Sabtu tanggal 23 Juli 2011 yang lalu aku mengantarkan Shasa mengikuti English Quiz di lembaga kursus Bahasa Inggris yang diikuti Shasa. Selain mengantar Shasa, aku pun mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh lembaga kursus tersebut. (kapan ya terakhir kali aku ikut seminar? Rasanya sudah lama sekali, hehehe)
Sejujurnya, aku mengikuti seminar itu dengan setengah hati. Hanya karena bujuk rayu dari para pengajar di lembaga kursus itulah, maka Shasa pun 'memaksa'ku untuk ikut seminar itu. Dan, akhirnya demi menuruti kemauan Shasa jugalah akhirnya aku mendaftarkan diri untuk ikut seminar.
Aku punya alasan mengapa aku enggan mengikuti seminar itu. Alasan pertama adalah pembicara orang bule! Bukan aku anti orang bule, tapi masalahnya aku tak mahir berbahasa Inggris #sigh#. Kan gak asyik jika bule itu bicara dan aku hanya garuk-garuk kepala karena tak paham apa yang dibicarakannya. Meskipun aku tahu, pasti akan ada translator-nya. Tapi tetap aja jadi kurang mengena. Itu menurutku sih.
Alasan kedua adalah aku tidak tertarik dengan temanya, yaitu tentang penanganan anak-anak yang berkebutuhan khusus. Bukan aku tak peduli dengan anak-anak berkebutuhan khusus, melainkan kebutuhanku akan pengetahuan itu tidak "mendesak" mengingat Shasa bukanlah anak dengan kebutuhan khusus. Selain itu, selama ini aku sudah punya sedikit pengetahuan tentang hal itu. Jadi pembicaraan tentang anak-anak berkebutuhan khusus bukan hal baru bagiku.
Sejujurnya, aku mengikuti seminar itu dengan setengah hati. Hanya karena bujuk rayu dari para pengajar di lembaga kursus itulah, maka Shasa pun 'memaksa'ku untuk ikut seminar itu. Dan, akhirnya demi menuruti kemauan Shasa jugalah akhirnya aku mendaftarkan diri untuk ikut seminar.
Aku punya alasan mengapa aku enggan mengikuti seminar itu. Alasan pertama adalah pembicara orang bule! Bukan aku anti orang bule, tapi masalahnya aku tak mahir berbahasa Inggris #sigh#. Kan gak asyik jika bule itu bicara dan aku hanya garuk-garuk kepala karena tak paham apa yang dibicarakannya. Meskipun aku tahu, pasti akan ada translator-nya. Tapi tetap aja jadi kurang mengena. Itu menurutku sih.
Alasan kedua adalah aku tidak tertarik dengan temanya, yaitu tentang penanganan anak-anak yang berkebutuhan khusus. Bukan aku tak peduli dengan anak-anak berkebutuhan khusus, melainkan kebutuhanku akan pengetahuan itu tidak "mendesak" mengingat Shasa bukanlah anak dengan kebutuhan khusus. Selain itu, selama ini aku sudah punya sedikit pengetahuan tentang hal itu. Jadi pembicaraan tentang anak-anak berkebutuhan khusus bukan hal baru bagiku.
Aku membayangkan acara seminar yang akan aku ikuti akan membosankan. Untungnya aku bertemu dengan teman SMA-ku yang juga ikut seminar itu. Ternyata, anak bungsunya juga ikut English Quiz sama seperti Shasa. Dan sama sepertiku dia pun "ditawari" oleh lembaga kursus itu untuk mengikuti seminar juga.
Pada teman SMA-ku itu, aku pun mengutarakan uneg-unegku. Kukatakan padanya bahwa lembaga kursus itu seperti "memaksa" para orang tua peserta didiknya untuk ikut seminar itu. Kukatakan juga bahwa sesungguhnya aku tak berminat mengikuti seminar, karena anakku bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus. Temanku tak banyak berkomentar tentang uneg-unegku itu.
Setelah ngobrol cukup lama, akhirnya dia bercerita bahwa anak sulungnya adalah pengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder). Kata-katanya itu membekukan hatiku. Kurasakan wajahku memanas karena malu dan tak enak hati. Astaghfirullah..., tanpa kusadari sebelumnya aku telah melukai hatinya. Kata-kataku bahwa "aku tak berminat mengikuti seminar karena anakku bukan termasuk anak berkebutuhan khusus" pasti telah membuatnya sedih, karena salah satu anaknya rupanya merupakan anak berkebutuhan khusus.
Aku sedikit mengenal tentang ADHD itu. Anak-anak pengidap ADHD ini biasanya sulit memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi. Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsif. Hal tersebut tentu saja berakibat pada terganggunya perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
Tanpa dia bercerita pun aku tahu bahwa sangat sulit menghadapi anak dengan ADHD. Terlihat beberapa kali matanya berkaca-kaca saat dia bercerita tentang anak sulungnya itu. Ya Allah, ampuni aku yang telah tanpa sengaja menyakiti hatinya. Aku pun minta maaf padanya atas kata-kataku sebelumnya. Sungguh, aku menyesal karena telah salah kata di depannya.
Kejadian itu menyadarkanku bahwa ternyata kita dapat dengan mudah menyakiti hati orang lain. Hanya lewat kata-kata, yang walau tak dimaksudkan untuk menyakiti, namun ternyata bisa membuat hati orang lain terluka. Betapa tajamnya lidah seseorang... #sedih#
Ya Allah, ampuni aku. Cukuplah kejadian itu menyadarkanku. Janganlah lagi aku menjadi sebab kesedihan bagi orang lain. Janganlah lagi aku menyakiti hati orang lain. Semoga kejadian itu membuatku lebih berhati-hati dalam memilih kata.
Setelah ngobrol cukup lama, akhirnya dia bercerita bahwa anak sulungnya adalah pengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder). Kata-katanya itu membekukan hatiku. Kurasakan wajahku memanas karena malu dan tak enak hati. Astaghfirullah..., tanpa kusadari sebelumnya aku telah melukai hatinya. Kata-kataku bahwa "aku tak berminat mengikuti seminar karena anakku bukan termasuk anak berkebutuhan khusus" pasti telah membuatnya sedih, karena salah satu anaknya rupanya merupakan anak berkebutuhan khusus.
Aku sedikit mengenal tentang ADHD itu. Anak-anak pengidap ADHD ini biasanya sulit memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi. Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsif. Hal tersebut tentu saja berakibat pada terganggunya perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
Tanpa dia bercerita pun aku tahu bahwa sangat sulit menghadapi anak dengan ADHD. Terlihat beberapa kali matanya berkaca-kaca saat dia bercerita tentang anak sulungnya itu. Ya Allah, ampuni aku yang telah tanpa sengaja menyakiti hatinya. Aku pun minta maaf padanya atas kata-kataku sebelumnya. Sungguh, aku menyesal karena telah salah kata di depannya.
Kejadian itu menyadarkanku bahwa ternyata kita dapat dengan mudah menyakiti hati orang lain. Hanya lewat kata-kata, yang walau tak dimaksudkan untuk menyakiti, namun ternyata bisa membuat hati orang lain terluka. Betapa tajamnya lidah seseorang... #sedih#
Ya Allah, ampuni aku. Cukuplah kejadian itu menyadarkanku. Janganlah lagi aku menjadi sebab kesedihan bagi orang lain. Janganlah lagi aku menyakiti hati orang lain. Semoga kejadian itu membuatku lebih berhati-hati dalam memilih kata.
Selamat pagi Mbak Ren..
BalasHapusWah kita sehati Mbak, tema postingannya senada.
Ya, anak berkebutuhan khusus juga punya hak yang sama dengan mereka yang normal. Sama sama punya hak untuk dicintai.
Alhamdulillah ya Mbak, ikutan seminarnya.
wuisz..
BalasHapusbener juga ya, kan gak semua yang kita gak suka orang lain juga ndak suka ya mbak,,
sekarang ini udah jarang bw, jadi kurang update deh.. biasa sok sibuk..
terima kasih sudah berbagi pengalamannya mbak, bisa aku jadikan pembelajaran juga untuk lebih peka terhadap sesama. Kebetulan aku juga punya teman yang anaknya ADHD.
BalasHapusmaaf mbak dipostingan ada kalimat " selama ini aku sudah punya sedikit pengetahuan tentang hal itu." maksudnya gimana ya?
yup emang taknpa sadar kita menyakiti orang lain.... walaupun ga pengen. :))
BalasHapusADHD, merawat ank seperti itu butuh kesabaran lebih mba.
BalasHapusPelajarn hari itu sangt bermakna, semoga kita dapat belajr dr kejadian trsebut.
Selamat pagi mba.., salam ma shasa.!!
:)
Amiiin
BalasHapusBetul, memilih kata dlm setiap berucap itu pentng karna apa yg kita pikirkan kdng tdk sama dgn apa yg orang pikirkan. heheAmiiin
Betul, memilih kata dlm setiap berucap itu pentng karna apa yg kita pikirkan kdng tdk sama dgn apa yg orang pikirkan. hehe
Selamat Pagi bu
BalasHapusAktif menulis ya
semoga sukses selalu ya
semoga cerita ini menjadi hikmah bagi kita semua ya Bu, nice posting
BalasHapusYa, kadang ketidaksengajaan bisa menyakiti orang lain ya mbak. Nice post.
BalasHapusGpp mbak..yang penting kan maap dan silaturahmiii..hehehehe
BalasHapusSama mb bahasa inggrisku juga pas-pasan, padahal gak ada ruginya bila sedikit aja mendalami bahasa inggris.
BalasHapusBersyukurlah kt memiliki anak yg baik2 saja ya mb, terkadang itulah tanta kt sadari ada aja yg tersakiti akibat diluar kesadaran kita ya mb. bila sedikit aja mendalami bahasa inggris.
Bersyukurlah kt memiliki anak yg baik2 saja ya mb, terkadang itulah tanta kt sadari ada aja yg tersakiti akibat diluar kesadaran kita ya mb.
kalo beneran ga sengaja kan masih bisa dimaklumi bu...
BalasHapusresiko hidup bersama orang banyak
Seringkali memang, apa yang kita ucapkan untuk membuat orang senang, justru berakibat sebaliknya. Mempertimbangkan siapa dan bagaimana situasinya barangkali menjadi solusi untuk mengurangi resiko kesalahan tersebut.
BalasHapusDan apa yang Bu Reni ucapkan, saya tidak melihat sama sekali sebuah kesengajaan. Maka, saya rasa sahabat Bu Reni menangis bukan karena kata-kata yang Bu Reni ucapkan, tapi lebih kepada kesedihan terhadap kondisi anaknya. Meminta maaf adalah jalan terbaik, dan itupun sudah dilakukan. Insya Allah semua baik-baik saja.
Dan saya mendapat pelajaran berharga di sini, semoga saya akan senantiasa mengingatnya.
iyaah ya Mbak, makanya kata pepatah itu bener yaa, mulutmu harimau mu.. karena semua bersumber dari kata2
BalasHapuswaduh mbak, saya juga sering begitu, ampun gusti...
BalasHapusmang ada hal2 yang qt mesti crita, ada hal2 yg harus qt simpan. sbaiknya seh mang uneg2 qt smpan aja di hati. :) kcuali hal2 yg tak mampu untuk qt tak critakan :D
BalasHapussungguh ini suatu plajaran bwt qt ya mba
manusia t4 nya khilaf, mungkin temannya lagi ad masalah ... sabar y mbak ^_^
BalasHapusmungkin cuman nggak sengaja aja kali mbak, tersadar setelah terucap gitu aja. yaa, bisa dimaklumi lah sama temen mbak.
BalasHapusasalkan kalo ADHD tidak dijadikan sebagai beban, rasanya juga nggak akan sebegitu tertekan.
malah justru anak ADHD tuh biasanya memiliki kelebihan lain.. cepat menghapal misalnya, walau kurang konsentrasi
namanya juga nausia mbak punya khilaf dan tak kesenpurnan.he
BalasHapusyang penting adalah s"teh sadar salah perbutan atau kata kata harus kah berani minta maaf
nice posting..thanks salam kenal....
BalasHapus