Untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI di kotaku, selama ini panitianya bergantian antara Pemerintah Kota Madiun dan Pemerintah Kabupaten Madiun. Maklum saja, Pendopo Kabupaten Madiun lokasinya tepat berada di depan alun-alun Kota Madiun. Oleh karena itu, untuk upacara pengibaran dan penurunan bendera, Kota dan Kabupaten Madiun memakai alun-alun secara bersamaan. Dan, kali ini yang menjadi panitia untuk perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI adalah Pemerintah Kabupaten Madiun.
Upacara 17 Agustus, begitu biasanya disebut, yang hanya dilaksanakan setahun sekali sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Itu sebabnya, meski sedang kurang enak badan, aku memaksakan diri untuk tetap mengikuti upacara tersebut. Dan, pada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI kali ini aku mempunyai banyak cerita.
Saat menunggu upacara dimulai, aku mendengar ada kisah sedih di balik persiapan upacara yang akan digelar di Alun-alun Kota Madiun. Ada salah seorang staf (wanita) yang mengalami kecelakaan pada saat mengantar undangan upacara yang dititipkan kepadanya. Saat mengendarai motor, dia terserempet dan kemudian dia terjatuh ke dalam selokan yang berbatu-batu. Saat ditemukan kurang lebih 1 jam kemudian, tubuhnya yang basah dan bersimbah darah sudah kaku. Di bawah jok sepeda motornya ditemukan 3 buah baju baru untuk ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Dia meninggal saat menjalankan tugasnya.
Sebelum upacara dimulai, protokol sudah meminta agar HP dimatikan atau di-silent. Tentu saja dering yang mengganggu akan merusak suasana upacara. Namun, baru saja upacara dimulai, tiba-tiba saja terdengar suara dering HP yang cukup keras dari barisan peserta upacara. Terdengar gerutuan beberapa orang karena ternyata masih ada saja yang tidak mematuhi instruksi dari protokol itu. Sementara yang lain ada yang geleng-geleng kepala dengan kesal.
Pulang dari upacara, aku memutuskan untuk tidur, karena badanku terasa panas dingin. Bangun tidur kutemukan 5 SMS yang masuk. Sewaktu kubuka, ternyata semuanya mengabarkan berita duka. Seorang teman yang sudah pensiun setahun lalu, kemarin siang telah berpulang selamanya. Innalillahi wa ina Ilaihi rojiuun. Aku dan beberapa teman sepakat untuk takziyah setelah mengikuti upacara penurunan bendera.
Sesaat sebelum aku berangkat mengikuti upacara penurunan bendera, HPku berdering lagi. Lagi-lagi berita duka. Kali ini mengabarkan meninggalkan serorang teman (yang juga sudah pensiun beberapa tahun lalu) karena terkena serangan jantung. Innalillahi wa ina Ilaihi rojiuun. Dalam sehari aku menerima 2 berita duka.
Walau sebenarnya ragu-ragu untuk berangkat, akhirnya aku ikut juga menghadiri upacara penurunan bendera di alun-alun Kota Madiun. Selama pelaksanaan upacara, angin bertiup sangat kencang. Aku sampai menggigil kedinginan, meskipun aku sudah menggunakan jas yang tebal. Untung saja, upacara dapat berlangsung dengan lancar.
Seperti rencana semula, setelah upacara selesai, kami pun segera takziyah. Sesampai di sana, suasana sudah sepi, karena jenazah sudah dimakamkan pada pukul 3 sore. Keluarga almarhum terlihat ikhlas dan tabah. Keluarga kasihan melihat penderitaan almarhum sewaktu sakit. Aku sendiri sempat menjenguk almarhum sewaktu kritis di rumah sakit, sehari sebelum beliau meninggal dunia. Saat itu aku tak tega melihat kondisi almarhum yang terlihat sangat kesakitan.
Sayang kami tak bisa berlama-lama, kami harus segera pulang, karena adzan Maghrib yang berkumandang.
Upacara 17 Agustus, begitu biasanya disebut, yang hanya dilaksanakan setahun sekali sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Itu sebabnya, meski sedang kurang enak badan, aku memaksakan diri untuk tetap mengikuti upacara tersebut. Dan, pada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI kali ini aku mempunyai banyak cerita.
Saat menunggu upacara dimulai, aku mendengar ada kisah sedih di balik persiapan upacara yang akan digelar di Alun-alun Kota Madiun. Ada salah seorang staf (wanita) yang mengalami kecelakaan pada saat mengantar undangan upacara yang dititipkan kepadanya. Saat mengendarai motor, dia terserempet dan kemudian dia terjatuh ke dalam selokan yang berbatu-batu. Saat ditemukan kurang lebih 1 jam kemudian, tubuhnya yang basah dan bersimbah darah sudah kaku. Di bawah jok sepeda motornya ditemukan 3 buah baju baru untuk ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Dia meninggal saat menjalankan tugasnya.
Sebelum upacara dimulai, protokol sudah meminta agar HP dimatikan atau di-silent. Tentu saja dering yang mengganggu akan merusak suasana upacara. Namun, baru saja upacara dimulai, tiba-tiba saja terdengar suara dering HP yang cukup keras dari barisan peserta upacara. Terdengar gerutuan beberapa orang karena ternyata masih ada saja yang tidak mematuhi instruksi dari protokol itu. Sementara yang lain ada yang geleng-geleng kepala dengan kesal.
Pulang dari upacara, aku memutuskan untuk tidur, karena badanku terasa panas dingin. Bangun tidur kutemukan 5 SMS yang masuk. Sewaktu kubuka, ternyata semuanya mengabarkan berita duka. Seorang teman yang sudah pensiun setahun lalu, kemarin siang telah berpulang selamanya. Innalillahi wa ina Ilaihi rojiuun. Aku dan beberapa teman sepakat untuk takziyah setelah mengikuti upacara penurunan bendera.
Sesaat sebelum aku berangkat mengikuti upacara penurunan bendera, HPku berdering lagi. Lagi-lagi berita duka. Kali ini mengabarkan meninggalkan serorang teman (yang juga sudah pensiun beberapa tahun lalu) karena terkena serangan jantung. Innalillahi wa ina Ilaihi rojiuun. Dalam sehari aku menerima 2 berita duka.
Walau sebenarnya ragu-ragu untuk berangkat, akhirnya aku ikut juga menghadiri upacara penurunan bendera di alun-alun Kota Madiun. Selama pelaksanaan upacara, angin bertiup sangat kencang. Aku sampai menggigil kedinginan, meskipun aku sudah menggunakan jas yang tebal. Untung saja, upacara dapat berlangsung dengan lancar.
Seperti rencana semula, setelah upacara selesai, kami pun segera takziyah. Sesampai di sana, suasana sudah sepi, karena jenazah sudah dimakamkan pada pukul 3 sore. Keluarga almarhum terlihat ikhlas dan tabah. Keluarga kasihan melihat penderitaan almarhum sewaktu sakit. Aku sendiri sempat menjenguk almarhum sewaktu kritis di rumah sakit, sehari sebelum beliau meninggal dunia. Saat itu aku tak tega melihat kondisi almarhum yang terlihat sangat kesakitan.
Sayang kami tak bisa berlama-lama, kami harus segera pulang, karena adzan Maghrib yang berkumandang.
Innalilahi wa inna ilaihi roji'un...saya turut berduka mbak utk temanmu..semoga arwahnya di terima disisi-Nya dan keluarga yg ditinggal tabah....
BalasHapusSemoga semua saudara kita tersebut mendapat tempat terbaik disisi-Nya ya mbak..
BalasHapusSemoga temen-temen mb mendapatkan tempat yang indah ya mb, apalagi di hari baik dan bulan baik ini.
BalasHapusSaya sedih yang ibu2 keserempet ibu mb...mana bawa baju anaknya lagi pasti baju buat lebaran, kasihan sekalai mb.
Sesungguhnya ajal itu memang ga bs ditebak ya mba, bisa saja orang2 yg qt kenal dengan bersamaan meninggal.
BalasHapusdhe terharu mendengar ibu yang meninggal diserempet itu. kok bs baru ditemukan 1jam setelahnya yah :(, smoga mereka yang meninggal diberi kelapangan di alam barzah. amin!!
ditempatku sepi tuh mbak,ga ada acara apa-apa
BalasHapusSaya juga mengikuti upacara pengibaran bendera tkt provinsi di kota saya. Yang paling saya tunggu adalah para paskibraka. Mereka piawai dalam hal baris berbaris. Oh ya, di bulan puasa tahun ini, saya juga kerap kali mendengar berita kematian. Frekuensinya sangat sering dibandingkan bulan2 yg lain
BalasHapusibu pertiwi pun sebenarnya berduka saat perayaan hari jadinya kali ini
BalasHapusnegara ini belum juga lepas dari masalah...
i'm sorry to hear that
BalasHapuswah, 2 berita duka di hari kemerdekaan mbak..
BalasHapusyang penting gak hilang semangat kemerdekaan di diri kita..
Semua berasal dari Allah dan kepada Allah akan kembali... temen seumurku juga ada beberapa yang meninggal, kita tidak tau kapan kita akan dipanggil...
BalasHapusInnalillahi wa ina Ilaihi rojiuun. semoga keluarga yg ditinggalkan diberi kesabaran ya.
BalasHapusbtw, tinggal di madiun ya mbak? aku juga orang madiun.. kangen madiuuunn!! sudah satu tahun lebih gak mudik :(
Lho, kok sama sih mbak. Setelah upacara 17 an kemarin, saya dan teman-teman juga langsung layat, ayah teman meninggal dunia...
BalasHapusinnalillahi wa innailaihi roji'un..
BalasHapussemoga berita duka itu membuat diri kita juga lebih bersiap ya mbak,..
oia, pas tgl 17 kmrn emang angin bertiup sangat kencang deh..disini jg! bikin nggreges awak mbak!
innalillahi wa inna ilaihi rojiun. semoga arwah mereka yg meninggal diterima Allah swt, amiin
BalasHapusturut berbelasungkawa tuk 2 berita dukanya mbak :(
BalasHapusInnalilahi wa inna ilaihi roji'un, saya ikut berduka ya bu B"(
BalasHapusSalut buat Mbak yang memaksakan diri untuk mengikuti upacara walaupun dengan kondisi kurang sehat.
BalasHapusIKut berduka cita atas meniggalnya sahabat Mbak.
Salam. .
di bulan ramadhan ini ada bebrapa tman chika mba yang menemui ajalnya,,,
BalasHapussemoga orang2 yang meninggal di bulan ramadhan
mendapat syafaat :) amin
Ceritanya bagus bu
BalasHapusInna lillahi wa inna ilaihi roji'un,.
BalasHapusDi tempat saya tak begitu meriah Dirgahayu Indonesia kali ini,. mungkin karena bersamaan dengan ramadhan kalee,.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un,.
BalasHapusIya, 17 Agustus kemaren angin kenceng banget, dan saya jadi kangen upacara di Alun2 Madiun (paginya hanya lewat)...
Salam kenal dan mengajak tukar link?
Di upacara tempat saya, banyak peserta yang pingsan karena cuaca panas terik menyengat. Beda dengan upacara penurunan benderanya, yang pingsan cuma satu orang saja.
BalasHapusinnalillahi wainnalillahi rojiuun.... turun berduka cita semoga almarhum diterima disisinya ya mba...amin...:)
BalasHapusturut berduka cita...
BalasHapusikhlas kan saja karna setiap manusia pasti akan kembali kepada penciptanya entah itu kapan,,, :)
BalasHapus