Dia terpaku dengan wajah pucat pasi. Dipandangnya wajah sipir penjara itu dengan hampa. Tak lama kemudian dia tertunduk, bahunya terguncang dengan keras. Dia menangis tanpa suara. Sang sipir penjara kehilangan kata untuk sekedar menenangkannya. Sang Sipir hanya mampu menunggu sampai lelaki separo baya di depannya itu mampu menghentikan tangisnya.
Lelaki itu meratapi nasibnya yang malang. Di usianya yang tak lagi muda, dia harus menghabiskan 2 tahun dalam hidupnya di balik tembok penjara. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dia yang selama beberapa tahun menjadi penguasa, kini harus menjadi narapidana.
Dia didakwa telah menyebabkan kerugian negara sebanyak beberapa ratus juta rupiah. Label koruptor harus disandangnya. Pandangan negatif masyarakat harus diterimanya dan keluarganya. Hidup terpisah dengan keluarga pun harus rela dijalaninya selama 2 tahun ini.
Kini, di saat sisa masa tahanannya kurang 3 bulan lagi, cobaan terberat dihadapinya. Istrinya tercinta, yang selama ini setia mendampinginya dan menguatkannya telah dipanggil menghadapNYA. Dia hanya dapat menyesali dirinya yang tak dapat menemani dan mendampingi istrinya di hari-hari terakhirnya. Memang sudah sejak beberapa tahun terakhir istrinya divonis mengidap kanker, dan sejak dia harus mendekam di balik jeruji besi dia tak lagi dapat menemani sang istri berobat. Tapi tak pernah terbayangkan jika dia harus kehilangan sang istri di saat dia belum bebas.
Penyesalan tak putus-putus dirasakannya. Saat dia akhirnya dapat pulang ke rumah, yang ditemuinya hanyalah jasad istrinya yang sudah terbujur kaku. Tak ada lagi senyum lembut istrinya. Tak ditemuinya lagi tatapan hangat belahan jiwanya. Bukan keadaan seperti itu yang ditunggunya saat dia bisa kembali ke rumah. Bukan kepedihan yang diharapkannya selama ini yang akan menunggu kepulangannya. Namun ternyata dia harus dihadapkan dengan kenyataan yang jauh berbeda dengan impiannya.
Hanya beberapa jam waktu dilaluinya di samping jasad sang istri, sebelum akhirnya dimakamkan. Segera setelah acara pemakaman selesai, dia pun kembali ke dalam penjara. Tak ada lagi semangatnya melalui sisa masa tahanannya, karena tak akan ada lagi istri yang akan menyambutnya di rumah saat dia bebas lagi. Kedua anaknya juga sudah berkeluarga dan menetap di kota lain. Hatinya serasa sedingin es saat membayangkan dia harus kembali ke rumah yang kosong dan hampa saat bebas nanti.
Penyesalan dan kesedihan itu sedemikian besarnya hingga dia nyaris kehilangan akal sehatnya.
Lelaki itu meratapi nasibnya yang malang. Di usianya yang tak lagi muda, dia harus menghabiskan 2 tahun dalam hidupnya di balik tembok penjara. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dia yang selama beberapa tahun menjadi penguasa, kini harus menjadi narapidana.
Dia didakwa telah menyebabkan kerugian negara sebanyak beberapa ratus juta rupiah. Label koruptor harus disandangnya. Pandangan negatif masyarakat harus diterimanya dan keluarganya. Hidup terpisah dengan keluarga pun harus rela dijalaninya selama 2 tahun ini.
Kini, di saat sisa masa tahanannya kurang 3 bulan lagi, cobaan terberat dihadapinya. Istrinya tercinta, yang selama ini setia mendampinginya dan menguatkannya telah dipanggil menghadapNYA. Dia hanya dapat menyesali dirinya yang tak dapat menemani dan mendampingi istrinya di hari-hari terakhirnya. Memang sudah sejak beberapa tahun terakhir istrinya divonis mengidap kanker, dan sejak dia harus mendekam di balik jeruji besi dia tak lagi dapat menemani sang istri berobat. Tapi tak pernah terbayangkan jika dia harus kehilangan sang istri di saat dia belum bebas.
Penyesalan tak putus-putus dirasakannya. Saat dia akhirnya dapat pulang ke rumah, yang ditemuinya hanyalah jasad istrinya yang sudah terbujur kaku. Tak ada lagi senyum lembut istrinya. Tak ditemuinya lagi tatapan hangat belahan jiwanya. Bukan keadaan seperti itu yang ditunggunya saat dia bisa kembali ke rumah. Bukan kepedihan yang diharapkannya selama ini yang akan menunggu kepulangannya. Namun ternyata dia harus dihadapkan dengan kenyataan yang jauh berbeda dengan impiannya.
Hanya beberapa jam waktu dilaluinya di samping jasad sang istri, sebelum akhirnya dimakamkan. Segera setelah acara pemakaman selesai, dia pun kembali ke dalam penjara. Tak ada lagi semangatnya melalui sisa masa tahanannya, karena tak akan ada lagi istri yang akan menyambutnya di rumah saat dia bebas lagi. Kedua anaknya juga sudah berkeluarga dan menetap di kota lain. Hatinya serasa sedingin es saat membayangkan dia harus kembali ke rumah yang kosong dan hampa saat bebas nanti.
Penyesalan dan kesedihan itu sedemikian besarnya hingga dia nyaris kehilangan akal sehatnya.
kisah nyata-kah ?
BalasHapusMengenaskan! Itu baru hukuman di dunia, belum di akhirat kelak, karena korupsi menyangkut hak adami yang tidak mudah menebusnya. Bagaimanalah mau menebusnya, sedang uang siapa yang dikorup tak ia ketahui satu per satu.
BalasHapusAstaghfirulloh! Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah ini.
ya Allah..sedih sekali ceritanya buuu...
BalasHapusmaaf..saya lamaaa tidak berkunjung ke blognya bu reni..
mohon ijin pasang linknya bu reni di blog saya
salam hangat, selamat ramadhan
Wah kisah nyata ya mbak?? mengharukan..begitulah akhir sebuah kerakusan hiks.maaf baru sempat main mbak.kmrn tiap buka halaman ini pasti langsung eror mak,..hamdalah hr iniaman2 saja.salam ramadhan ya mbak..merdeka!
BalasHapusHarga yg hrs dibyr untuk sebuah penyelewengan. Mg kisah ini dibaca oleh koruptor.
BalasHapusBiar eleng, Setiap perbuatan pasti akan mendapat balasan hehe
Wah mba Reni, lama tak muncul, ato aku yg baru sempat BW, hehehe:)Semoga sehat selalu
BalasHapusPenyesalan sering kali selalu ada dalam setiap tindak apa pun yang kita ambil, entah hasailnya akan baik ato buruk, pastinya ada aj yg kita sesali. Semoga saya tidak hanya selalu menyesali tp kemudian bisa belajar dr perasaan itu..
Penyesalan memang selalu datang terlambat. sedih banget ceritanya ya mbak Reni...
BalasHapusmenyesal itu emang tidak pernah diawal ya Mbak...
BalasHapusanyway met puasa & maaf lahir bathin ya Mbak :)
Penyesalan yang amat sangat ya. Pasti sangat sedih sekali
BalasHapuskisah siapa nih?
BalasHapusAllah Maha Berkehendak mam, sedih nian memang, tapi apalah sanggup ditawar, terperosok meski terkadang tak sepenuhnya menjadi kesalahan. sesalku mendalam, semoga beliau diberi kekuatan...
BalasHapusSeperti kisah bupati jember yang masuk penjara karena terpidana korupsi, benar sama persis ini, semoga kita semua di hindarkan dar hal yang merugikan diri sendiri & orang lain.....
BalasHapusini kisah nyata ya bu??
BalasHapusNaudzubillah,
hukuman itu sdh diterimanya didunia, aplg diakhirat ya
dan penyesalan selau datang terlambat...
BalasHapusMasyaAlloh.. semoga saya terhindar dari yang demikian, sesuai judulnya "penyesalan yang dalam" disebabkan perbuatan korupsi, hati-hatilah para pemimpin dan pejabat, jadilah pemimpin dan pejabat yang amanah..
BalasHapussalam silaturahmi..
knp penyesalan selalu datangnya terakhir?
BalasHapusAssalamu'alaikum...
BalasHapusDuka yang tak bisa di elakkan.Hanya Iman kepada_Nya yang mampu mengembalikan pikirannya normal kembali.
Selamat menunaikan ibadah puasa,sist Renni,jika ada salah dan khilaf mohon di maafkan,lahir dan batin..
Wassalamu'alaikum..
hidup ini seperti meniti rambut di belah tujuh bu, kalo tak ada ilmu siap-siap tergelincir.
BalasHapusass
BalasHapusmengharukan mba
benar,,penyesalan mendalam
marhaban ya ramadhan
selamat berpuasa mba Reni
Mb apa kabar, gimana puasanya semoga berjalan dengan lancar ya mb.
BalasHapusIya gak papa..saya maklum, kalau gak ada kenampakan pasti mb Reni sedang sibuk.
Mb ini cerita nyata ya...
Hmmm kenapa ya penyesalan selalu saja dantang terlambat, seandainya saja kita tahu apa yang terjadi esok mungkin kita tidak akan melakukan kesalahan di hari ini ya mb.
ini cerpen ya? bagus ceritanya.
BalasHapusAda kisah yang seperti ini Mbak (bukan fiksi) di kota kecil saya. Hmm, sangat jempolan cerita ini.
BalasHapusterlepas dia koruptor yah, sy mencoba memposisikan diri diposisinya..
BalasHapussulit rasanya, sungguh sulit
Kisah mengharukan.
BalasHapusSenangnya melihat mbak reni ngeblog lagi. Ayo semangat mbak !
padahal sebentar lagi bebas ya, pasti sakit hati banget tuh.. tapi salah siapa dia jadi masuk penjara?
BalasHapuswah lama tak muncul apa kabar mba.........?!?!?
BalasHapusNB itu kisah nyata atau bagaimana mba..!?!?! menyentuh bgt!!!
udah jadi koruptor, dipenjara, kehilangan istri.. mungkin itu yang dinamakan hukuman Tuhan yang dipercepat untuk manusia dosanya terlalu berat ya mbak...
BalasHapusSedih nian ceritanya, saya jadi ingat kawan saya yang baru saja menjalani hidupnya yang kelam di LP selama 6 tahun 3 bulan.
BalasHapusSemoga saja mereka yang tertimpa musibah mendapat kekuatan dalam menjalaninya.
Maaf baru berkunjung lagi nih, selamat menunaikan ibadah puasa ya Mbak.
Salam.. .
Assalamualaikum mba Reni,gmn kbr,ma'af bru bs mampir ke sini.
BalasHapusSlmt menjalan kan ibadah puasa ya mba.
WassalamualaikumAssalamualaikum mba Reni,gmn kbr,ma'af bru bs mampir ke sini.
Slmt menjalan kan ibadah puasa ya mba.
Wassalamualaikum
beneran tuh bu..?
BalasHapusngeri juga ya...