Rabu, 03 Agustus 2011

Catatan yang "terlupakan"

Selamat pagi sahabat, tanpa terasa sudah hampir sebulan lamanya aku absen ngeblog. Ada banyak alasan yang menyebabkan aku vakum sekian lama. Catatan Kecilku ini sudah tertutup debu karena "terlupakan" sekian lama. Maaf yang sebesar-besarnya karena selama sebulan ini aku belum sempat untuk bersilaturahmi dengan sahabat semua, terutama yang telah menyempatkan mampir ke catatanku ini.

Satu yang membuatku surprise adalah meskipun aku sudah absen hampir sebulan lamanya, tapi ternyata masih ada saja blogger-blogger baru yang mampir kesini. Entah, darimana mereka menemukan Catatan Kecilku ini setelah tertimbun oleh kehadiran blog-blog baru. Bagaimanapun juga aku senang juga, karena ternyata Catatan Kecilku ini tidak sepenuhnya terlupakan. #smile#

Karena absen sekian lama, aku punya banyak catatan yang tersimpan dan semoga tak terlupakan untuk aku bagikan. Aku masih ingat, bahwa aku pernah berniat untuk melanjutkan ceritaku jalan-jalan di Yogya akhir Juni yang lalu (waw... lama sekali ya?). Aku juga pernah berniat bercerita tentang acara Outbound-ku awal Mei lalu (waduh, lebih lama lagi nih..). Semoga saja kali ini aku bisa mewujudkannya. Amin.

Oke, kali ini aku ingin menceritakan sebuah catatan peristiwa yang nyaris terlupakan. Beberapa minggu yang lalu, aku bersama suami dan Shasa pengen makan ke sebuah tempat makan yang baru di kotaku. Menu utamanya adalah yang berbau "bakar-bakaran" seperti nila bakar, ayam bakar dll. Saat kami datang, tempat makan itu masih sepi. Setelah kami selesai memesan makanan, datang sebuah keluarga. Mereka memilih untuk naik ke lantai dua, yang menyediakan tempat untuk lesehan. Sementara aku lebih memilih duduk di lantai satu, yang menggunakan meja dan kursi.

Kami menunggu cukup lama sebelum akhirnya pesanan kami di antar. Selang beberapa menit kemudian, ibu yang tadi naik ke lantai 2 turun menemui pemilik tempat makan itu. Dia mempertanyakan apakah pesanannya belum siap diantarkan karena anaknya sudah gelisah karena kelaparan. Pemilik tempat makan itu (yang ternyata anak-anak muda) menjawab bahwa pesanan sudah siap untuk diantar ke atas. Ibu itu pun kembali lagi ke lantai 2 menemui suami dan anaknya.

Namun, tak lama kemudian ganti suaminya yang turun. Dengan suara keras dia menegur pemilik rumah makan itu. Dia mengatakan apakah keluarganya harus menunggu sampai pukul 12 malam untuk bisa makan? Dia protes karena palayanannya yang sangat lama. Pemilik tempat makan itu tak banyak bicara saat itu, dan sesekali hanya bilang bahwa pesanan sudah siap untuk di antar ke lantai 2. Rupanya suami tadi sudah tak sabar dan tak bisa menerima penjelasan dari pemilik tempat makan itu, karena tak lama kemudian istri dan anaknya pun menyusul turun.

Saat suami dan anaknya langsung masuk mobil, sang istri bicara kembali kepada pemilik warung. Dia menegaskan bahwa keluarganya ke tempat makan itu bukan untuk rekreasi tapi untuk makan. Bahkan dia juga bilang bahwa jika pelayannya tak sanggup naik ke lantai 2 mengapa harus disediakan tempat di lantai 2. Selanjutnya, dia menegaskan bahwa keluarganya memilih membatalkan pesanan dan karena sudah terlanjur haus, dia hanya meminta pesanan minumannya disediakan. Tanpa menunggu waktu, anak dan suaminya meminumnya di dalam mobil, sementara sang istri meminumnya sambil berdiri di depan pemilik tempat makan. Setelah selesai minum, mereka langsung membayar dan pergi.

Peristiwa itu membuat suamiku berkomentar bahwa resiko memesan menu "bakar-bakaran" memang harus mau menunggu. Namun suamiku memang mengakui bahwa pelayanan di tempat makan itu lumayan lama, sehingga jika keluarga tadi datang ke tempat itu dalam kondisi sudah sangat lapar pasti penantian itu jadi terasa sangat panjang. Aku sendiri juga menilai bahwa pelayanan di tempat makan yang masih baru itu memang lama. Bahkan untuk mengantarkan minuman ke meja kami saja, kami cukup lama menunggu, padahal kami hanya pesan jeruk hangat dan teh hangat.

Mungkin saja anak-anak muda pemilik tempat makan itu masih "belajar" mengelola usaha tempat makan. Mereka sepertinya belum bisa membagi pekerjaan dengan baik supaya pelanggan tak perlu menunggu lama. Bagaimanapun juga kepuasan pelanggan adalah yang utama, dan mereka harus berusaha keras untuk itu. Apalagi tempat makan mereka masih baru. Promosi dari kesan yang baik pasti akan membantu kemajuan usaha mereka. Soal sikap keluarga tadi.. aku tak bisa sepenuhnya menyalahkan ataupun membenarkan. Bagaimana denganmu, sahabat?

19 komentar:

  1. baru ngeposting lagi..
    postingan kali ini langsung kebawa situasi akunya ... Andai saja Rini yang kena marah pelanggan apa yg harus Rini lakukan.. hehehe

    mudah2an aja menjadi pelajaran bagi merekaa :))

    BalasHapus
  2. Wah baru posting lagi..
    postingan kali ini langsung kebawa suasana akunya..
    kalo Rini yang di tegur pelanggan apa yg harus dilakukan..

    mudah2an jadi pelajarn bagi mereka ..:))

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum Mbak Reni ...
    Alhamdulillah Njenengan hadir lagi. Sebelumnya mumpuing masih awal ramadhan, saya minta maaf kalo ada kata dan komentar yang khilaf.

    Saya juga kurang suka makan di rumah makan yang harus nunggu lama dengan bahan makanan segar, karena harus melalui proses panjang. Kecuali kalo memang diniatkan 'makan bareng' sambil silaturrahim. Kalo cuman makan saja, menurut saya akan ada banyak waktu terbuat sementara perut lapar. Mending makan di lesehan pinggir jalan

    BalasHapus
  4. yah mungkin aja pelayan2nya kurang, makanya pelayanannya rada lama, bu. :)

    BalasHapus
  5. Tamu adalah raja. Jd kalo bs memberikan pelayanan sebaik mungkin. Tp sebagai tamu jg hrs menjaga kesopanan sich. Jd siapa yg salah? Hehe
    Shrsnya ada sistem bg tugas. Jd bgt pesanan ditrima semua pegang tgs masing2 biar ga membuat pemesan nunggu lama.
    Pengalaman duluuu waktu krj di depot kempling, pasar njoyo yg menunya jg bakar2 hehe (kenal ga bu reni?)

    BalasHapus
  6. wah mbak, kalau saja mbak menuliskan nama tempat makannya, yakin deh, langsung sepi tuh..

    saya paling males nunggu lama. tapi di jakarta, tempat makan bakar2an semuanya menghidangi makanan dengan cepat.

    BalasHapus
  7. pernah sih batalin masakan. kalo pengen cepet emang ke fastfood. aku masih ngeblog mbak reni, janji pada anak2ku menunggu di blogku. isinya juga singkat, udah gak pake curhat2an lagi...

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah mbak reni muncul lagi...kangen deh !
    Mat puasa mbak...kalau hal di atas, kami sekeluarga jg pernah lho batalin mkn di sana...mklm udh 1jam mknan gak muncul2 dan yg nyakitin malah orng yg baru 10 mt duduk di duluin...sebel deh..

    BalasHapus
  9. emang menjengkelkan sih kalo udahlapar harus nunggu lama...aku juga pernah ngalamin hal begitu. tapi menu nya bukan bakar2an. jadi, kalo pemilik tempat mengerti seharusnya sudah memprediksi berapa lama servis yg akan mereka berikan, mengingat mereka menyediakan makanan bakar2an.

    BalasHapus
  10. welkambek mbak :)

    ya, memang resiko gitu sih. betul klo sikon udh luaperr banget kurang tepat milih tempat makan di bakar2an. ya namanya juga bakar, blom lg nyalain apinya :)

    BalasHapus
  11. Assalamu'alaikum Mbak Reni ...
    Alhamdulillah... mbak Reni datang lagi, kangen berat nih mbak.
    Mohon maaf lahir bathin ya, mbak...
    Selamat menunaikan ibadah puasa.

    Waduh... kalo udah lapar berat, trus layanan restoran lama banget, ya .. ngerti aja kalo itu keluarga ngamuk gitu, tapi sayang ya .. melupakan etika
    Dulu juga aku pernah ngalami spt itu, suami gak pake ngomel, cukup batalkan pesanan aja.

    BalasHapus
  12. kalo pemilik warungnya anak-anak muda, wajar sih lama mungkin ya mereka kan masih belum berpengalaman..

    BalasHapus
  13. Wah, judul postingnya mirip dengan posting saya Mbak hehe. Berarti sehati.

    Iya Mbak Ren udah lama nggak posting. Lagi sibuk ya Mbak?

    Selamat ramadhan ya Mbak, maap lahir dan bathin..

    BalasHapus
  14. ayo mbak blognya jangan dianggurin dong, kasihan dia

    BalasHapus
  15. hellloooowww... mbak reni kemane ajeee... lama banget nggak nongol. hahaha..

    iya mbak, kalo soal bakar membakar *asmara* biasanya emang nunggu lama.. katanya makin lama, makin laper, maka nikmatnya makin terasa.

    nunggunya dua jam, ngabisinnya sepuluh menit. hahaha

    BalasHapus
  16. wah yang habis bertapa
    banyak juga oleh olehnya neh bu..

    BalasHapus
  17. semoga rumah makan ini belajar dari pengalaman yg terjadi malam itu... :)

    BalasHapus
  18. waahhh selamat datang lagi mbak :)

    Soal rumah makan, klo lama aku juga kurang suka. Apalagi pelayannya rese. Mudah2an gak berlanjut deh yak buat rumah makan yang ini..

    BalasHapus
  19. waduh... galak banget. tapi gak bisa disalahkan juga keluarga tersebut. Kalau terlalu lama nunggu, apalagi pas lapar, bawaanya emosi melulu. hehe...

    Kalau urusan lama gak posting, saya lebih parah mbak. hehe.. met puasa ya mbak ren..

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)