Membicarakan sampah memang tidak menyenangkan. Baru membayangkannya saja sudah membuat tidak nyaman. Namun, aku kali ini ingin sekali bicara tentang sampah. Meskipun kata suamiku tidak penting, tapi entah mengapa aku "perhatian" sekali dengan sampah. Kebetulan juga, di lingkungan RT dan RW di kompleks perumahanku, aku menjadi pengurus iuran untuk petugas pemungut sampah (jabatan yang tepat kurasa hehehe...).
Sampah kian hari kian menjadi masalah di beberapa kota besar. Bukan hanya volume sampah yang makin besar, tapi menentukan lokasi untuk TPA (Tempat Pembuangan Akhir) memang tidak semudah yang dibayangkan. Pada saat ini, mencari lahan yang luas untuk TPA juga tidak mudah. Kalaupun lahan sudah ada, belum tentu penduduk sekitar setuju apabila lokasi di dekat tempat tinggalnya dijadikan TPA.
Memang sih.., kalau dipikir-pikir, seandainya daerah dimana kita tinggal ternyata akan dipakai untuk TPA, apakah kita bersedia ? Apalagi kalau mengingat betapa tidak indahnya pemandangan nantinya. Belum lagi ditambah dengan polusi udara akibat bau sampah yang menyengat dan akan tercium dari jarak sekian meter jauhnya. Memang tidak menyenangkan.
Namun, kalau semua penduduk menolak apabila daerah tempat tinggalnya dijadikan TPA, lantas bagaimana ? Apakah itu berarti tidak ada lahan untuk TPA ? Apakah perlu tindakan "keras" dari pemerintah sehingga tidak ada penduduk yang bisa menolaknya ? Rasanya hal ini masih harus dipikirkan lagi dengan lebih serius oleh pihak Pemerintah Daerah.
Di kotaku sendiri, aku melihat bahwa volume sampah sudah semakin banyak. Padahal, banyak sampah yang tidak akan hancur di dalam tanah. Sampah-sampah lama yang tidak mampu hancur itu, akan terus ditambah dengan sampah-sampah baru. Apakah itu berarti kotaku akan mempunyai gunungan sampah ? Wah..., ngeri sekali membayangkannya.
Sementara itu, aku mempunyai caraku tersendiri mengatasi sampahku. Selama ini, aku memasukkan sampah ke dalam 3 kantong plastik yang berbeda. Kantong pertama untuk sampah basah yang berasal dari dapur/sampah rumah tangga. Yang kedua, sampah kering yang aku "sediakan" untuk pemulung dan yang ketiga adalah sampah kering yang tidak "diminati" oleh pemulung.
Kebiasaanku ini sampai saat ini dipandang sebelah mata oleh suamiku. Dalam pandangan suamiku, apa yang aku lakukan ini tak banyak membantu mengatasi permasalahan sampah yang ada, karena di lingkungan perumahanku hanya aku yang mau repot-repot berbuat seperti itu. Namun begitu, aku tetap jalan terus. Setiap hari aku masih saja memerika kantong-kantong sampah dan memindahkan sampah yang salah "tempat" meskipun aku sudah seringkali mengingatkan Shasa agar membuang sampah di tempat yang aku ketentuanku.
Untuk mengatasi sampah basah, aku sebenarnya mengharapkan di lingkungan perumahanku ada komposter-nya. Selama ini, yang aku tahu, di kotaku yang sudah memiliki komposter hanya ada 1 kompleks perumahan. Aku sendiri tak tahu, bagaimana kompleks perumahan itu bisa memiliki komposter untuk tiap-tiap rumah di sana. Jadi sampai saat ini aku hanya bisa berharap agar kelak di kompleks perumahanku juga bisa mengadakan komposter seperti itu.
Sementara untuk masalah sampah kering aku sangat "bergantung" pada para pemulung. Setiap hari, di kompleks perumahanku banyak pemulung yang berkeliaran dari pagi sampai petang. Pemulung-pemulung itu tak segan-segan membongkar kantong-kantong plastik yang berisi sampah. Sebagai akibatnya, tak jarang keranjang sampah yang semula rapi terisi kantong-kantong plastik sampah jadi berantakan karena para pemulung ini. Hal inilah yang membuat suamiku seringkali kesal, karena sampah yang berantakan itu jadi tersebar kemana-mana.
Namun begitu, aku mengamati sampah-sampah yang tidak diambil oleh para pemulung. Mulai itulah, aku kemudian memisahkan sampah khusus yang diminati oleh pemulung. Sampah itu biasanya aku masukkan kantong plastik bening dan tidak aku ikat, sehingga pemulung langsung tahu isinya tanpa harus membongkar plastiknya. Sayangnya tetap saja ada pemulung yang nekad membongkar kantong-kantong plastik lainnya, sehingga tetap saja sampahku berantakan kemana-mana. Memang.., aku tidak bisa menyalahkan mereka karena selama ini aku tidak pernah memberitahu mereka bahwa sampah yang bisa mereka bawa telah aku siapkan dalam kantong plastik khusus.
Menurutku, keberadaan pemulung ini bisa "meringankan" volume sampah di keranjang sampahku. Selanjutnya meringankan beban sampah yang harus dibawa oleh petugas pemungut sampah di kompleksku. Namun begitu.., suamiku dan beberapa warga lainnya kurang bersimpati dengan para pemulung itu. Penyebabnya adalah, ada beberapa di antara pemulung itu yang nakal dan mengambil barang bukan dari tempat sampah melainkan dari teras rumah. Sebagai contoh, aku dan suami pernah kehilangan sandal yang biasa aku letakkan di teras. Tetanggaku kehilangan barang yang lainnya. Oleh sebab itu, pernah muncul keinginan agar pemulung dilarang masuk ke dalam kompleks.
Untungnya sampai sekarang para pemulung itu masih bisa masuk ke dalam kompleks. Meskipun seringkali mereka membuat kesal karena membuat keranjang sampah menjadi berantakan, tapi tetap saja kehadiran mereka melegakan aku. Berkat mereka, keranjang sampahku tak lagi penuh terisi karena sebagian sampahnya telah dibawa oleh para pemulung. Aku juga lega karena gerobak sampah yang harus dibawa oleh petugas pemungut sampah, tak lagi lebih berat karena telah berkurang isinya.
Setidaknya..., aku punya harapan besar agar kotaku tak akan pernah memiliki gunungan sampah. Dan, aku bersyukur sekali karena pada tahun 2009 ini kotaku mendapatkan Piala Adipura untuk kelima kalinya dalam kategori Kota Sedang.
Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono kepada Walikota Madiun H. Bambang Irianto, SH,MM di Istana Negara Jakarta, Jumat tanggal 5 Mei 2009 kemarin. Untuk menyambut kedatangan Adipura bidang kebersihan dan lingkungan hidup, maka pada hari Senin pagi Adipura dikirab keliling Kota Madiun dengan mencakup 3 Kecamatan dan berakhir di Halaman Depan Pemda Kota Madiun. Selanjutnya Adipura diserahkan dari Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan kepada Wakil Walikota Madiun Sugeng Rusmiyanto, SH, M.Hum untuk diserahkan kepada Ketua DPRD Kota Madiun selaku wakil dari masyarakat.
Semoga kotaku semakin bersih di tahun-tahun yang akan datang.
Memang sih.., kalau dipikir-pikir, seandainya daerah dimana kita tinggal ternyata akan dipakai untuk TPA, apakah kita bersedia ? Apalagi kalau mengingat betapa tidak indahnya pemandangan nantinya. Belum lagi ditambah dengan polusi udara akibat bau sampah yang menyengat dan akan tercium dari jarak sekian meter jauhnya. Memang tidak menyenangkan.
Namun, kalau semua penduduk menolak apabila daerah tempat tinggalnya dijadikan TPA, lantas bagaimana ? Apakah itu berarti tidak ada lahan untuk TPA ? Apakah perlu tindakan "keras" dari pemerintah sehingga tidak ada penduduk yang bisa menolaknya ? Rasanya hal ini masih harus dipikirkan lagi dengan lebih serius oleh pihak Pemerintah Daerah.
Di kotaku sendiri, aku melihat bahwa volume sampah sudah semakin banyak. Padahal, banyak sampah yang tidak akan hancur di dalam tanah. Sampah-sampah lama yang tidak mampu hancur itu, akan terus ditambah dengan sampah-sampah baru. Apakah itu berarti kotaku akan mempunyai gunungan sampah ? Wah..., ngeri sekali membayangkannya.
Sementara itu, aku mempunyai caraku tersendiri mengatasi sampahku. Selama ini, aku memasukkan sampah ke dalam 3 kantong plastik yang berbeda. Kantong pertama untuk sampah basah yang berasal dari dapur/sampah rumah tangga. Yang kedua, sampah kering yang aku "sediakan" untuk pemulung dan yang ketiga adalah sampah kering yang tidak "diminati" oleh pemulung.
Kebiasaanku ini sampai saat ini dipandang sebelah mata oleh suamiku. Dalam pandangan suamiku, apa yang aku lakukan ini tak banyak membantu mengatasi permasalahan sampah yang ada, karena di lingkungan perumahanku hanya aku yang mau repot-repot berbuat seperti itu. Namun begitu, aku tetap jalan terus. Setiap hari aku masih saja memerika kantong-kantong sampah dan memindahkan sampah yang salah "tempat" meskipun aku sudah seringkali mengingatkan Shasa agar membuang sampah di tempat yang aku ketentuanku.
Untuk mengatasi sampah basah, aku sebenarnya mengharapkan di lingkungan perumahanku ada komposter-nya. Selama ini, yang aku tahu, di kotaku yang sudah memiliki komposter hanya ada 1 kompleks perumahan. Aku sendiri tak tahu, bagaimana kompleks perumahan itu bisa memiliki komposter untuk tiap-tiap rumah di sana. Jadi sampai saat ini aku hanya bisa berharap agar kelak di kompleks perumahanku juga bisa mengadakan komposter seperti itu.
Sementara untuk masalah sampah kering aku sangat "bergantung" pada para pemulung. Setiap hari, di kompleks perumahanku banyak pemulung yang berkeliaran dari pagi sampai petang. Pemulung-pemulung itu tak segan-segan membongkar kantong-kantong plastik yang berisi sampah. Sebagai akibatnya, tak jarang keranjang sampah yang semula rapi terisi kantong-kantong plastik sampah jadi berantakan karena para pemulung ini. Hal inilah yang membuat suamiku seringkali kesal, karena sampah yang berantakan itu jadi tersebar kemana-mana.
Namun begitu, aku mengamati sampah-sampah yang tidak diambil oleh para pemulung. Mulai itulah, aku kemudian memisahkan sampah khusus yang diminati oleh pemulung. Sampah itu biasanya aku masukkan kantong plastik bening dan tidak aku ikat, sehingga pemulung langsung tahu isinya tanpa harus membongkar plastiknya. Sayangnya tetap saja ada pemulung yang nekad membongkar kantong-kantong plastik lainnya, sehingga tetap saja sampahku berantakan kemana-mana. Memang.., aku tidak bisa menyalahkan mereka karena selama ini aku tidak pernah memberitahu mereka bahwa sampah yang bisa mereka bawa telah aku siapkan dalam kantong plastik khusus.
Menurutku, keberadaan pemulung ini bisa "meringankan" volume sampah di keranjang sampahku. Selanjutnya meringankan beban sampah yang harus dibawa oleh petugas pemungut sampah di kompleksku. Namun begitu.., suamiku dan beberapa warga lainnya kurang bersimpati dengan para pemulung itu. Penyebabnya adalah, ada beberapa di antara pemulung itu yang nakal dan mengambil barang bukan dari tempat sampah melainkan dari teras rumah. Sebagai contoh, aku dan suami pernah kehilangan sandal yang biasa aku letakkan di teras. Tetanggaku kehilangan barang yang lainnya. Oleh sebab itu, pernah muncul keinginan agar pemulung dilarang masuk ke dalam kompleks.
Untungnya sampai sekarang para pemulung itu masih bisa masuk ke dalam kompleks. Meskipun seringkali mereka membuat kesal karena membuat keranjang sampah menjadi berantakan, tapi tetap saja kehadiran mereka melegakan aku. Berkat mereka, keranjang sampahku tak lagi penuh terisi karena sebagian sampahnya telah dibawa oleh para pemulung. Aku juga lega karena gerobak sampah yang harus dibawa oleh petugas pemungut sampah, tak lagi lebih berat karena telah berkurang isinya.
Setidaknya..., aku punya harapan besar agar kotaku tak akan pernah memiliki gunungan sampah. Dan, aku bersyukur sekali karena pada tahun 2009 ini kotaku mendapatkan Piala Adipura untuk kelima kalinya dalam kategori Kota Sedang.
Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono kepada Walikota Madiun H. Bambang Irianto, SH,MM di Istana Negara Jakarta, Jumat tanggal 5 Mei 2009 kemarin. Untuk menyambut kedatangan Adipura bidang kebersihan dan lingkungan hidup, maka pada hari Senin pagi Adipura dikirab keliling Kota Madiun dengan mencakup 3 Kecamatan dan berakhir di Halaman Depan Pemda Kota Madiun. Selanjutnya Adipura diserahkan dari Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan kepada Wakil Walikota Madiun Sugeng Rusmiyanto, SH, M.Hum untuk diserahkan kepada Ketua DPRD Kota Madiun selaku wakil dari masyarakat.
Semoga kotaku semakin bersih di tahun-tahun yang akan datang.
pertama bukan???
BalasHapusasikk...yang pertama..sekarang yang kedua!!!
BalasHapusuhum..
BalasHapusmaafin henny ya mbak reni..lagi pengen ngambil 3 peringkat pertama nih :p
ok, sekarang komen.
BalasHapuskayaknya masyarakat di kota besar udah nggak peduli lagi dengan keadaan lingkungan ya mbak? jangankan di kota-kota besar, di kota kecil seperti tempat tinggal henny sekarang. turut prihatin mbak!
Masalahnya kita jg tergantung pada gerobak sampah dan para pemulung itu, mbak. Aku jd inget wkt ke rmh pamanku di Jerman, di tiap perumahan ada tempat penampungan sampah, dan sdh dibagi 3 bagian. Klo ga salah basah, kering dan khusus kertas. Jd warga tiap bergkt kerja bisa membw serta sampah dari rumah yg sdh dibagi jd 3 kantong, dan tinggal turun dr kendaraan sebentar utk membuangnya. Praktis, dan tempat penampungan itu akn tetap ada disitu, tak peduli Lebaran ato hr libur lainnya! (di perumku klo Lebaran sering tercium bau busuk krn tukang sampah cuti, ga ngangkut sampah...)
BalasHapusuuwww... sampah.... efek samping dari kemajuan zaman... sayang masalah sampah ini kurang begitu diurus.... salut deh ama mbak yang respek ama masalah sampah... hihihiih
BalasHapusSiip, nice posting. Masalah sampah kelihatannya sepele, padahal sangat penting untuk ditangani.
BalasHapusehm,,gmn yak
BalasHapussampah terasa begitu disepelekan sama banyak manusia
termasuk sya juga mungkin
tapi, jika kita sadar sejak dini
kemungkinan besar nanti tahun 2500,
bumi kita akan penuh dengan samapah
maka, pedulilah kepada sampah
hehehehehehe
yang pasti sampah harus dikelola dg baik. ketika pembuang sampah absen di kompleks rumahku, wha...semua blingsatan krn sampah jadi menumpuk.
BalasHapusbtw terkadang klo liat pemulung pst mengira pkerjaannya itu kotor n menjijikan, tp jika diliat hati. jasa pemulung itu tak ternilai cz kita blm tentu ma s[t mreka bnr ndak???
BalasHapusaku orang yg bersihan lohhh.huehehe..
Kalau semua orang bisa seperti mbak,... saya kira sampah bukan lagi menjadi masalah.
BalasHapusMbak patut dapat penghargaan perintis lingkungan.
@henny : wah.., 4 peringkat atas ditempati mbak henny nih hehehe..
BalasHapus@fanda : di tempatku jg petugas pungut sampah akan cuti selama lebaran. Makanya, aku senang kalau ada pemulung yang bisa mengurangi tumpukan sampahku.
@rangga : dulu aku suka membakar sampah kering yang tidak diminati pemulung. Suamiku sering protes, jadi sekarang aku tak bakar sampah lagi apalagi setelah aku tahu bakar sampah bikin polusi udara ! hehehe..
@newsoul : harus dipikirkan serius mulai sekarang, mbak.
@yanuar : jangan sampai dunia kita jadi timbunan sampah dong...
@sang cerpenis : itulah yang sering terjadi di tempatku juga, mbak.
@dunia polar : kalau tidak ada petugas pungut sampah, kita akan lebih repot lagi urus sampah-2 yang bau itu !!
@seti@wan : hehehe.., bang setiawan ada-ada saja.
sampah adalah masalah bersama,
BalasHapuskeberadaan sampah tidak lepas dari kegiatan kehidupan manusia...
sampah harus dikelola dengan baik dan benar sehingga tidak membahayakan manusia
Sampah memang menjadi isu yg serius dikota besar Bu. Dulu waktu aku kerja di Bekasi, kebetulan jalan depan kantorku adalah jalan menuju TPA Bantar Gebang...udah deh tiap pagi, siang dan sore berbau sampah.
BalasHapusMungkin masih ingat, warga disekitar TPA Bantar Gebang sering mencegat truk pengangkut sampah tidak boleh masuk, karena memang tidak ada perhatian dari Pemerintah untuk masalah kesehatan penduduk sekitar TPA.
Selamat untuk piala ADIPURA nya Bu...
Sebenernya mbak
BalasHapuskalo semua mau peduli soal sampah
banyak yang bisa kita ambil manfaatnya dari sampah
Mbak, dulu ketika saya nulis "Andai aku jadi...???" ko saya gak nempatin mbak orang yang "cerewet" tentang sampah yah, ko saya gak bilang di pojok dapur mbak, menempatkan 3 tong sampah hehehe....
BalasHapusSelamat atas piala Adipuranya. Semoga semakin memacu mbak untuk memilah2 sampah.
Mbak, mengingatkan saya beberapa tahun dahulu. saya sering nyimpen dan ngumpulin barang bekas trus, saya cari pemulung2 kecil, ah sungguh terenyuh ketika meningatnya. Dan yang paling kesel, kalau sampahnya di korek2 sama pemulung. Padahal, saya dah pisahin tuh mana2 yang boleh ambil.
Semakin sering saya berkunjung ke rumah temen2 sesama bloger, semakin saya mengenali mereka2 melalui tulisan2nya.
mbaaaaaaaaaa,,, :D
BalasHapuskalau masalah sampah aku jadi malu sendiri hehehehhe
iyups deh :D, nanti saya akan membuang sampah sembarang lagi hehehehhe
budaya bersih kenapa susah diterapkan ya? padahal manf'atnya kita sendiri yg merasakan.
BalasHapusSampah itu rasanya emang nggak akan hilang mbak... iya akan terus menjadi bagian hidup manusia... salut dengan apa yang sudah dilakukan
BalasHapus... nggak gampang lho... oh ya yang dimaksud sampah basah tu sampah organik ya mbak? Kalo memang iya... aku punya artikel soal pengolahan sampah organik cara sederhana yang bisa dilakukan di rumah... kalo menginginkan aku bisa kirim lewat email...
sampah..sampah..dan sampah...
BalasHapussatu masalah besar yang sering dipandang sebelah mata
salut buat mbak...mengangkat artikel sampah.
artikelnya bagus.
mengelola sampah emang bikin puyeng.
BalasHapuspadahal kalo bisa mengelolanya...termasuk bisnis yang menggiurkan..
kalo setengah aja penduduk indonesia kayak mbak, mungkin ga ada lagi deh cerita kesulitan mengelola sampah.
bicara soal pemulung, ada jg lho mbak, yg pura2 jadi pemulung, padahal sebenarnya maling...
waduh.....makasih ya mba udh ngingetin......selama ini kayaknya gak terlalu concern ama masalah gini....hehehe
BalasHapus(jadi mikir......kalo udh terlalu banyak sampahnya ntu mau digimanain ya????)
@bang ciwir : bener sekali bang. Setuju....
BalasHapus@yudie : siapapun tahu bahwa bau sampah sangat busuk dan bisa mengganggu kesehatan. Sampah sumber penyakit. Makanya orang-2 yg dekat dg sampah harus diperhatikan juga.
@itik bali : kita butuh orang-2 yg kreatif spt itu...
@anazkia : hehehe.., untung aja saat itu belum tahu. Kalau tahu wah... bahaya tuh !! ^_^
@jonk : hayooo..., berani buang sampah sembarangan lagi ?
@bayu : sesuatu yang baik terkadang sulit utk dijalankan ternyata.
@cahyadi : dengan senang hati aku tunggu kiriman artikelnya, mas.
@merry : terima kasih. ^_^
@budiawan : itulah bang..., gara-2 ada 1-2 pencuri yg jadi pemulung, makanya banyak orang mencurigai para pemulung ini.
@jhoni : makanya, sebelum terlalu banyak sampah... kita harus segera bertindak.
itu yang kemarin deklarasi di TPA, bukan bagian dari isinya kan? jelas! tapi, semoga saja jadi pencetus solusi sampah deh,hehehe
BalasHapusMampir lagi neh mbak. Ada seorang ibu, Yuyun Ismawati, dari Denpasar, Bali, pendekar yang berkutat dengan urusan sampah ini. Dia meninggalkan karir empuknya, demi mengurusi sampah, karena gemes liat pengelolaan sampah yang belum beres selama ini. Pada bulan april lalu dia terpilih sebagai penerima Penghargaan Lingkungan Goldman 2009, semacam Nobel di bidang lingkungan. Salut dengan perjuangannya.
BalasHapuswah jarang lo mbak orang yang peduli sama lingkungan, karena sekarang ini kebanyakan dari kita lagi nyari duit buat makan, jadi nggak sempat ngurusin hal-hal kayak gitu.salut deh buat mbak reni yang meskipun sudah berkeluarga tapi masih sempat memperhatikan lingkungannya.
BalasHapusiya bener mbak, pemulung bikin aku kesel abis2an! gimana enggak, pst aku yg disuruh bersihin sampah2 yg berserakan itu sama mama... pdhl udh rapi2 ditaro di tong sampah... huhuhuhu... nasib...nasib...
BalasHapusNamanya Sampah memang dimana-mana ada dan selalu numpuk, biarpun ada TPA ya tetep numpuk.
BalasHapusKalo boleh usul warna tulisan postingnya hitam aja ya... biar enak di baca. ok thank's
Salam form http://komjalan.blogspot.com
Wooow salut mbak...memudahkan pemulung untuk mengambil sampah....
BalasHapusYang namanya kebaikan meski sekecil apapun yamg penting niatnya baek, akan mendapat balasan juga....
Btw selamat untuk madiun ya mbak...
moga mendapat penghargaan terus....amiiin....
Ya sampah tuh sebenarnya musuh ..harus disingkirkan, belum lagi sampah - smpah "yang gak nampak":)
BalasHapuswah pekanbaru dapat yang kelima juga mba untuk kota besar.
BalasHapussalut untuk mba yang mau bersusah payah memisahkan jenis sampah
pemulung di satu sisi memang mengurangi beban sampah lokal
selamat untuk adipura-nya
@advintro : aku cuma peduli aja dg masalah sampah hehehe...
BalasHapus@newsoul : Wah, hebat banget nih bu Yuyun Ismawati ya ? Mau total dalam ngurusin sampah. Salut banget...
@jimox : yg aku lakukan gak banyak kok, hanya milah-2 sampahku sendiri hehehe..
@ferdivolutions : hehehe... ya begitulah, aku mengalami hal yg sama juga kok. ^_^
@DJ Tri : la kalo warna tulisan hitam, dan backgroundku coklat... gak bisa kebaca dong..
@buwel : amin..
@piet : "sampah-2 yg ga tampak" ?? Hehehe...
@attayaya : selamat jg utk Pekanbaru.
celamat2
BalasHapusta kasih eword lg ah, biar tambah seru. mohon di sambangi
@kang-dwi : makasih awardnya, Kang. Udah langsung aku bawa pulang tuh. ^_^
BalasHapus