonesia belum bisa sportif ya?
@M. Raa >> ternyata mbak Raa juga sangat memuja ayah ya? Soalnya selama ini yg banyak diceritakan ibundanya aja sih. Miss you too mbak :)
makasih mbak udh nge review novel ini...kapan2 mau nyari ah ... penasaran
BalasHapuswaaaaa
BalasHapuschika belum baca buku ini
*semangat mau ke gramed
Jadi keoengen ikutan baca juga tulisannya si mas andrea B)
BalasHapusSoal bapakku... duuuh... aku sampe nangis-nangis nulisnya. Yang lain menghakimi aku hanya Bapak yang mengulurkan tangan. meninggal juga dengan indah... kenangan yang indah.
BalasHapusAndrea Hirata menulis memang dia idealis banget, tapi dia benar-benar mengalir. Laskar Pelangi aja niatannya untuk kenangan bagi gurunya gak ada gambaran dicetak... liat aja hasilnya...
@M.Sukma >> jika suka karya2 Andrea.. maka sayang banget melewatkan buku yang satu ini, mbak. Apalagi ada bonus CD yang berisi 3 lagu2 dari Andrea Hirata lho.
BalasHapus@Chika >> ayo buruan ke Gramedia.. dan rasakan keasyikan setelah membacanya #halah
@Shudai >> iya, baca aja sendiri. Bukunya tipis kok, jadi gak butuh waktu lama utk menyelesaikannya. :)
saya malah baru tau kalo andrea lebay.... hehehe
BalasHapuskalo saya sih andrea itu jago. jago bikin sastra melayu menjadi sesuatu yang menarik untuk dibaca semmua kalangan. :)
@M.Ami >> kenangan tentang bapak ternyata juga indah ya mbak... Soal Andrea memang dia nulisnya ngalir banget.. jadi enak yg baca ya?
BalasHapus@Nuel >> memang aku pribadi yang menganggapnya "lebay" karena menurutku dia menggambarkan segala sesuatu selalu saja secara "berlebihan" dan.. itu lucu sekali bagiku :D
wah, novelnya Andrea ya?
BalasHapusemang mantap karya2 Andrea tuh...
pa kabar mba?
saya kemarin lihat di gramedia, tapi gak sempat pegang. hehehe
BalasHapuswew andrea tetep produktif ternyata... :)
BalasHapusssaya suka gayanya menulis.....
wah novel baru yah? lumayan tipis cuma 112 halaman. tapi bkin penasaran jg.. makasih bu.. :)
BalasHapusOw.. baru tahu mbak novel ini ttg sepak bola.. aku termasuk yg menyukai olahraga ini di indonesia loh.. walaupun gak punya klub favorit semacam manc. united utk klub favorit aku di eropa.. tapi tetap mengikuti segala berita dan pertandingannya..
BalasHapusAku rasa seh bulu tangkis hanya karena kita byk menang dicabang iu.. kalau sepakbola juga sering menang pasti lebih byk deh yg sukanya.. seperti AFF kemaren aja..
waaahhhh udah lama gak mampir kemari?!?!!?
BalasHapussdh lama juga saya ndak baca novel lagi!?!?!? malam mba ren mampir lagi kemari heheheheh...
@Penghuni60 >> suka juga karya Andrea Hirata ya? Sama dong... Alhamdulillah, kabarku baik :)
BalasHapus@MAV >> walah, pegang aja gak sempat, jadi gak sempat juga baca sinopsis di belakangnya dong.
@zone >> dia tetap aktif menulis kok, malah karya2nya sudah diterbitkan juga di berbagai negara dalam berbagai bahasa. Malah ada karyanya yg berbahasa Inggris yg belum terbit disini.
@fyrdha >> iya tipis sekali... jadi gak puas bacanya. Maklum selama ini karya Andrea tebal2 kan?
@niee >> iya, bercerita tentang sepakbola. Bahkan CD yg merupakan bonus dari novel itu pun berisi lagu2 tentang sepakbola lho.
@Jhoni >> Halo Bli... apa kabar? Duh senang deh Bli Jhoni mampir lagi kemari. Ayooo... baca novel lagi :)
Wow, ternyata ada buku baru karya Andrea Hirata. Saya baru tahu, hehe....
BalasHapusIya, gaya bahasa Andrea memang "lebay" dan agak liar. Uniknya, gaya tulisannya itu dalam pikiran saya justru menunjukkan bahwa dia adalah orang yg berwawasan luas, hehe....
Iya nih, timnas habis menelan kekalahan pahit. Jalan untuk lolos babak prakualifikasi Piala Dunia semakin berat... :(
Salam....
@Ditter >> jadi, kemarin malam setelah aku membaca buku itu, rasa cintaku pada sepakbola Indonesia bangkit (gara2 terpengaruh oleh Andrea Hirata), tapi sayangnya.. Timnas kita kalah. Hikss..
BalasHapus@PakIes >> Turut berduka ya PakIes atas berpulangnya ayahandanya. Tapi aku yakin beliau selalu ada di hati PakIes.. :)
hmmm jadi ingat pelem Patriot Mel Gibson
BalasHapusgaya holywood yaaa anak muda menang terus
Semoga PSSI menjadi patriot yang mengharumkan bangsa, walau sekarang posisi diujung tanduk
mampir malem... lama gak main ke sini :)
BalasHapusmohon maaf lahir bathin ya mbak :) (telaat heheh) salam buat shasa :)
BalasHapus@Bang Atta >> iya Bang, sekarang posisi Timnas di paling bawah ya? #prihatin
BalasHapus@Merliza >> halo mbak.. makasih udah ingat mampir kesini lagi :)
@Aulawi >> Maaf lahir batin juga.. salamnya Insya Allah akan aku sampaikan mas. :)
selamat pagi !
BalasHapussaya juga suka dengan novelnya Andrea Hirata
kalau yang di atas belum pernah saya baca. he he
waaah.. ternyata Mba Reni ngerti Bola juga ya.. klo aku ga gitu tertarik sih, jd ga tau apa2 :p
BalasHapusoia, maaf lahir bathin ya, Mba :)
walah diriku ketinggalan nih.. ndak tau kalo bang andrea udah nelorin novel baru. huuuu kudu beli.... thanks mbak udah review tentang novelnya.
BalasHapusaku baru beli novelnya kemarin lusa mbak, belum selesai bacanya, karena belum ada waktu luang, baru baca setengahnya.
BalasHapusawalnya daku kira si Andrea hirata perempuan gak taunya laki-laki toch,love,peace and gaul.
BalasHapus@7 Taman Langit >> ternyata banyak sekali penggemar Andrea Hirata ya? Pantas saja bukunya laris manis... karena ternyata banyak yang suka karya2nya.
BalasHapus@Mila Said >> aku gak ngerti bola kok mbak, tapi gara2 baca novel itu jadinya ikutan bicara tentang bola juga hehehe
@M.Wina >> ayo mbak, buruan beli. Ntar kalau babynya dah lahir gak bakalan sempat baca novel deh :)
@Dey >> buruan diselesaikan bacanya mbak. Seru dan lucu (spt biasa) kok.. Rasanya gak ada novelnya Andrea yg gak seru dan lucu kan?
@Saryadinilan >> Kalau cerita Andrea di novelnya dulu, katanya nama Andrea Hirata memang idenya didapat dari nama seorang perempuan kok... Jadi wajar kalau banyak yg salah paham hehehe
Dear,
BalasHapusooowwaalllhhh ternyata ini adalah ulasan singkat novel / pengalaman pribadi ikal...... sebenarnya gw secara pribadi juga sangat sulilt untuk mengungkapkan kecintaan / sayang kepada ayah...... eeehhmmmm apakah karena aku lelaki?.... akupun gak tahu.... but aku suka dengan postingan ini..... trus mbak sendiri gimana caranya mengungkapkan kecintaan kepada ayahnya???
regards,
... Ayah Zahia ...
udah beli bukunya tapi belum sempet baca.
BalasHapus@Bang Zul >> horeee.. akhirnya ayah Zahia sempat juga mampir disini #seneng. Bagiku lebih mudah mengungkapkan rasa cinta pada ibu daripada pada ayah hehehe. Soalnya ada rasa segannya :)
BalasHapus@Mbak Fanny >> buruan dibaca mbak novelnya, keren kok :)
aku malah jarang memberi pujian untuk ibu atau untuk ayah :D
BalasHapusiyah rakyat indonesia memang cinta banget sama sepakbola termasuk aku hehe walau sering kalah indonesia tp tetep dukung sepenuh hati
Hallo mba Reni, perkenankan saya berkunjung ya^^
BalasHapusSaya juga baru baca novel ini, dan terinspirasi membuat postingan ini :http://rindrianie.wordpress.com/2011/08/23/bapak-juara-satu-se-dunia/
Dan semoga saja timnas suatu saat memang bisa semakin baik ya mba :)
@Ria >> kalau aku memang lebih dekat dengan ibu daripada ayah, jadi lebih mudah memuji ibu daripada ayah hehehe..
BalasHapus@Orin >> Ternyata udah ngereview duluan ya mbak.. Ntar deh aku mampir :)