Kejadian yang hampir sama... terulang lagi, sobat. Kejadian yang terkait dengan perhatian dari guru / sekolah yang kurang terhadap murid-muridnya, seperti yang dulu aku sampaikan di Cerita Yang Tersisa. Dan.., kali ini aku ingin curhat lagi tentang kejadian yang terulang lagi ini. Semoga sobat semua tak bosan membaca curcol-ku ya...?
Sabtu lalu, 17 April 2010, Shasa mengikuti Babak Semifinal Olimpiade Sains Kuark (OSK) 2010. Keikutsertaan Shasa dalam OSK 2010 ini atas usulan dari gurunya. Semula Shasa tidak berminat mengikuti OSK, karena sudah 3 tahun berturut-turut Shasa ikut OSK. Namun akhirnya Shasa ikut juga setelah gurunya meminta kesediaan Shasa untuk ikut OSK itu.
Pada keikutsertaan Shasa 3 kali sebelumnya di ajang OSK, Shasa ikut atas inisiatif sendiri dan membayar sendiri biaya pendaftarannya. Namun tahun 2010 ini Shasa ikut setelah didaftarkan plus dibiayai pendafatarannya oleh sekolah. Kupikir, karena kali ini Shasa ikut atas nama sekolah, maka pihak sekolah akan aktif dalam 'mempersiapkan' murid-muridnya dalam OSK itu. Sayangnya.., apa yang aku bayangkan tak terbukti. Shasa tetap saja belajar sendiri dan tanpa bimbingan sama sekali dari pihak sekolah.
Pada saat babak penyisihan OSK 2010 yang lalu, tak satupun gurunya yang hadir menemani anak didiknya. Padahal sekolah-sekolah yang lain, banyak guru yang ikut mengantarkan anak didiknya. Kemudian, kejadian yang sama terulang lagi pada babak Semifinal OSK 2010. Lagi-lagi tak satupun guru Shasa yang hadir menemani anak didiknya.
Pagi itu, kami tak mampir ke sekolah dulu dan langsung menuju ke tempat OSK diselenggarakan. Namun aku sempat mengirim pesan kepada salah satu guru Shasa, bahwa Shasa tidak mampir ke sekolah namun langsung ke tempat OSK. Beliau mengiyakan dan berjanji akan memberitahukan kepada Wali Kelas Shasa.
Senin pulang kantor kemarin, Shasa membawa berita yang mengejutkan aku. Kata Shasa, Sabtu kemarin di buku absensi kelas, Shasa ditulis tidak hadir karena Alpa/Tanpa Keterangan. Lho..., kok bisa..? Bukankah aku sudah pamitkan Shasa lewat salah satu gurunya ? Bukankah keikutsertaan Shasa juga atas perintah sekolah ? Apakah gurunya lupa bahwa Sabtu kemarin Shasa mengikuti OSK atas nama sekolah ? Apakah sebegitu tidak peduli guru-gurunya terhadap murid-muridnya ? Padahal sekolah Shasa adalah sekolah favorit di kota kami..... Jadi predikat favorit tidak berkorelasi dengan perhatian guru/sekolah kepada murid-muridnya.
Aku lantas berandai-andai... Seandainya saja salah satu siswa dari sekolah Shasa bisa lolos ke Babak Final yang akan diselenggarakan di Jakarta bulan Juni 2010 nanti..., apakah gurunya akan mengaku telah membina dan mempersiapkan muridnya dalam ajang OSK ini ? Apakah gurunya yang akan dengan bangga berfoto dengan muridnya itu untuk dimuat di koran lokal dan mengatakan bahwa itu sebagai prestasi sekolah ? Apakah akan seperti itu...?
Duh...., kok aku jadi berpikiran negatif begini ya...?
Sabtu lalu, 17 April 2010, Shasa mengikuti Babak Semifinal Olimpiade Sains Kuark (OSK) 2010. Keikutsertaan Shasa dalam OSK 2010 ini atas usulan dari gurunya. Semula Shasa tidak berminat mengikuti OSK, karena sudah 3 tahun berturut-turut Shasa ikut OSK. Namun akhirnya Shasa ikut juga setelah gurunya meminta kesediaan Shasa untuk ikut OSK itu.
Pada keikutsertaan Shasa 3 kali sebelumnya di ajang OSK, Shasa ikut atas inisiatif sendiri dan membayar sendiri biaya pendaftarannya. Namun tahun 2010 ini Shasa ikut setelah didaftarkan plus dibiayai pendafatarannya oleh sekolah. Kupikir, karena kali ini Shasa ikut atas nama sekolah, maka pihak sekolah akan aktif dalam 'mempersiapkan' murid-muridnya dalam OSK itu. Sayangnya.., apa yang aku bayangkan tak terbukti. Shasa tetap saja belajar sendiri dan tanpa bimbingan sama sekali dari pihak sekolah.
Pada saat babak penyisihan OSK 2010 yang lalu, tak satupun gurunya yang hadir menemani anak didiknya. Padahal sekolah-sekolah yang lain, banyak guru yang ikut mengantarkan anak didiknya. Kemudian, kejadian yang sama terulang lagi pada babak Semifinal OSK 2010. Lagi-lagi tak satupun guru Shasa yang hadir menemani anak didiknya.
Pagi itu, kami tak mampir ke sekolah dulu dan langsung menuju ke tempat OSK diselenggarakan. Namun aku sempat mengirim pesan kepada salah satu guru Shasa, bahwa Shasa tidak mampir ke sekolah namun langsung ke tempat OSK. Beliau mengiyakan dan berjanji akan memberitahukan kepada Wali Kelas Shasa.
Senin pulang kantor kemarin, Shasa membawa berita yang mengejutkan aku. Kata Shasa, Sabtu kemarin di buku absensi kelas, Shasa ditulis tidak hadir karena Alpa/Tanpa Keterangan. Lho..., kok bisa..? Bukankah aku sudah pamitkan Shasa lewat salah satu gurunya ? Bukankah keikutsertaan Shasa juga atas perintah sekolah ? Apakah gurunya lupa bahwa Sabtu kemarin Shasa mengikuti OSK atas nama sekolah ? Apakah sebegitu tidak peduli guru-gurunya terhadap murid-muridnya ? Padahal sekolah Shasa adalah sekolah favorit di kota kami..... Jadi predikat favorit tidak berkorelasi dengan perhatian guru/sekolah kepada murid-muridnya.
Aku lantas berandai-andai... Seandainya saja salah satu siswa dari sekolah Shasa bisa lolos ke Babak Final yang akan diselenggarakan di Jakarta bulan Juni 2010 nanti..., apakah gurunya akan mengaku telah membina dan mempersiapkan muridnya dalam ajang OSK ini ? Apakah gurunya yang akan dengan bangga berfoto dengan muridnya itu untuk dimuat di koran lokal dan mengatakan bahwa itu sebagai prestasi sekolah ? Apakah akan seperti itu...?
Duh...., kok aku jadi berpikiran negatif begini ya...?
Hhh. .saya baru tau kalau ada guru yang kayak gitu mbak,apalagi dari sekolah berpredikat terbaik. Soal alpanya shasa,komplain aja mbak,,dan saya yakin,jika shasa lolos,pasti bayangan mbak soal guru yang mengaku ngaku shasa anak didiknya akan jadi kenyataan.
BalasHapusSabar ya mbak. Ujian Tuhan bentuknya bisa apa sj. Salam kenal ya mbak. sy sdh follow, trm kasih, salam buat Shasha :)
BalasHapusKadang itu adalah human error mbak, dimana Guru yg Mbak Reni mintai ijin tidak menyampaikan ke kelas Sasha. Kasus kayak ini sering terjadi kok mbak..
BalasHapushmmmm...no komen deh mbak....
BalasHapussalam ke shasa ya mbak...
wah, masa ada guru spt itu?
BalasHapusBiar aja mereka protes Mbak, tulis aja semua disini biar bisa jadi bukti kalo memang nanti shasa lolos, itu memang hasil kerja kerasnya sendiri, bukan karana bimbingan pihak sekolah.
BalasHapusSemuga Shasa sukses, amin.
emang sasha sekolah di SD mana tho mba?
BalasHapushmmmmm
BalasHapusada yang taunya cuma mengajar tapi tidak tau mendidik dan tidak memberikan perhatian pada anak didiknya
sama kek komentnya mbak ajeng... heheheh
BalasHapusperlu di konfirmasi lagi mbak keknya, iar nggak aa negative nya.. :-)
BalasHapusperlu dikonfirmasi tu sekolahnya mba biar ngga terulang lagi atau biar jadi perhatian staf guru
BalasHapuswah..kok bisa ya mbak..seharusnya mereka lebih perhatian lagi...dan lebih menghargai usaha anak muridnya untuk mengharumkan nama sekolahnya seperti shasa...moga kedepannya meeka lebih bijak lagi...
BalasHapussalam buat shasa ya mbak...support dia lagi, klu dapat keluh kesah kita orang tua jgn sampai dia dengar, agar semangatnya tidak pudar ya mbak....salam...
salam sobat
BalasHapuswah mungkin Guru lupa kali mba,,kalau sudah dipamitkan.
padahal membawa nama sekolah ya mba,,kalau Shasa menang OSK nya ,
wah,,
BalasHapusternyata sekolah belum bisa memberi perhatian kepada murid didiknya,,
mungkin juga gak hanya di sekolah shasa aja mbak,,
yg sabar mbak,,
aduh kok ada guru seperti itu nanti tak aduin ke pengawasnya
BalasHapussemangat terus Shasa you are the best
BalasHapuskasihan deh shasa
BalasHapusselamat malam bu berkunjung kesini lihat cerita yang rasanya bikin miris tapi saya yakin kok nggak semua guru seperti itu
BalasHapuspihak sekolah jadi seperti lepas tangan ya mbak
BalasHapusDuh,ikut prihatin sis...sabar ya.
BalasHapustenang mba jangan negatif dulu yah
BalasHapusmungkin gurunya lupa ^____^ sabar ya mba
yahhhh kok gurunya ky gt yah, ada muridnya yang aktif bukane seharusnya malah di dukung.... gimana tuh pak & bu guru....
BalasHapusIkut nyimak aja ya mbak... gak berani koment... hehehehe^_^ Peace!!!!
BalasHapusHehehe...positive thinking aja mbak. Siapa tahu gurunya lagi pikun? Tapi sekarang udah dibereskan kan?
BalasHapus*menyempatkan mampir pas boss keluar kantor, hehehe..*
sabar ya mba...
BalasHapussekolahnya dah menganggep dirinya favorit tu mbak...jadinya meremehkan penyisihan dan semifinal....piuhhh...
BalasHapusAlow !! salam kenal ,mbak ... bukankah dgn cara ini sekolah lebih cepat melejit tanpa mempromosikan lebih jauh ??
BalasHapusbiar lah siswa dan para org tua yg cape .. toh akhirnya sekolah yg dapet nama....
tapi tetap aja sabar mbak... yg penting positive thinking terus ... biar yg atas menentukan
regrads
kunjungan rutin..
BalasHapusemang Shasa-nya sekolah di mana??
iya gan.. predikat belum tentu menentukan 'dalemannya'
BalasHapustapi masa sampe separah itu sih?
benr benr guru gak bertanggunug jawab dah
BalasHapussalam kenal
dri blogger abnormal
di tungu yah kunjungan baliknya
Wah.. parah banget tuh guru2nya.. mbak Reni harus minta penjelasan tentang absensi tuh, biar clear persoalannya.. biar kejadian seperti ini menjadi perhatian buat mereka..
BalasHapusCerita Shasa ini mengingatkanku akan kisah putri pertamaku Bee..
Sejak TK dia membawa nama sekolahnya dengan berhasil menjadi juara I lomba menyanyi tunggal tingkat kecamatan, sedangkan lomba bercerita pengalaman dia dapet juara III. Saat itu gurunya emang perhatian banget, bahkan saat lomba pun kami ga ikut mendampingi karena saat itu emang lagi sibuk2nya dikantor.. tp pada saat pengumuman lomba, gurunya langsung memberikan pemberitahuan lewat telephone.
Beda dengan saat dia SD kelas III, saat itu dia juga mewakili sekolah untuk ikut lomba menyanyi duet dengan gurunya di SBO TV, yang saat itu disiarkan setiap hari minggu. Saat menjalani babak penyisihan selama berminggu2, tak seorangpun perwakilan dari sekolah yang datang untuk mensuport dia, kecuali pak Johanes yg memang harus berduet dengannya, padahal sekolah2 lainnya selalu rame suporter.. Kami selaku ortu sempat diwawancara oleh hostnya, kami ditanya kenapa ga bawa suporter.. Aku cuman bisa menjawab, klo teman2 Bee pada sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian tengah semester..
Akhirnya, Bee berhasil lolos ke babak semifinal dan final. Namun dia tidak berhasil menang, karena saat di final dia lagi flu berat, suaranya serak banget saat nyanyi.. Aku kasihan sekali.. dan kecewa mendengar komentar kepala sekolah saat tahu klo Bee ga menang.. Dia bilang, " kok bisa kalah ?? wah.. kamu kurang latihan Bee..."
Lagi.. baru2 ini.. Bee kembali mewakili sekolah di tingkat kota, sebelum tampil kepsek sempat berkata, " Kali ini harus menang yah !".. Aku kecewa sekali mendengarnya.. kenapa dia ga bisa bijak, bayangin aja.. kata2nya itu khan bisa menjadi beban buat Bee saat menyanyi nanti... Namun Alhamdulillah.. Bee bisa menang meski hanya juara II..
Kayaknya guru2 sekarang ini emang beda banget dengan guru2 kita saat masih SD yah.. kurang perhatian pada anak didiknya, kenapa yah ? apa salerynya kurang ?? hahaha... who's know..
Wah.. komenku kepanjangan nih tampaknya, jadi semacam curhat..maaf yah mbak.. hehehe...
Salam aja buat Shasa ya, Semoga sukses.. ketidak perhatian guru2nya jangan dijadikan alasan untuk menyurutkan semangatnya berlomba..(itu juga yg aku katakan pada Bee beberapa waktu lalu)
Oh ya mbak, mampir dong di blog Bee, http://lina-marliana.blogspot.com ada lagu ciptaanku yg dinyanyiin bee yg aku share disana.. buat Shasa.. siapa tahu dia suka..
bilang aja kalo gurunya namanya Reni hehehehe....postif thingking aja deh Mbak! eh ya....selamat hari kartini yaaaaaaaaaaa!!!
BalasHapusYah...maklumlah! sekarang ikatan guru sama siswa semakin berjarak! sudah lagu lama mbak! apalagi buat sekolah yang katanya "favorit". Semakin banyak murid kan otomatis perhatian pada murid kurang Iya Tho? salam buat shasa ya....kalo menang terus ke jakata kabari tante Ira Ntar langusng dech tante ira jadi suporter Hehehehehe
BalasHapussabar ya...waktu pasti akan bicara...
BalasHapussalam kenal,
tfd