Rabu, 14 Januari 2009

Nyanyian Kodok

Seharian ini Madiun terasa basah oleh hujan. Walau matahari sempat menyapa, tapi itupun gak berlangsung lama. Siang sampai sore malah hujan turun disertai dengan angin kencang. Aku hanya bisa berharap plus berdoa agar gak terjadi banjir lagi seperti akhir tahun 2007 yang lalu. Walau rumahku bebas dari banjir (Alhamdulillah), tapi melihat Madiun yang sebagian daerahnya terendam air rasanya hati miris juga.

Malam ini saat aku mengantar Shasa tidur malam, Shasa sempat nanya tentang suara asing yang didengarnya. Aku yang gak paham dengan apa yang didengar Shasa balik bertanya tentang suara apa yang dimaksudnya. Karena aku ngerasa gak mendengar suara yang asing atau aneh di telingaku.


Setelah sekian lama, barulah aku nyadar bahwa suara yang dimaksud Shasa adalah suara kodok dari belakang rumah. Memang malam ini suara nyanyian kodok di belakang rumah ramai banget. Mungkin kodok-kodok itu bersuka cita setelah seharian hujan turun nyaris tanpa henti.

Sebenarnya bukan baru kali ini Shasa ndengar suara kodok "bernyanyi" seperti itu. Mungkin saja, baru kali ini dia betul-betul merhatiin suara itu dan heran dengan suara kodok yang beda-beda "bunyinya" itu. Maksud Shasa, sama-sama kodoknya, kenapa bunyi suaranya berbeda-beda *garuk-garuk kepala*

Aku jadi inget kejadian beberapa tahun yang lalu saat aku masih jadi mahasiswi. Suatu kali aku pulang kampung ditemani seorang teman kostku yang berasal dari Jakarta. Saat malam tiba dan temanku mau tidur, dia bilang lamat-lamat mendengar suara "musik jawa" (yang dimaksud adalah gamelan). Dia heran kok sudah selarut itu masih ada orang yang punya hajatan (mungkin gamelan identik dengan acara pernikahan ya?). Aku yang ngerasa gak mendengar suara "musik jawa" jadi bingung.

Setelah mencoba meyakinkan apa yang didengarnya, aku jadi tertawa geli. Ternyata yang didengar temanku itu bukan "musik jawa" melainkan "musik alam" alias suara kodok alias nyanyian kodok.

Temanku itu tidak percaya bahwa yang didengarnya adalah suara kodok. Dia heran kok suara kodok seperti itu. Ramai sekali katanya. Akhirnya kujelaskan padanya bahwa sudah biasa terdengar suara kodok bernyanyi saat musim hujan tiba. Ternyata selama ini, di rumahnya di Jakarta sana, temanku ini belum pernah mendengar nyanyian kodok. Ya ampun..... Untung saja dia saat itu ikut aku pulang kampung ke Madiun, sehingga dia punya pengalaman yang tak akan dilupakannya selamanya yaitu : mendengar nyanyian kodok di Madiun hehehe.

Nah, aku sekarang merasa beruntung karena Shasaku masih bisa mendengar nyanyian kodok. Mungkin beberapa tahun ke depan, di Madiun suara nyanyian kodok tidak sulit terdengar lagi. Saat semua tanah telah tertutup oleh bangungan, aspal dan paving stone...., saat itulan kodok-kodok akan semakin susah dicari.

Jadi..., malam ini aku akan menikmati tidur malamku dengan iringan nyanyian kodok. Indah sekali bukan?

5 komentar:

  1. Di sini (Jkt) juga sering hujan Mba..bedanya ga ada nyanyian kodok..kangen juga sama kampung halaman, yang klo malam2 bisa denger kodok ato jangkrik...
    Btw..salam kenal ya Mba..^^

    BalasHapus
  2. di rumah saya juga masih ada nyanyian kodok mbak, apalagi hujan sprti tadi malam, lumayan rame nyanyiannya

    enak banget msh tinggal di pinggir kota mbak, masih alami

    BalasHapus
  3. @novilim : hehehe kangen ya denger suara kodok dan jangkrik. Pulang kampung yuuuk...

    @kejujurancinta : Sekarang ini cari suasana yang alami sudah tidak mudah lagi ya, mbak... Syukur kita masih bisa mendapatkannya

    BalasHapus
  4. aduh .. jadi kangen dengar kodok bernyanyi lagi .. hiks hiks
    jakarta cuman ada suara bajaj, motor dengan klaksonnya ..
    aih aih ..

    Lebih nyaman dengan suara alam yang mendamaikan ya ..

    BalasHapus
  5. Yuk kembali ke alam... Lebih asyik mendengar nyanyian kodok daripada nyanyian bajaj hehehe..

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)