Aku yakin, diantara kita semua, pasti pernah mengatakan kata-kata yang salah, pada orang yang salah, pada waktu yang salah dan pada tempat yang salah. Aku pernah melakukannya... dan sungguh aku sangat tak enak hati karenanya. Meskipun aku sudah minta maaf dengan bersungguh-sungguh, namun tetap saja rasa tak enak hinggap di hati. Bahkan saat yang bersangkutan sudah memaafkanku.
Ceritanya bermula saat aku menulis sebuah status di facebook. Sebuah status yang sebenarnya merupakan pertanyaan yang ada di kepalaku. Sedangkan pertanyaan itu tiba-tiba muncul setelah aku membaca sebuah kisah nyata yang sangat menggugah hatiku. Pertanyaan yang muncul dari rasa penasaran apakah aku sanggup menjalani kehidupan seperti kisah nyata tersebut.
Dari berbagai komentar yang masuk, ada sebuah komentar yang membuatku mengerutkan dahi. Sebuah komentar dari seorang teman baik yang aku kenal lewat dunia maya, kurang lebih setahun yang lalu. Sebagaimana pertemanan lewat dunia maya, aku belum tahu banyak tentangnya. Bahkan aku pun belum pernah berjumpa dengannya. Meski begitu, kami merasa dekat satu sama lain.
Kembali pada komentar yang ditulisnya, aku tak paham mengapa dia berkomentar seperti itu. Mengetahui aku bingung dengan komentarnya, dia berinisiatif menuliskan pesan di inbox-ku. Lewat inbox itulah, sebuah tabir terkuak. Dijelaskannya bahwa kisah nyata seperti yang aku tuliskan di status-ku itu seperti "menyindir"-nya. Ternyata, kisahnya tak jauh berbeda dengan kisah nyata tersebut.
Hatiku terasa tertohok. Aku jadi menyesal sekali menuliskan status itu, karena secara tidak langsung telah membuat seseorang merasa tak enak. Lebih tak enak lagi karena seolah aku yang "mengajak" orang untuk membicarakan kisah itu. Meskipun dia tahu bahwa aku tak sengaja melakukan itu, apalagi aku benar-benar tak tahu kondisi-nya. Namun tetap saja, perasaan bersalah dan menyesal menyesakkan dada.
Aku berkali-kali minta maaf padanya dan dia pun meyakinkan aku bahwa dia tak marah padaku. Dia maklum banget karena aku memang belum tahu apa-apa tentang diri pribadinya. Dia hanya merasa sedih karena sepertinya dia sedang jadi "bahan pembicaraan" secara terbuka di statusku. Untung saja, kami menyadari bahwa semua itu semata karena ketidaksengajaan dan hingga kini pertemanan kami masih terjalin dengan sangat baik.
Kejadian itu membuatku memetik pelajaran berharga. Meskipun aku tak ada niat untuk menjelekkan atau menyakiti orang lain, ternyata kata-kata yang aku sampaikan telah melakukannya. Meski aku merasa sudah berhati-hati, namun ternyata aku terperosok juga. Sejak itu, aku semakin hati-hati memilih kata-kata. Aku tak ingin terperosok lebih dalam lagi.
Betapa dahsyatnya sebuah kata. Dia bisa mendatangkan kebahagiaan namun juga dapat membuat seorang sakit hati dan kecewa. Kata-kata bisa melembutkan hati yang keras, namun sebaliknya dapat membuat sebuah hati yang lembut menjadi kasar.
Ceritanya bermula saat aku menulis sebuah status di facebook. Sebuah status yang sebenarnya merupakan pertanyaan yang ada di kepalaku. Sedangkan pertanyaan itu tiba-tiba muncul setelah aku membaca sebuah kisah nyata yang sangat menggugah hatiku. Pertanyaan yang muncul dari rasa penasaran apakah aku sanggup menjalani kehidupan seperti kisah nyata tersebut.
Dari berbagai komentar yang masuk, ada sebuah komentar yang membuatku mengerutkan dahi. Sebuah komentar dari seorang teman baik yang aku kenal lewat dunia maya, kurang lebih setahun yang lalu. Sebagaimana pertemanan lewat dunia maya, aku belum tahu banyak tentangnya. Bahkan aku pun belum pernah berjumpa dengannya. Meski begitu, kami merasa dekat satu sama lain.
Kembali pada komentar yang ditulisnya, aku tak paham mengapa dia berkomentar seperti itu. Mengetahui aku bingung dengan komentarnya, dia berinisiatif menuliskan pesan di inbox-ku. Lewat inbox itulah, sebuah tabir terkuak. Dijelaskannya bahwa kisah nyata seperti yang aku tuliskan di status-ku itu seperti "menyindir"-nya. Ternyata, kisahnya tak jauh berbeda dengan kisah nyata tersebut.
Hatiku terasa tertohok. Aku jadi menyesal sekali menuliskan status itu, karena secara tidak langsung telah membuat seseorang merasa tak enak. Lebih tak enak lagi karena seolah aku yang "mengajak" orang untuk membicarakan kisah itu. Meskipun dia tahu bahwa aku tak sengaja melakukan itu, apalagi aku benar-benar tak tahu kondisi-nya. Namun tetap saja, perasaan bersalah dan menyesal menyesakkan dada.
Aku berkali-kali minta maaf padanya dan dia pun meyakinkan aku bahwa dia tak marah padaku. Dia maklum banget karena aku memang belum tahu apa-apa tentang diri pribadinya. Dia hanya merasa sedih karena sepertinya dia sedang jadi "bahan pembicaraan" secara terbuka di statusku. Untung saja, kami menyadari bahwa semua itu semata karena ketidaksengajaan dan hingga kini pertemanan kami masih terjalin dengan sangat baik.
Kejadian itu membuatku memetik pelajaran berharga. Meskipun aku tak ada niat untuk menjelekkan atau menyakiti orang lain, ternyata kata-kata yang aku sampaikan telah melakukannya. Meski aku merasa sudah berhati-hati, namun ternyata aku terperosok juga. Sejak itu, aku semakin hati-hati memilih kata-kata. Aku tak ingin terperosok lebih dalam lagi.
Betapa dahsyatnya sebuah kata. Dia bisa mendatangkan kebahagiaan namun juga dapat membuat seorang sakit hati dan kecewa. Kata-kata bisa melembutkan hati yang keras, namun sebaliknya dapat membuat sebuah hati yang lembut menjadi kasar.
kalau di dunia maya, menulis sesuai mood kita saat itu yang kadang bikin kita menyesal.
BalasHapussyukurlah kalau masih tetap berteman baik.
BalasHapusmemang benar, memilih kata2 itu sulit, kadang orang mengartikan tidak seperti apa yang ada di benak kita.
maaf,... sudah berani mampir... salam.
BalasHapusmampir dulu...
BalasHapusMbak...aq malah pernah di debat seorang hacker waktu buat tutorial ngehack warnet....akhirnya artikel itu tak hapus...memang kata bagaikan pedang kalau tak sengaja kita ucapkan........sejak saat itu aq hati2 klo mau buat artikel....
BalasHapusPembelajran yang bagus Mbak dari sini kita dapat bljr bahwa perkataan yang baik kita blum baik bagi orang.
BalasHapusTapi apapun itu semuanya bukan kesalahan Mbak sepenuhnya, Mbak kan gak ada mksud ksana..
sebuah pembelajaran yang sangat bagus mbak... bukankah manusia itu memang tempatnya salah dan kilaf... yang paling penting kita mampu menyadarinya, meminta maaf dan kemudian memperbaikinya agar semua kembali menjadi lebih baik... salam terkasih...
BalasHapushati hati Mbak... kalo di facebook itu nulisnya yg ringan-ringan aja...
BalasHapushadir ditengah malam yang indah ini.
BalasHapuswah pelajaran berharga tuh mba...................buat kita semua "pelaku" didunia maya
BalasHapuswaduh saya kok sering insomnia ya!?!?!?!?
Benar mbak..kata-kata bisa lebih tajam dari pisau...sabar ya mbak..setiap kejadian pasti ada hikmahnya..dan apa yg mbak buat utk meminta maaf itu merupakan perbuatan yg mulia...
BalasHapusbanyak pejabat yg salah kata tp enteng banget ngelesnya...gw yakin kl temennya mbak itu berniat bersahabat pasti gak papa...
BalasHapusbener bu. jangankan status fb seperti yg ibu ceritakan, saya pernah baca di sebuah blog, bahwa status fb yg terlihat wajar saja bisa membuat orang lain merasa gak nyaman, seperti: lagi di Changi, pesawat delay... lagi shopping di bla bla bla...
BalasHapuskata-kata emang hebat mbak
BalasHapusbisa bikin pertengkaran
bisa juga bikin perdamaian
Mulut kita adalah senjata. Kadang2 baik dengan kita kadang2 menembak kita sendiri. Tapi mbak hebat lho berani memaafkan orang lain.
BalasHapusBetul mbak, kata-kata kita itu bisa berefek dahsyat. Jangan pikirkan lg kesalahan masa lalu, toh manusia selalu membuat kesalahan. Yg penting, mbak udah menyadari kekuatan kata2, ayo kita untai kata2 untuk memberikan dampak yg baik bagi dunia sekitar kita!
BalasHapussalam hangat!
BalasHapusPostingan mantap mbak. Setuju, malu itu harus kita budayakan. Aneh ya, kita punya nilai-nilai moral, kearifan lokal yang baik, seperti menguap begitu saja, sering kalah dengan negara lain.
BalasHapusBetul mbak. Kata-kata kadang menimbulkan efek lain dari yang kita maksudkan bagi orang lain. Nice post.
BalasHapuskalau aq sedikit beda mb'... ceritanya ada temen aq curhat via chat YM, ceritanya kan curhat kesedihan yg dialami, saat itu aq lagi chat ama yg lain, pas aq balesin ceritanya dia aq salah pasang emo, harusnya aq kkirim ketemen q yg lain kliru kekirim yg ngajak aq curhat, emo yg aq kirim adalah emo ketawa, mungkin berfikirnya temen lagi sedih d ketawain, ngambek deh jadinya gara2 salah kirim emo, tp y akhirnya Rizky mint maaf
BalasHapusBener Mbak...
BalasHapusSaya sering mengalami seperti itu.
Kadang malah begini:
Orang lain yg melakukannya lebih dari yg kita lakukan, dan orang tersebut tak merasa ada yg salah.
Dan begitu kita melakukannya secara tidak sengaja, rasa bersalah kita mengganjal tak mau pergi...
bukan suatu kesalahan
BalasHapusdunia maya ini begitu luas
apa yang kita tulis
bisa menjadi baik bagi org lain, bisa menjadi tak baik.
semua harus diterima dengan lapang dada
kata-kata itu kadang memang membawa banyak hal,,ada suka duka dan luka. kalau gak dijaga, bisa menimbulkan luka unutk orang lain...
BalasHapuswaduh...
BalasHapusuntung bisa dikomunikasikan
Memang mbak kalo salah paham jadinya begitu deh... heheheeh
BalasHapusUntung udah slese ya kesalah pahamannya...
Bila cerita tentang kata2 status di fb sih sampai saat ini belum ada masalah...Yang pernah jadi masalah di diriku ini, yaitu koment2 diriku, sering sekali membuat marah temen2 fb, bahkan pernah di hapus dari pertemanan gara2 koment diriku.. menurutku sih koment2 diriku masih wajar2 saja, tapi dianya kok begitu marah ya, trus akhirnya akupun berkali kali ngirimin pesan di fb ke dia, eh sampai saat ini belum ada balasannya....hihiihhih diriku nggak tahu neh gimana supaya dianya memaafkan diriku, sampai sekarang pun dianya belum memaafkan....
BalasHapusdengan itupun diriku kalo mau kasih komentar berhati hati bermain kata...
aku juga pernah, kemaren juga di Fb, temen maya, heheh, tapi aku udah di maafin, tetep aja ngga enak, heheh, kita emng harus pandai menjaga lidah mba, aku belajar dari kejadian itu :)
BalasHapusWah, mbak iya2 kita kudu ati2 nulis di wall FB. Saya juga pernah githu mbak. Ko, saya lama sekali nggak kesini mbak..??? :(
BalasHapuskalo dulu dibilang lidah tak bertulang, berarti klo kasusnya seperti ini jadinya memang jari tak bertulang donk ya....
BalasHapushehehehe.....
memang selalu ada pro dan kontra untuk segala sesuatu, mbak
yang penting niatnya aja deh...
salam kenal
kata2 memang setajam pedang. tapi mbak gak salah kok. kan gak tahu dia gimana. seharusnya, teman mbak itu juga gak boleh tersinggung krn mbak gak bermaksud nyindir dia. untung mbak Reni sabar ya. kalo saya bisa ikutan sebel kali. hehehe..soalnya, gak ada niat nyindir, kok dituduh spt itu.
BalasHapus