Tayangan Kick Andy pada Jumat malam yang lalu (yang ditayang ulang Minggu sore), benar-benar menarik dan menggugah. Judul episodenya adalah Ketika Hati Bicara. Dalam episode tersebut tamu yang diundang Kick Andy adalah orang-orang yang pernah tertangkap kamera memberikan pertolongan pada orang yang tidak dikenalnya dalam program Tolong dan Minta Tolong yang ditayangkan suatu stasiun televisi.
Hebatnya, tamu-tamu Kick Andy malam itu adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dan ekonomi. Meskipun demikian, mereka tak memiliki keterbatasan hati. Mereka tak segan berbagi dan memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan, bahkan orang yang tidak dikenalnya sekalipun.
Bagi yang sudah menonton acara tersebut, pasti tahu bahwa tamu istimewa Kick Andy malam itu ada 5 orang. Sementara bagi yang kebetulan tidak menonton acara tersebut, aku ingin berbagi kisahnya. Baca kisahnya di bawah ini ya...? Semoga bermanfaat.
Tamu pertama bernama Rinto. Pria yang berkaki satu akibat kecelakaan itu tergerak hatinya saat ada seorang ibu yang merengek minta tolong padanya. Ibu itu (talent dari program TV tsb) mengaku harus pulang ke Sala sementara dia masih punya tugas mengantarkan paket kue. Itu sebabnya dia butuh seseorang yang mau menggantikannya mengantarkan paket kue, supaya dia bisa segera pulang ke Sala.
Tak disangka, Pak Rinto yang punya keterbatasan fisik mau membantu dengan biaya sendiri. Dengan ditemani anaknya yang masih kecil, Pak Rinto harus naik angkot dan ojek menuju alamat yang ada dalam paket tersebut. Saat sampai di alamat yang dituju, Pak Rinto masih 'diuji' dan diberitahu bahwa orang yang dicarinya sudah pindah alamat. Namun, Pak Rinto tak patah arang, dia tetap mencari alamat baru itu. Bahkan, saat uang imbalan diberikan dia sempat menolak dan berkata "Ada yang lebih membutuhkan daripada saya". Hebat ya?
Tamu kedua adalah Bu Sriyanah yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Ketika ada seorang anak datang padanya dan menjual pialanya untuk ditukar dengan beras, dia trenyuh. Tanpa berpikir panjang, dia membeli piala itu seharga Rp. 25.000 (padahal uang yang ada di sakunya hanya Rp. 30.000). Tak hanya itu, dia memenuhi permintaan anak itu untuk mengantarkannya membeli beras. Padahal sesuai pengakuannya, gajinya setiap bulan sebagai pembantu rumah tangga hanya Rp. 200.000.
Tamu ketiga adalah Pak Suprihatin, seorang supir angkot yang sedang pusing memikirkan biaya perawatan anaknya yang kena kanker. Ketika dia sedang duduk termenung di pinggir jalan, dia dihampiri seorang nenek yang berusaha menjual ikan asin sisa untuk membeli beras.
Mendengar pengakuan nenek itu, bahwa cucunya sudah 2 hari tidak makan, Suprihatin pun tergerak hatinya. Dengan uang Rp. 85.000 hasil penghasilannya hari itu, dia membelikan beras 10kg sesuai permintaan sang nenek. Tak hanya itu, rupanya tim Minta Tolong masih ingin menguji kebaikan hati Suprihatin. Setelah beras ada diterima, nenek itu mengaku haus dan minta dibelikan minum. Akhirnya, dari sisa uang Rp. 5.000 yang dipegangnya dia masih membelikan teh hangat untuk nenek itu.
Tamu keempat adalah Pak Slamet yang berprofesi sebagai penjual minyak tanah. Dia memiliki keterbatasan fisik sejak lahir. Dan untuk beraktivitas sehari-hari, dia menggunakan sepeda yang dapat dioperasikan dengan menggunakan tangannya.
Saat dia sedang berjualan minyak tanah, ada seorang nenek yang minta diberi minyak tanah untuk memasak. Tanpa berpikir panjang, dia langsung saja menuangkan minyak tanah di kompor nenek itu (padahal saat itu harga minyak tanah sedang sangat mahal). Tak hanya itu, sang nenek pun minta tolong agar sumbu kompornya yang sudah pendek diperbaiki. Tanpa banyak bicara, dia pun segera membetulkan sumbu kompor sang nenek.
Tamu terakhir adalah seorang wanita penambal ban di suatu daerah di Semarang. Bu Karsimah namanya. Saat dia sedang menunggu pelanggan, dia didatangi seorang nenek yang meminta tolong diantar pulang ke Salatiga. Hatinya tak tega saat nenek itu mengatakan dia sudah 2 hari meminta tolong tapi tak ada yang mau menolong. Apalagi ketika nenek itu berkata bahwa dia terpaksa tidur di depan teras toko karena tak tahu harus tidur dimana.
Demi menolong nenek itu, dia harus menutup kios tambal bannya. Selanjutnya, dengan menumpang bus umum dia mengantarkan nenek itu sampai ke Salatiga. Semua dilakukannya dengan ikhlas. Bahkan, saat dia tahu bahwa dia telah menjadi "korban" dari Program Minta Tolong, dia menangis dan mengatakan agar jangan sampai rekaman itu ditayangkan di televisi.
Aku dulu juga suka nonton acara Tolong atau Minta Tolong ini. Satu hal yang menjadi ciri acara itu adalah jenis pertolongan yang dibutuhkan para talent-nya. Mereka tidak menghendaki pertolongan yang mudah seperti pemberian uang. Mereka menuntut jenis pertolongan yang jauh lebih sulit, yang mengharuskan penolongnya melakukan tindakan nyata. Contohnya ya seperti di atas itu.
Tayangan di atas membuatku malu. Jujur, jika aku ada dalam posisi kelima tamu di atas, aku pasti berpikir panjang untuk memberikan bantuan. Bahkan mungkin, saat itu akan ada rasa curiga di hatiku tentang maksud orang-orang yang meminta tolong padaku.
Semoga saja, tayangan Kick Andy tersebut lebih dapat mengasah jiwaku dan jiwa-jiwa lain yang selama ini lebih mengedepankan rasa curiga terhadap niat seseorang. Yang pasti, melalui tayangan itu aku merasa senang bahwa ternyata bangsa ini masih memiliki hati nurani, sesuatu yang telah hilang dari hati sebagian besar individu-individunya.
Hebatnya, tamu-tamu Kick Andy malam itu adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dan ekonomi. Meskipun demikian, mereka tak memiliki keterbatasan hati. Mereka tak segan berbagi dan memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan, bahkan orang yang tidak dikenalnya sekalipun.
Bagi yang sudah menonton acara tersebut, pasti tahu bahwa tamu istimewa Kick Andy malam itu ada 5 orang. Sementara bagi yang kebetulan tidak menonton acara tersebut, aku ingin berbagi kisahnya. Baca kisahnya di bawah ini ya...? Semoga bermanfaat.
Tamu pertama bernama Rinto. Pria yang berkaki satu akibat kecelakaan itu tergerak hatinya saat ada seorang ibu yang merengek minta tolong padanya. Ibu itu (talent dari program TV tsb) mengaku harus pulang ke Sala sementara dia masih punya tugas mengantarkan paket kue. Itu sebabnya dia butuh seseorang yang mau menggantikannya mengantarkan paket kue, supaya dia bisa segera pulang ke Sala.
Tak disangka, Pak Rinto yang punya keterbatasan fisik mau membantu dengan biaya sendiri. Dengan ditemani anaknya yang masih kecil, Pak Rinto harus naik angkot dan ojek menuju alamat yang ada dalam paket tersebut. Saat sampai di alamat yang dituju, Pak Rinto masih 'diuji' dan diberitahu bahwa orang yang dicarinya sudah pindah alamat. Namun, Pak Rinto tak patah arang, dia tetap mencari alamat baru itu. Bahkan, saat uang imbalan diberikan dia sempat menolak dan berkata "Ada yang lebih membutuhkan daripada saya". Hebat ya?
Tamu kedua adalah Bu Sriyanah yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Ketika ada seorang anak datang padanya dan menjual pialanya untuk ditukar dengan beras, dia trenyuh. Tanpa berpikir panjang, dia membeli piala itu seharga Rp. 25.000 (padahal uang yang ada di sakunya hanya Rp. 30.000). Tak hanya itu, dia memenuhi permintaan anak itu untuk mengantarkannya membeli beras. Padahal sesuai pengakuannya, gajinya setiap bulan sebagai pembantu rumah tangga hanya Rp. 200.000.
Tamu ketiga adalah Pak Suprihatin, seorang supir angkot yang sedang pusing memikirkan biaya perawatan anaknya yang kena kanker. Ketika dia sedang duduk termenung di pinggir jalan, dia dihampiri seorang nenek yang berusaha menjual ikan asin sisa untuk membeli beras.
Mendengar pengakuan nenek itu, bahwa cucunya sudah 2 hari tidak makan, Suprihatin pun tergerak hatinya. Dengan uang Rp. 85.000 hasil penghasilannya hari itu, dia membelikan beras 10kg sesuai permintaan sang nenek. Tak hanya itu, rupanya tim Minta Tolong masih ingin menguji kebaikan hati Suprihatin. Setelah beras ada diterima, nenek itu mengaku haus dan minta dibelikan minum. Akhirnya, dari sisa uang Rp. 5.000 yang dipegangnya dia masih membelikan teh hangat untuk nenek itu.
Tamu keempat adalah Pak Slamet yang berprofesi sebagai penjual minyak tanah. Dia memiliki keterbatasan fisik sejak lahir. Dan untuk beraktivitas sehari-hari, dia menggunakan sepeda yang dapat dioperasikan dengan menggunakan tangannya.
Saat dia sedang berjualan minyak tanah, ada seorang nenek yang minta diberi minyak tanah untuk memasak. Tanpa berpikir panjang, dia langsung saja menuangkan minyak tanah di kompor nenek itu (padahal saat itu harga minyak tanah sedang sangat mahal). Tak hanya itu, sang nenek pun minta tolong agar sumbu kompornya yang sudah pendek diperbaiki. Tanpa banyak bicara, dia pun segera membetulkan sumbu kompor sang nenek.
Tamu terakhir adalah seorang wanita penambal ban di suatu daerah di Semarang. Bu Karsimah namanya. Saat dia sedang menunggu pelanggan, dia didatangi seorang nenek yang meminta tolong diantar pulang ke Salatiga. Hatinya tak tega saat nenek itu mengatakan dia sudah 2 hari meminta tolong tapi tak ada yang mau menolong. Apalagi ketika nenek itu berkata bahwa dia terpaksa tidur di depan teras toko karena tak tahu harus tidur dimana.
Demi menolong nenek itu, dia harus menutup kios tambal bannya. Selanjutnya, dengan menumpang bus umum dia mengantarkan nenek itu sampai ke Salatiga. Semua dilakukannya dengan ikhlas. Bahkan, saat dia tahu bahwa dia telah menjadi "korban" dari Program Minta Tolong, dia menangis dan mengatakan agar jangan sampai rekaman itu ditayangkan di televisi.
Aku dulu juga suka nonton acara Tolong atau Minta Tolong ini. Satu hal yang menjadi ciri acara itu adalah jenis pertolongan yang dibutuhkan para talent-nya. Mereka tidak menghendaki pertolongan yang mudah seperti pemberian uang. Mereka menuntut jenis pertolongan yang jauh lebih sulit, yang mengharuskan penolongnya melakukan tindakan nyata. Contohnya ya seperti di atas itu.
Tayangan di atas membuatku malu. Jujur, jika aku ada dalam posisi kelima tamu di atas, aku pasti berpikir panjang untuk memberikan bantuan. Bahkan mungkin, saat itu akan ada rasa curiga di hatiku tentang maksud orang-orang yang meminta tolong padaku.
Semoga saja, tayangan Kick Andy tersebut lebih dapat mengasah jiwaku dan jiwa-jiwa lain yang selama ini lebih mengedepankan rasa curiga terhadap niat seseorang. Yang pasti, melalui tayangan itu aku merasa senang bahwa ternyata bangsa ini masih memiliki hati nurani, sesuatu yang telah hilang dari hati sebagian besar individu-individunya.
wuaaaah, benar2 ntuh ibu hatinyaaa. tersentuh saya...
BalasHapuspindah blog >> http://immanuels-notes.blogspot.com/
BalasHapusberbagi memang tak ditentukan oleh dia punya uang apa engga
BalasHapusyang ada, orang yang biasa hidup susah malah lebih peduli dengan sesamanya
daripada mereka yang selalu kecukupan
Kalo saya curiga pasti nomer 1 hikz. Bener2 malu dgn mereka yg dngn sgl keterbatasannya tp msh mau berbagi :) . Bener2 malu dgn mereka yg dngn sgl keter
BalasHapusiya,..aku jg terharu dan jadi malu..barusan tadi sore, nonton tayangan ulangnya mbak..oia, makasih atas ketertarikan resepnya.insya allah akan saya posting.
BalasHapuskadang aku pikir mereka yg punya keterbatasan saja tergerak untuk menolong orang lain kenapa kita tidak?
BalasHapus@Nuel >> kalau nonton langsung tayangannya makin tersentuh deh :) OK akan cek ke alamat barunya.
BalasHapus@Rawins >> seringkali orang yg lebih mudah memberikan pertolongan adalah orang2 yg dalam keterbatasan, karena mereka tahu banget bagaimana sulitnya hidup dalam keterbatasan :)
@Tarry >> Sekarang ini orang lebih mudah curiga dg maksud dari tindakan seseorang ya? Tapi orang2 di atas benar2 tulus dan tidak memiliki kecurigaan itu, mbak.
@Ketty >> oke mbak.. aku tunggu resepnya ya? Makasih sebelumnya.
@Misfah >> itu yang membuatku merasa sangat malu, mbak. :(
iya yaa mba..
BalasHapuskadang mikir dua kali.. apalagi di kota besar..
semoga makin banyak yg tergugah
sempat lihat juga tayangannya.
BalasHapusberbagi bisa dengan cara apapun
@Yusnita >> memang sebagian besar orang2 yg terekam kamera tim Minta Tolong memang menampilkan ekspresi curiga. Orang2 di kota besar sangat takut menjadi korban penipuan ya, mbak?
BalasHapus@Lidya >> Memang benar mbak.. berbagi memang bisa dilakukan dg berbagai cara. Aku setuju banget :)
kick andy memang banyak menginspirasi ya Mbak .. tapi pas episode ini aku gak nonton ..
BalasHapusbiasanya orang2 seperti itu memang berhati sangat mulia mba
BalasHapusmungkin karna mereka jg merasakan kesusahan :D
dalam kondisi yang serba kekurangan memang biasanya hati seseorang menjadi lebih lembut dan mau membantu sesama, karena mereka telah merasakan arti kesusahan itu sendiri mba :)
BalasHapuschika pun ikut malu mba
sering berpikir dlu kalo ingin membantu
sesungguhnya menjadi org yg memiliki posisi tangan di atas itu lbh baik daripada dibawah.
BalasHapushanya saja, dijaman skrg makin sedikit org2 yg seperti itu. kita hrs byk belajar dari mereka.
Iya mbak.. aku juga pasti mikir panjang deh buat nolong >_<
BalasHapussaya setuju dgn Non Chika, kepekaan dan rasa peduli kepada orang yang menderita akan lebih mudah timbul jika seseorang pernah merasakan penderitaan yang sama...
BalasHapusacara minta tolong ya, hm.. aku dulu suka agak kesel deh mbak nonton itu, soalnya kadang, yang ber-akting itu suka ngeyel minta tolongnya, hehehe.. mungkin itu cuma pendapatku aja kali ya, tapi aku juga suka terharu kalo nonton ending nya..
BalasHapusDear,
BalasHapuswahhh... emang saya juga dulu senang liat acara toooolllooooong.... sebenarnya saya masih ragu.... apakah ini betulan atau hanya permainan trik saja... maklumlah saaat ini semuanya bisa di manipulasi..... tapi mendengar telaahan mbak reni... saya jadi yakin 100% itu cerita benar..... salut buat mbak reni yang selalu menmpilkan cerita berbeda di dalam blognya....
regards,
... Ayah Zahia ...
Tolong, bedah rumah dan acara sejenis itu adalah salah media bagi saya untuk belajar melunakkan hati..
BalasHapussaya rasa dunia sudah terbalik mbak.. kalau dulu kita belajar pada orang-orang yang bertitel karena kita anggap mereka pinter, sekarang malah harusnya kita belajar pada orang-orang yang rata-rata pendidikannya pas-pasan, bahkan pendidikan dasar aja tidak mereka enyam.. apalagi dengan kondisi serba kekurangan..
ojo rame-rame yo mbak.. meski saya lelaki.. saya ini sering mrebes mili jika liat acara gituan hehe
@dey >> iya mbak, sayang banget jika melewatkan acara Kick Andy, karena hampir semua tayangannya menginspirasi. :)
BalasHapus@Ria >> mungkin memang begitu, empati mereka muncul karena mereka dalam kondisi yang sama juga.
@Chika >> mungkin sebagian besar dari kita akan bersikap sama, berpikir 1000x sebelum membantu ya?
@penghuni60 >> setuju... kita harus belajar banyak dari orang2 disekitar kita, karena hidup ini memberikan banyak pelajaran dimana saja dan dari siapa saja kan?
@niee >> sama tuh spt Chika dan sebagian besar orang (termasuk aku) karena takut menjadi korban penipuan kan?
@Bang Pendi >> aku juga sependapat Bang... :)
@Takuya >> memang talent-nya terkesan maksa ya? Tapi itu kan juga karena arahan dari sutradaranya. Masalahnya, pertolongan yg diminta juga aneh kan? Seperti minta tolong menjahitkan baju seragam yg rusak. Dan saat dia beredar kemana-mana minta tolong itu, dia sama sekali gak bawa benang dan jarum hehehe. Jadi kalo orang itu benar2 niat menolong harus mau pergi beli benang dan jarum dulu. Dan... ternyta ada juga yg menolong. Lagi2 penolongnya adalah orang yg kurang mampu juga.
@Ayah Zahia >> orang yg minta tolong itu adalah talent dari tim produksi. Mereka mencari 'korban' orang2 yg berhati tulus utk menolong orang lain yg sama sekali tak dikenalnya, dan jenis pertolongan yg diberikan pun juga bukan pertolongan yg gampang lho. Makanya yg bener2 mau menolong itu orang2 yg hebat.
@Lozz >> Kang, ini ada tissue buat elap air mata hehehe... Sayang, sekarang aku udah jarang banget nonton acara2 itu.