Sebagaimana dijadwalkan, RI 1 pada hari Senin dan Selasa (18 dan 19 Januari 2010) melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Madiun dan Ngawi, Jawa Timur. Serangkaian acara akan diikuti oleh beliau. Selain itu RI 1 dijadwalkan membuka Munas Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) yang diikuti gubernur, bupati serta walikota se-Indonesia. Acara itu digelar di Pendopo Bupati Madiun di Jalan Alun-alun Utara Kota Madiun.
Karena itulah, Beberapa hari ini Kota Madiun (dan sekitarnya) berbenah. Alun-alun dibenahi dan untuk sementara dibersihkan dari para Pedagang Kaki Lima. Aneka macam spanduk dipajang di sudut-sudut kota. Jalan-jalan yang rusak pun tak lupa diperbaiki. Dan yang pasti pengamanan pun diperketat dengan menyiapkan personel sekitar 6.000 personel gabungan TNI dan Polri yang tersebar di Madiun, Ngawi, dan Magetan. Pengamanan dilakukan baik secara terbuka maupun tertutup.
Sabtu kemarin Shasa bercerita kalau gurunya memberi tahu bahwa anak-anak kelas 4 dan kelas 5 yang dipilih untuk "menyambut" RI 1 pada hari Selasa 19 Januari 2010. Tapi Shasa tidak tahu maksud dari "menyambut" itu, terus dimana "menyambut"nya dia juga tidak paham. Sehingga kami mengira-ngira kalau RI 1 akan mampir juga ke sekolah Shasa.
Sementara itu, hari Minggu sore bos-ku mengirimkan SMS bahwa seluruh pegawai diharapkan mengenakan baju Batik Pemkot yang terbaru pada hari Senin, tgl. 18 Januari 2010. Untung saja, perintah yang menyebar lewat SMS itu berhasil juga, karena akhirnya seluruh pegawai Pemkot Madiun mengenakan baju batik khas Pemkot Madiun, meskipun tak jelas mengapa baju itu harus dipakai pada hari Senin. Karena biasanya batik khas Pemkot Madiun hanya dikenakan setiap hari Jum'at.
Jawaban atas pertanyaan itu baru aku dapatkan pagi tadi. Ternyata, pegawai Pemkot Madiun dengan mengenakan baju batiknya, dikerahkan untuk "menyambut" kedatangan RI 1. Menyambut di sini dalam arti, berdiri di sepanjang jalan yang akan dilalui RI 1 dan kemudian "menyambut"nya ketika beliau lewat... dengan cara melambai-lambaikan bendera kecil.
Astaga... apa kira-kira RI 1 menghendaki "sambutan" model begini ? Terakhir kali aku melakukan "sambutan" untuk RI 1 seperti ini dulu waktu aku masih duduk di bangku SD. Waktu itu yang "disambut" adalah RI 1 era Orde Baru. Tapi kini..., setelah sekian puluh tahun berlalu, setelah aku menjadi seorang abdi negara... aku melakukannya lagi..! Benar-benar tak terbayangkan sebelumnya.
Aku jadi berpikir, bahwa mungkin yang dimaksudkan oleh guru Shasa bahwa anak-anak kelas 4 dan kelas 5 dipilih untuk "menyambut" RI 1 dengan cara berdiri di pinggir jalan seperti yang aku lakukan tadi. Padahal bayangan Shasa sebelumnya adalah berdiri berhadapan dengan RI 1 dan memberikan kalungan bunga dan sejenisnya.
Alhasil, pagi tadi sekitar pukul 09.00 aku dan rombongan teman-teman sekantor berangkat bersama menuju lokasi penyambutan yang telah disediakan. Kantorku kebagian tempat yang panas, sudah begitu menghadap Timur lagi. Wah, bener-bener ini perjuangan "menyambut" RI 1 nih. Sudah begitu, nunggunya lumayan lama juga dan yang akan "disambut" tak juga lewat.
Setelah sekian lama kepanasan, akhirnya terdengar sirine kendaraan dari kejauhan. Aha... itu dia yang "disambut" datang juga. Segera saja aku dan teman-teman berjajar di sepanjang jalan sambil melambai-lambaikan bendera kecil (hiksss... childish banget ya...?). Di antara banyaknya mobil yang melaju kencang, aku melihat mobil dengan plat nomor Indonesia 1 melaju. Yang tak terduga ... kaca jendela mobil belakang terbuka, dan tampaklah wajah sang RI 1 sedang tersenyum dan melambaikan tangannya.
Sontak aku dan beberapa wanita yang berjejer disebelahku terpekik kegirangan..! Tak diduga beliau bersedia membuka jendela mobilnya.... Padahal pengalamanku waktu SD dulu, waktu sang RI 1 lewat aku tak tahu di mobil yang mana beliau berada. Maklum saja, semua kaca jendela tertutup rapat dan mobil melaju dengan sangat kencangnya, meninggalkan aku dan teman-teman SDku yang bersemangat melambai-lambaikan bendera.
Aku yang kepanasan sedang menunggu RI 1 lewat
(inilah batik khas Pemkot Madiun yang berwarna biru, bagus tidak ?)
Sementara RI 1 yang baru lewat di depanku tadi malah mempertontonkan senyuman dan lambaian tangan. Lumayan juga untuk mengobati rasa lelah dan panas yang telah aku rasakan untuk "menyambut" beliau. Seneng sih, karena beliau telah menghargai upaya kami "menyambut" meskli harus berjemur di siang hari. Atau jangan-jangan beliau tadi tersenyum karena senang melihat kami mengenakan baju batik Khas Pemkot Madiun yang menarik dengan warna biru ya..?
Gairah yang terjadi karena senyuman dan lambaian tangan dari RI 1 tadi mau tak mau membuatku tertawa geli. Padahal hanya sekilas saja senyum dan lambaian tangan tadi terlihat, tapi begitu senengnya kami. Aku jadi ingat dengan keponakanku yang di Pacitan yang telah berkesempatan dirangkul oleh Ibu Negara. Meski telah sedemikian dekat dengan RI 1 dan dirangkul Ibu Negara, keponakanku tidak merasa istimewa. Bahkan dia heran karena banyak orang yang mengucapkan selamat padanya. Tapi tadi siang, ibu-ibu sedemikian hebohnya meski hanya melihat sekilas (dan benar-benar hanya sekilas !) senyum dan lambaian tangan dari RI 1 hehehe.
Saat itu, RI 1 sedang meresmikan rumah pintar di Pacitan dan keponakanku (yang saat itu masih TK kelas B) dtunjuk untuk membacakan surat (dalam bahasa Inggris) dari anak-anak Pacitan untuk sang RI 1. Melihat keberanian dan kepolosan keponakanku, maka RI 1 dan ibu negara malah mengajak keponakanku berdialog dan selanjutnya ibu negara merangkul keponakanku dan bersama membaca surat itu, dengan disaksikan oleh RI 1 yang tersenyum.
Foto keponakanku yang sedang membawa surat dengan dirangkul oleh Ibu Negara
Itulah ceritaku hari ini tentang "menyambut" sang RI 1 di Madiun. Entah kapan lagi Kota Madiun akan didatangi oleh orang nomor 1 di negeri ini.
Karena itulah, Beberapa hari ini Kota Madiun (dan sekitarnya) berbenah. Alun-alun dibenahi dan untuk sementara dibersihkan dari para Pedagang Kaki Lima. Aneka macam spanduk dipajang di sudut-sudut kota. Jalan-jalan yang rusak pun tak lupa diperbaiki. Dan yang pasti pengamanan pun diperketat dengan menyiapkan personel sekitar 6.000 personel gabungan TNI dan Polri yang tersebar di Madiun, Ngawi, dan Magetan. Pengamanan dilakukan baik secara terbuka maupun tertutup.
Sabtu kemarin Shasa bercerita kalau gurunya memberi tahu bahwa anak-anak kelas 4 dan kelas 5 yang dipilih untuk "menyambut" RI 1 pada hari Selasa 19 Januari 2010. Tapi Shasa tidak tahu maksud dari "menyambut" itu, terus dimana "menyambut"nya dia juga tidak paham. Sehingga kami mengira-ngira kalau RI 1 akan mampir juga ke sekolah Shasa.
Sementara itu, hari Minggu sore bos-ku mengirimkan SMS bahwa seluruh pegawai diharapkan mengenakan baju Batik Pemkot yang terbaru pada hari Senin, tgl. 18 Januari 2010. Untung saja, perintah yang menyebar lewat SMS itu berhasil juga, karena akhirnya seluruh pegawai Pemkot Madiun mengenakan baju batik khas Pemkot Madiun, meskipun tak jelas mengapa baju itu harus dipakai pada hari Senin. Karena biasanya batik khas Pemkot Madiun hanya dikenakan setiap hari Jum'at.
Jawaban atas pertanyaan itu baru aku dapatkan pagi tadi. Ternyata, pegawai Pemkot Madiun dengan mengenakan baju batiknya, dikerahkan untuk "menyambut" kedatangan RI 1. Menyambut di sini dalam arti, berdiri di sepanjang jalan yang akan dilalui RI 1 dan kemudian "menyambut"nya ketika beliau lewat... dengan cara melambai-lambaikan bendera kecil.
Astaga... apa kira-kira RI 1 menghendaki "sambutan" model begini ? Terakhir kali aku melakukan "sambutan" untuk RI 1 seperti ini dulu waktu aku masih duduk di bangku SD. Waktu itu yang "disambut" adalah RI 1 era Orde Baru. Tapi kini..., setelah sekian puluh tahun berlalu, setelah aku menjadi seorang abdi negara... aku melakukannya lagi..! Benar-benar tak terbayangkan sebelumnya.
Aku jadi berpikir, bahwa mungkin yang dimaksudkan oleh guru Shasa bahwa anak-anak kelas 4 dan kelas 5 dipilih untuk "menyambut" RI 1 dengan cara berdiri di pinggir jalan seperti yang aku lakukan tadi. Padahal bayangan Shasa sebelumnya adalah berdiri berhadapan dengan RI 1 dan memberikan kalungan bunga dan sejenisnya.
Alhasil, pagi tadi sekitar pukul 09.00 aku dan rombongan teman-teman sekantor berangkat bersama menuju lokasi penyambutan yang telah disediakan. Kantorku kebagian tempat yang panas, sudah begitu menghadap Timur lagi. Wah, bener-bener ini perjuangan "menyambut" RI 1 nih. Sudah begitu, nunggunya lumayan lama juga dan yang akan "disambut" tak juga lewat.
Setelah sekian lama kepanasan, akhirnya terdengar sirine kendaraan dari kejauhan. Aha... itu dia yang "disambut" datang juga. Segera saja aku dan teman-teman berjajar di sepanjang jalan sambil melambai-lambaikan bendera kecil (hiksss... childish banget ya...?). Di antara banyaknya mobil yang melaju kencang, aku melihat mobil dengan plat nomor Indonesia 1 melaju. Yang tak terduga ... kaca jendela mobil belakang terbuka, dan tampaklah wajah sang RI 1 sedang tersenyum dan melambaikan tangannya.
Sontak aku dan beberapa wanita yang berjejer disebelahku terpekik kegirangan..! Tak diduga beliau bersedia membuka jendela mobilnya.... Padahal pengalamanku waktu SD dulu, waktu sang RI 1 lewat aku tak tahu di mobil yang mana beliau berada. Maklum saja, semua kaca jendela tertutup rapat dan mobil melaju dengan sangat kencangnya, meninggalkan aku dan teman-teman SDku yang bersemangat melambai-lambaikan bendera.
(inilah batik khas Pemkot Madiun yang berwarna biru, bagus tidak ?)
Sementara RI 1 yang baru lewat di depanku tadi malah mempertontonkan senyuman dan lambaian tangan. Lumayan juga untuk mengobati rasa lelah dan panas yang telah aku rasakan untuk "menyambut" beliau. Seneng sih, karena beliau telah menghargai upaya kami "menyambut" meskli harus berjemur di siang hari. Atau jangan-jangan beliau tadi tersenyum karena senang melihat kami mengenakan baju batik Khas Pemkot Madiun yang menarik dengan warna biru ya..?
Gairah yang terjadi karena senyuman dan lambaian tangan dari RI 1 tadi mau tak mau membuatku tertawa geli. Padahal hanya sekilas saja senyum dan lambaian tangan tadi terlihat, tapi begitu senengnya kami. Aku jadi ingat dengan keponakanku yang di Pacitan yang telah berkesempatan dirangkul oleh Ibu Negara. Meski telah sedemikian dekat dengan RI 1 dan dirangkul Ibu Negara, keponakanku tidak merasa istimewa. Bahkan dia heran karena banyak orang yang mengucapkan selamat padanya. Tapi tadi siang, ibu-ibu sedemikian hebohnya meski hanya melihat sekilas (dan benar-benar hanya sekilas !) senyum dan lambaian tangan dari RI 1 hehehe.
Saat itu, RI 1 sedang meresmikan rumah pintar di Pacitan dan keponakanku (yang saat itu masih TK kelas B) dtunjuk untuk membacakan surat (dalam bahasa Inggris) dari anak-anak Pacitan untuk sang RI 1. Melihat keberanian dan kepolosan keponakanku, maka RI 1 dan ibu negara malah mengajak keponakanku berdialog dan selanjutnya ibu negara merangkul keponakanku dan bersama membaca surat itu, dengan disaksikan oleh RI 1 yang tersenyum.
Foto keponakanku yang sedang membawa surat dengan dirangkul oleh Ibu Negara
Itulah ceritaku hari ini tentang "menyambut" sang RI 1 di Madiun. Entah kapan lagi Kota Madiun akan didatangi oleh orang nomor 1 di negeri ini.
horeeeee.... dapat pertama lagi nih....
BalasHapuskasian ya mbak... kalau tiap RI 1 lewat... banyak pedagang kecil yang mesti jadi korban... dan ada anak-anak bahkan orangtua yang terpaksa kepanasan di jalan hanya untuk melambai-lambaikan bendera... apa di negara lain juga kayak gitu ya?
BalasHapusWaduh, ceritanya keren mbak, turun temurun, masih bisa menyambut orang nomor 1 negara. Mbak, harusnya bilang, ada salam dari Ana hehehe...
BalasHapusWaduh, mozila saya gak bisa buka mbak :(( error mulu. Ini pake Internet Explorer.
duh, ntar kalo ke madiun lagi, buwel juga nitip salam ah ke ri 1
BalasHapusKalo dikotaku yang pernah Alm. Gus Dur mbak... :-)
BalasHapusInget juga dulu pas masih berseragam putih-merah, berdiri di pinggir jalan menyaksikan mobil beriringan yang "katanya" ada RI 1 di sana, (katanya <--- karena beliau gak keliatan mbak..:D)
BalasHapusmb reni ternyata banyak pengalaman bertemu pejabat nh. memang lega mb kalau usaha kita dihargai.
BalasHapusnyambut presiden sekarang buang2 waktu... sudah ga jaman lagi
BalasHapusWah Madiun baru saja kedatangan RI-1 ya. Selamat mbak, sudah bersibuk ria dan mendapat senyuman beliau.
BalasHapuswah ketemu RI1 ya mba?!?!?.......dulu saya pernah papasan pas di bandara ngurah rai.........Pak SBY emang demen buka kaca sambil melambai deh kayaknya ya?!?!?!?!
BalasHapusaku ngga pernah liat P SBY lgs tapi sering kena macet kalo lg barengan pulang di cibubur..hik...hik...
BalasHapusNasib yang sama bu reni...tapi aku kebagian senyum dari pipinya ibu ani yudhoyono, iya..senengnya cuman bs ngliat sekilas..
BalasHapusWah..!!! serunya...
BalasHapusbtw.. RI 1 itu apa seh?? cupu... asli ne gw. wekekke
Aku lihat beritanya di TV
BalasHapusyang paling lonjak2 ibuku mbak
sueeeneng madiun di datangi presiden
ha..ha
Sibuk ya mba, semoga acarnya menyambut kedatangan RI1 berjalan dengan lancar .
BalasHapus* Maaf baru mampir lagi mba, terimakasih atas doa dan ucapan untuk Alfia.
Hmmmm....
BalasHapusTernyata masih sama saja dengan eranya Suharto ya.
Masak sech gara-gara RI 1, waktu belajar anak-anak sampai dikorbankan, orang-orang kecil terganggu cari makannya.
Menyebalkan.
Ini negara apa kerajaan ya ?.
Saya nggak ngerti kenapa jalan tiba-tiba diperbaiki saat ada kunjungan pejabat?
BalasHapusitu hari ini kan? berarti sibuk-sibuk dong mbak
BalasHapusWuaaaah... kweren Mbak Ren, saya kapan ya bisa jumpa Pak SBY?
BalasHapusSelamat Menyambut RI 1...
BalasHapushebaattt ponakannya mbak.. sampe gede itu pasti akna jd kebanggan tuh bisa ketemu pak presiden..
BalasHapuswaktu RI 1 mampir ke purwokerto juga gitu kejadiannya. ternyata di mana-mana sama...
BalasHapusJadi inget waktu menyambut RI 1 waktu SD dulu. Nunggunya lamaaa banget, eh lewatnya hanya beberapa detik aja. Kalo dipikir2 apa ga mubazir ya, membuang waktu pelajaran beberapa jam hanya utk menyiapkan barisan, menunggu dsb.
BalasHapus