Kita semua adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan orang lain. Kita tak bisa hidup sendiri, seolah-olah dunia ini milik pribadi. Agar hubungan kita dengan orang lain dapat berjalan baik tentu saja kita harus pandai-pandai menjaga sikap. Jika kita menyadari hal itu, pasti kita akan berusaha ber-toleransi dan "tepo seliro". Tujuannya ya agar kenyamanan orang lain tak terganggu. Bukankah kita juga tak ingin kenyamanan kita diganggu orang lain ?
Masalahnya adalah seringkali orang lupa bahwa dia tidak hidup sendiri. Mungkin ada yang lupa bahwa keberadaannya seringkali mempengaruhi orang lain. Atas nama lupa itulah, orang terkadang bersikap sesuka hatinya, seolah-olah hal itu tak ada pengaruhnya bagi orang lain. Kalau yang diperbuatnya tidak mengganggu sih tidak mengapa, tapi bagaimana jika ternyata perbuatannya merusak kenyamanan orang lain ?
Hal seperti itulah yang aku alami siang tadi. Ceritanya, aku mengajak Shasa (berdua saja, kan suami masih diklat di luar kota) untuk nonton Film Sang Pemimpi. Sebenarnya sejak tanggal 20 Januari 2010 yang lalu, Film Sang Pemimpi baru di putar di satu-satunya bioskop yang ada di Madiun, Timbul Jaya Cinema. Shasa sudah berpesan jauh-jauh hari agar aku tak lupa mengajaknya nonton film itu jika sudah hadir di Madiun. Nah, daripada Sabtu ini aku dan Shasa bengong berdua di rumah, akhirnya aku mengajaknya nonton. Shasa tentu saja menyambutnya dengan suka cita.
Sebenarnya aku menikmati banget film itu, hanya saja aku merasa tak nyaman selama menontonnya. Ada tiga kejadian yang sempat membuatku jengkel. Satu kejadian saja sudah membuatku terganggu, ini bahkan sampai tiga kali. Jadi ya maklum saja kalau aku jadi jengkel, dan kenyamananku terganggu karenanya.
Gangguan pertama adalah saat film sudah diputar, masih saja ada yang datang terlambat. Aku paling tidak suka jika ada orang datang terlambat jika niatnya nonton film. Apa mereka tidak tahu bahwa cahaya yang masuk waktu pintu terbuka sudah merupakan gangguan ? Apalagi ditambah dengan suara-suara langkah kaki mereka saat memasuki gedung sangat berisik (maklum saja, lantainya berlapis kayu..!). Tentu saja, konsentrasi sempat terganggu karenanya. Sayangnya, yang datang terlambat bukan hanya serombongan orang saja, tapi sampai ada 3 rombongan yang terlambat.
Gangguan kedua adalah saat salah satu rombongan yang masuk (terdiri dari 3 orang) menggeser tempat duduk-ku! Aku heran sekali dengan petugas yang memandu rombongan ini mencari tempat duduk. Bukannya menyuruh orang-orang itu duduk di kursi sesuai dengan yang tercantum di tiketnya, malah mencarikan tempat di dekat jalan masuk (biar gampang). Kebetulan, deretan kursi yang aku duduki tinggal tersisa dua kursi di pojok. Untuk dapat duduk disana, memang harus melewati banyak orang. Nah, harusnya orang yang baru datang tadi duduk di kursi kosong itu.
Tapi petugas-nya emang aneh. Dia malah menyuruh 2 orang dari mereka duduk di deretan kursi di belakangku yang kebetulan bersisa dua kursi kosong di dekat jalan masuk. Sementara yang seorang lagi diminta untuk duduk di deretan kursi di depannya (deretan kursiku). Dan untuk itu si petugas meminta agar orang-orang yang duduk di deretan kursiku bergeser satu kursi. Awalnya aku dan pasangan yang duduk di sebelahku tak bergerak. Aku sendiri malas pindah karena dari awal aku sengaja beli tempat duduk tepat di tengah. Kalau aku bergeser duduk, berarti posisiku tidak tepat di tengah lagi.
Namun rupanya petugas itu memang menyebalkan, dia tetap saja gigih meminta kami bergeser satu kursi. Akhirnya, daripada kenyamanan orang lain terganggu karena kami ngotot mempertahankan kursi itu, maka orang-orang yang duduk di deretan kursi kami bergeser satu kursi. Aku jadi mikir, bagaimana ya perasaan orang yang dapat tempat duduk dengan cara 'menggusur' orang lain seperti itu ? Kalau aku, pasti merasa tak enak sekali dan selama nonton film tak bisa menikmati karena dihinggapi perasaan tak nyaman.
Gangguan ketiga (dan paling parah) datang dari serombongan anak-anak muda (sepertinya mereka masih SMP). Kebetulan mereka datang terlambat juga dan mereka mendapatkan tempat duduk di pojok kiri paling depan. Tiga deret kursi terdepan dipenuhi rombongan anak-anak itu. Tapi ada juga beberapa dari mereka yang duduknya di 5 deretan kursi di depanku.
Anak-anak itu mungkin dari awal tidak niat nonton film, karena selama pemutaran film tersebut mereka ribut sendiri. Mereka sibuk bercanda dan menghentak-hentakkan kaki di lantai gedung yang terbuat dari kayu itu. Terbayang kan bagaimana gaduhnya ? Penonton yang lain tentu saja menjadi terganggu dan seringkali berguman : "Sttt...!" setiap kali mereka bercandanya keterlaluan. Bahkan ada yang berteriak meminta mereka diam, namun dasar mereka saja yang tidak merasa sungkan. Mereka bukan lantas diam, tapi tetap saja ramai.
Yang lebih menyebalkan mereka bukan hanya berbuat keributan dengan mulut mereka saja, tapi mereka juga beraksi. Anak-anak yang duduk di kursi pojok itu entah kenapa tiba-tiba berlari bolak balik menuju temannya yang duduk di 5 deretan kursi di depanku. Kemudian tiba-tiba botol bekas minuman melayang di antara deretan kursi-kursi itu.
Terus terang gangguan terakhir itulah yang paling mengganggu dan menjengkelkan. Padahal jelas-jelas penonton yang lain sudah menunjukkan rasa tidak suka mereka, tapi mereka tetap cuek saja. Atas kejadian itu, dalam otakku timbul banyak pertanyaan :
- Ada apa generasi muda kita, sehingga untuk menghargai orang lain pun mereka tak bisa ?
- Apakah mereka menganggap jika mereka sudah secara legal dan sah (dengan membeli tiket) masuk ke gedung itu, maka mereka berhak berbuat semau mereka ?
- Apakah mereka tak pernah lagi diajar tentang etika di tempat umum ?
- Apakah mengganggu kenyamanan orang lain bagi mereka suatu lelucon ?
- Apakah tak ada lagi kenyamanan bagi seseorang jika berada di tempat umum ?
- Atau... apakah aku yang terlalu berlebihan menghadapi kejadian ini ?
Kalau pertanyaan yang terakhir adalah jawabannya, maka aku perlu belajar kembali untuk lebih ber-"toleransi" terhadap orang lain. Apakah betul begitu ?
saya pikir apa yang dirasakan mbak udah benar... mbak udah cukup bertoleransi dengan adanya gangguan itu... cuma mungkin orang-orang itu yang perlu dikasih pelajaran lebih serius soal etika dan menghargai orang lain...
BalasHapuskalah set sama bang guentor...hmmm, saar-sabar ^toleran akuh^
BalasHapusjika masalahny "kenyamana" solusinya donlot aja filemnya terus di lihat di dengan LCD 21inc. puassss pasti mbak.
BalasHapussikap'y mbak sudah bener ko'...
BalasHapusmank harus bgtu..
@guntur > masalahnya adalah bagaimana agar anak-2 itu dapat pelajaran lebih serius soal etika dan menghargai orang lain, mas.
BalasHapus@fi > yang justru pengen didapat adalah pengalaman nonton bareng dg orang lain di tempat yang 'seharus'nya... jadi lebih seru.
@fais > berarti rasa toleransiku udah cukup ya..? :D
@JengSri > sayang sekali Indonesia belum punya lembaga utk menangani Anti Social Behavior ini ya mbak..? Jeng Sri pulang aja, dan bentuklah lembaga itu disini. Setuju ?
Sebagian anak muda jaman sekarang hampir2 kehilangan kepedulian terhadap kenyamanan orang lain.
BalasHapusJangankan di tempat umum macam bioskop, lha wong murid saya sendiri, kalau lagi asyik SMS an kadang menghalangi jalan dan nggak nyadar kalau gurunya mau lewat...
Ya, setuju mbak. Membudayakan agar menghargai kenyamanan orang lain, itu diperlukan. Selamat berhari minggu.
BalasHapusjujur nih mbak...
BalasHapuskami emng kadang lupa dengan sekeliling kalau sudah asyik dengan suatu hal. kami masih sering khilaf.
ada banyak hal yang masih harus kami pelajari...
mba ga terlalu berlebihan kok...
BalasHapusmenurut saya wajar marah kalau ada yg mengganggu ketenangan dan kenyamanan, apalagi dalam bioskop yang memang meminta kita untuk menjaga ketenangan...
tp yang namanya anak muda jaman sekarang, semakin kita tegur, mereka semakin menjadi-jadi...
pada akhirnya kita yang dianggap dewasa yang harus ngalah... sigh...
kalo saya udah tak geret bawa ke pintu keluar tuh anak2 bandel bu... :))
BalasHapusBenar mbak..kadang2 byk orang lupa tentang etika di tempat umum..seolah-olah mereka lah yg paling benar...btw yg sabar aja mbak...
BalasHapussalut dech buat mb' reni atas toleransinya
BalasHapuskalau berlebihan sih nggak mbak. seumpama aku jadi mbak reni, aku juga pasti ngrasa jengkel banget. :)
BalasHapusgimana kabarnya mbak?
Wah, kalo kejadian yg nomer 3 itu sudah keterlaluan mbak. Seharusnya pihak bioskop yg memperingatkan. Mungkin itu beresiko anak2 itu bakal ga jadi pelanggan mereka. Tp kalo semua penonton lainnya merasa terganggu dan memutuskan malas ke bioskop, kerugiannya lebih besar lagi loh.
BalasHapusKenapa ya generasi muda jaman sekarang banyak yg egois? Mungkin justru perkembangan teknologi malah membuat mereka jd pribadi2 yg terisolir...
MM... di tempatku, juga berlaku situasi begini. Namun, pengurus cinema akan mengusir mereka keluar.
BalasHapusYa.. sungguh rumit untuk mengkoreksi remaja zaman kini, peribadi yang goyah, perlu hidayah dan pengajaran toh!
@marsudiyanto > mereka jadi makin egois ya pak.?
BalasHapus@newsoul > emang harusnya anak-2 itu diberi 'pelajaran' lagi tentang etika.
@yunna > jadi begitulah anak-2 muda, kalau sudah bersama kelompoknya lupa dg sekelilingnya ya ?
@isna > sebenarnya kalau yg dewasa mengalah terus ya nggak mendidik sih, karena mereka jadi tak tahu kalau sikap mereka itu tidak benar.
@sibaho > mungkin saja sudah ada yg pengen melakukan hal serupa, tapi malu aja kalau berurusan dg ABG-2 itu..
@dino > udah bersabar sih sebenarnya, tapi rasa jengkelnya tetap aja ada... :D
@rizky > toleransinya udah hampir mentok tuh hehehe
@jimox > sebenarnya udah banyak yg jengkel kemarin dan anak-2 itu sudah diperingatkan tapi kok tetap aja bikin ribut.. :(
@fanda > kemarin lupa sih mau ngadu ke manajemen bioskop itu gara-2 shasa kelaparan dan pengen buru-2 cari makan hehehe
@setiakasih > harusnya emang pengurus bioskop itu yg bertindak sih.
Hm....
BalasHapusSepertinya dimana-mana problematikanya sama
Barangkali pelajaran budi pekerti sudah perlu diajarkan kembali disekolah.
nice sharing
Memang benner mbak kita harus toleran dengan kejadian seperti itu.
BalasHapustapi justru seperti itulah yang membuat saya jarang nonton di bioskop. Karena saya terkadang jadi orang yang tidak sabaran...
makasih mbak udah memberi saya pelajaran.
Betapa saya bisa merasakan ketidak nyamanan yg Mbak Reni rasakan. Orang2 seperti itu mustinya dikasih pelajaran tentang etika dan tata cara menghargai orang lain.
BalasHapusBtw, award yg buat saya mana mbak?
@kabasaran > memang sepertinya pelajaran budi pekerti yg kita butuhkan saat ini, pak.
BalasHapus@seti@wan > aku sebenarnya bukan penggemar film. Nonton itu aja utk menyenangkan shasa. Dan menurutku nonton yg paling pas tuh ya di gedung bioskop. Tapi kalau kejadiannya spt itu ya jadi males... :(
@kang sugeng > rasanya semua setuju bahwa yg dibutuhkan saat ini adalah pelajaran etika dan sopan santun thd anak-2 itu.
wah kalau saya ngalami kejadian gitu!!!......pasti sudah saya laporkan ke petugas.....kalau petugas gak mau bertindak.....jadi anarkis deh!!!! wkwkwkwkwk
BalasHapusdi Madiun gak ada bioskop lain mba..
BalasHapusklo saya juga sebel klo ada gangguan begitu apalagi untuk film indonesia mesti bener2 merhatiin agar suara bisa saya tangkap.
@jhoni > kalau aku harus nyari petugasnya, maka konsentrasiku makin terpecah donk.
BalasHapus@yusnita > bioskopnya cuma ada 1 itu sih... :(
membuat orang lain nyaman adalah hal yang harus kita sosialisasikan. koz dnegan buat org lain merasa nyaman qt pasti nyaman jg kan..??
BalasHapusMbak, ini sih dah gak ada toleransi lagi, menyebalkan sekali malah :( fiuh, membosankan. Semoga lain kali gak kejadian yah mbak. Btw, emang gak ada yang negur keras2 yah tuh anak2..???
BalasHapus