Aku dulu pernah membaca buku yang tak akan pernah aku lupakan dan aku tahu pasti aku tak akan sanggup membacanya lagi suatu saat nanti. Buku itu menceritakan perjalanan hidup dari Enny Arief (adik kandung penulis Pipiet Senja). Atas hasil kolaborasi keduanya lewat dunia maya, maka terbitlah buku itu yang berjudul : Tuhan, Jangan Tinggalkan aku.
Cerita yang tertuang dalam buku itu membuatku menahan nafas, mengelus dada dan melawan rasa pedih di dada. Aku nyaris tak percaya mengapa kejadian-kejadian yang begitu mengenaskan harus terjadi. Sebuah perjalanan hidup yang mungkin bagiku sungguh tak tertanggungkan....
Keberanian Enny untuk berbagi kisah hidupnya yang kelam, hanyalah suatu upaya agar perjalanan hidupnya dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain. Agar orang lain dapat memetik hikmahnya.
Tokoh utama dalam buku ini adalah Enny Arief yang dari kecil digambarkan sebagai anak yang pemberontak, keras kepala dan punya impian tinggi. Karena sifat-sifat itulah, maka kesulitan demi kesulitan harus dilalui oleh Enny. Bermula saat dia dicampakkan oleh pria yang ternyata telah beristri dan punya 3 orang anak. Gara-gara pria itulah Enny hampir saja kehilangan nyawanya karena keracunan hebat akibat minum jamu-jamuan peluntur.
Kemudian dia dinikahi oleh seorang pria yang kaya sebagai istri kedua. Dari pernikahan inilah Enny memiliki seorang anak yang diberi nama Peter. Seorang anak yang amat sangat dicintai oleh Enny dan telah menjadi sumber kekuatan bagi Enny.
Sayangnya pernikahan itu kandas ditengah jalan karena pria itu ternyata bukanlah tipe setia. Bahkan suaminya itu suka berganti-ganti pasangan dan tanpa sungkan memamerkannya pada Enny dengan penuh kebanggaan. Namun pernikahan itu tidak berakhir dengan baik, karena mantan suami Enny sering sekali mengancam untuk menculik dan membunuh Peter.
Pada saat Enny sedang cemas akan kehilangan Peter, saat itulah dia menjalin hubungan dengan pria warga Belanda (namanya Gez) melalui klub Penpals Internasional. Terobsesi akan impiannya menjadi orang kaya dan tinggal di luar negeri, Enny menerima tawaran pria itu menikah. Maka.., berangkatlah Enny dan Peter (yang saat itu belum genap berumur 6 tahun) ke Belanda untuk memulai hidup baru.
Ternyata... impian tak seindah kenyataan. Kehidupan yang kelabu ternyata harus dilalui oleh Enny dan Peter. Ternyata, Gez adalah seorang interniran militer, penipu, pemabuk dan psikopat. Selama hidup bersamanya kehidupan Enny dan Peter semakin kelam.
Enny harus melayani kebutuhan seksualnya secara biadab, kapan pun dan dimana pun. Apabila ketahuan hendak mencoba lolos, maka Enny akan dihajar tanpa ampun sampai babak belur. Bahkan segala benda berharga dan paspor yang dibawa Enny dari Indonesia semuanya sudah disita oleh Gez.
Sungguh berat hidup yang harus dilalui Enny dan Peter selama bersama Gez. Aku tak sampai hati membayangkan betapa beratnya beban mereka hidup dalam siksaan, kecemasan, ancaman pembunuhan dan... kelaparan !! Siapapun pasti tak tega anaknya disuruh tinggal dalam kamar mandi sampai akhirnya menggigil kedingingan dan jatuh sakit. Tapi.., itulah perlakuan Gez kepada Peter.
Namun dalam berbagai penderitaan yang dilalui Enny bersama Peter, sangat tampak betapa besarnya kekuatan cinta Enny dan Peter.
Yang membuatku makin tersayat adalah bahwa Peter, ternyata memahami bahwa hidupnya dan ibunya terancam bahaya. Mungkin jerit kesakitan ibunya, yang meskipun berusaha ditahan Enny sekuat tenaga, sampai juga ke telinga Peter. Setiap kali Enny selalu berpesan pada Peter agar tidak menangis ataupun berteriak selama ditinggal Enny "melayani" Gez.
Sungguh, aku tak sanggup membendung air mataku membacanya. Ya Allah, mengapa ada orang yang tega berbuat kejam kepada anak beranak itu ? Aku sungguh tak sanggup membayangkan trauma yang dialami Peter selama hidup bersama dengan Gez.
Sampai akhirnya, Enny dan Peter berhasil kabur dari rumah Gez. Itupun hanya berbekal paspor yang berhasil diambil dari kotak persembunyian Gez, sementara harta benda yang dibawa Enny dari Indonesia entah sudah dikemanakan Gez. Setelah sempat terlunta-lunta, kehidupan Enny dan Peter akhirnya berubah menjadi baik waktu mereka bertemu dengan Paul.
Kebaikan hati Paul telah meluluhkan Enny sehingga dia dan Paul akhirnya menikah. Paul sangat mencintai Enny dan Peter. Paul bisa menerima dan menyayangi Peter, bahkan saat Peter ketahuan mengidap kelainan psikologis : Kleptomania, sebagai dampak kekerasan yang dilakukan Gez. Enny dan Paul berusaha keras untuk memulihkan kesehatan mental dan jiwa Peter.
Kehidupan Enny selanjutnya tetaplah penuh perjuangan, namun dia mendapat dukungan sepenuhnya dari Paul. Yang kemudian terjadi, Enny kemudian berubah kewarganegaraan dan beralih keyakinan. Semua itu dilakukannya dengan sadar, dan tanpa paksaan. Meskipun akhirnya, 20 tahun kemudian pada saat Enny menderita sakit parah, Enny merasakan kehampaan yang tiada tara dalam batin dan jiwanya. Sampai akhirnya, Enny memutuskan untuk kembali lagi memeluk agama lamanya.
Ternyata, selama itu ibunda Enny di Indonesia, tak putus-putus mengirimkan doa agar Enny kembali mendapatkan hidayah. Bahkan, ibunda Enny tak segan-segan minta bantuan tetangga untuk ikut mendoakan Enny. Dan kini, Enny hidup dalam damai, terbebas dari rasa benci dan dendam. Enny telah berhasil memasrahkan semuanya pada Sang Kuasa.
Penulis : Pipiet Senja
Kategori : Non Fiksi ~ Memoar
Penerbit : Zikrul Hakim
Th. Terbit : 2007 (cetakan I)
Tebal : 202 halaman
Cover : Soft Cover
Harga : Rp. 28.000 (diskon)
Cerita yang tertuang dalam buku itu membuatku menahan nafas, mengelus dada dan melawan rasa pedih di dada. Aku nyaris tak percaya mengapa kejadian-kejadian yang begitu mengenaskan harus terjadi. Sebuah perjalanan hidup yang mungkin bagiku sungguh tak tertanggungkan....
Keberanian Enny untuk berbagi kisah hidupnya yang kelam, hanyalah suatu upaya agar perjalanan hidupnya dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain. Agar orang lain dapat memetik hikmahnya.
Tokoh utama dalam buku ini adalah Enny Arief yang dari kecil digambarkan sebagai anak yang pemberontak, keras kepala dan punya impian tinggi. Karena sifat-sifat itulah, maka kesulitan demi kesulitan harus dilalui oleh Enny. Bermula saat dia dicampakkan oleh pria yang ternyata telah beristri dan punya 3 orang anak. Gara-gara pria itulah Enny hampir saja kehilangan nyawanya karena keracunan hebat akibat minum jamu-jamuan peluntur.
Kemudian dia dinikahi oleh seorang pria yang kaya sebagai istri kedua. Dari pernikahan inilah Enny memiliki seorang anak yang diberi nama Peter. Seorang anak yang amat sangat dicintai oleh Enny dan telah menjadi sumber kekuatan bagi Enny.
Sayangnya pernikahan itu kandas ditengah jalan karena pria itu ternyata bukanlah tipe setia. Bahkan suaminya itu suka berganti-ganti pasangan dan tanpa sungkan memamerkannya pada Enny dengan penuh kebanggaan. Namun pernikahan itu tidak berakhir dengan baik, karena mantan suami Enny sering sekali mengancam untuk menculik dan membunuh Peter.
Pada saat Enny sedang cemas akan kehilangan Peter, saat itulah dia menjalin hubungan dengan pria warga Belanda (namanya Gez) melalui klub Penpals Internasional. Terobsesi akan impiannya menjadi orang kaya dan tinggal di luar negeri, Enny menerima tawaran pria itu menikah. Maka.., berangkatlah Enny dan Peter (yang saat itu belum genap berumur 6 tahun) ke Belanda untuk memulai hidup baru.
Ternyata... impian tak seindah kenyataan. Kehidupan yang kelabu ternyata harus dilalui oleh Enny dan Peter. Ternyata, Gez adalah seorang interniran militer, penipu, pemabuk dan psikopat. Selama hidup bersamanya kehidupan Enny dan Peter semakin kelam.
Enny harus melayani kebutuhan seksualnya secara biadab, kapan pun dan dimana pun. Apabila ketahuan hendak mencoba lolos, maka Enny akan dihajar tanpa ampun sampai babak belur. Bahkan segala benda berharga dan paspor yang dibawa Enny dari Indonesia semuanya sudah disita oleh Gez.
Sungguh berat hidup yang harus dilalui Enny dan Peter selama bersama Gez. Aku tak sampai hati membayangkan betapa beratnya beban mereka hidup dalam siksaan, kecemasan, ancaman pembunuhan dan... kelaparan !! Siapapun pasti tak tega anaknya disuruh tinggal dalam kamar mandi sampai akhirnya menggigil kedingingan dan jatuh sakit. Tapi.., itulah perlakuan Gez kepada Peter.
Namun dalam berbagai penderitaan yang dilalui Enny bersama Peter, sangat tampak betapa besarnya kekuatan cinta Enny dan Peter.
Kupeluk erat-erat tubuh mungil anakku yang mulai banyak diam, hanya sesekali mencuri pandang, menatap wajahku dengan cemas. Aduuh, Tuhanku...segera kubuang jauh-jauh kecengengan yang membalut ragaku.
"Tenanglah, Nak, Mama kan sudah janji. Kemanapun dan dimanapun, kita akan selalu bersama, bersama!" (hal 142)
"Tuhanku, dengarlah sumpahku ini, jika Engkau tetap ada untuk kami berdua... Demi Engkau Yang Maha Tinggi, aku akan membesarkan anakku, dan memberinya masa depan sebaik-baiknya ! Dengarlah sumpah seorang ibu yang teraniaya ini, ya Tuhan, dengarlaaah !" (halaman 163)
Tangisku pecah jauh di dalam dada melihat hasrat dan kelahapan anakku. Secuil roti yang hanya pantas buat mainan tikus dan kecoa saat di tanah air. Namun, lihatlah Tuhan ! Hari-hari ini begitu dibutuhkan anakku sebagai pengganjal perutnya..." (halaman 149)
Yang membuatku makin tersayat adalah bahwa Peter, ternyata memahami bahwa hidupnya dan ibunya terancam bahaya. Mungkin jerit kesakitan ibunya, yang meskipun berusaha ditahan Enny sekuat tenaga, sampai juga ke telinga Peter. Setiap kali Enny selalu berpesan pada Peter agar tidak menangis ataupun berteriak selama ditinggal Enny "melayani" Gez.
"Iya... aku nggak akan nangis, Mama. Nggak akan jerit-jerit, Mama. Asalkan Mama ke sini lagi, hati-hati, ya Mama..." Dia mengiyakanku sambil berlinangan air mata, dipandanginya diriku dalam isak tertahan. (halaman 148)
Sungguh, aku tak sanggup membendung air mataku membacanya. Ya Allah, mengapa ada orang yang tega berbuat kejam kepada anak beranak itu ? Aku sungguh tak sanggup membayangkan trauma yang dialami Peter selama hidup bersama dengan Gez.
Sampai akhirnya, Enny dan Peter berhasil kabur dari rumah Gez. Itupun hanya berbekal paspor yang berhasil diambil dari kotak persembunyian Gez, sementara harta benda yang dibawa Enny dari Indonesia entah sudah dikemanakan Gez. Setelah sempat terlunta-lunta, kehidupan Enny dan Peter akhirnya berubah menjadi baik waktu mereka bertemu dengan Paul.
Kebaikan hati Paul telah meluluhkan Enny sehingga dia dan Paul akhirnya menikah. Paul sangat mencintai Enny dan Peter. Paul bisa menerima dan menyayangi Peter, bahkan saat Peter ketahuan mengidap kelainan psikologis : Kleptomania, sebagai dampak kekerasan yang dilakukan Gez. Enny dan Paul berusaha keras untuk memulihkan kesehatan mental dan jiwa Peter.
Kehidupan Enny selanjutnya tetaplah penuh perjuangan, namun dia mendapat dukungan sepenuhnya dari Paul. Yang kemudian terjadi, Enny kemudian berubah kewarganegaraan dan beralih keyakinan. Semua itu dilakukannya dengan sadar, dan tanpa paksaan. Meskipun akhirnya, 20 tahun kemudian pada saat Enny menderita sakit parah, Enny merasakan kehampaan yang tiada tara dalam batin dan jiwanya. Sampai akhirnya, Enny memutuskan untuk kembali lagi memeluk agama lamanya.
Ternyata, selama itu ibunda Enny di Indonesia, tak putus-putus mengirimkan doa agar Enny kembali mendapatkan hidayah. Bahkan, ibunda Enny tak segan-segan minta bantuan tetangga untuk ikut mendoakan Enny. Dan kini, Enny hidup dalam damai, terbebas dari rasa benci dan dendam. Enny telah berhasil memasrahkan semuanya pada Sang Kuasa.
Poin yang perlu dicatat dari buku ini adalah :
- Kekuatan cinta orang tua dan anak telah mampu memberikan semangat yang luar biasa dalam menghadapi setiap permasalahan.
- Doa seorang ibu adalah senjata yang sangat ampuh dalam menghadapi masalah.
- Seburuk apapun tingkah dan perilaku sang anak, cinta orang tua tak akan pernah luntur. Hal itu dibuktikan oleh orang tua Enny yang tetap mencintai Enny, m skipun beberapa kali Enny telah mengecewakan mereka. Juga, cinta Enny pada Peter tak padam, meskipun beberapa kali Enny terlibat masalah karena penyakit Kleptomania yang diderita Peter.
Penulis : Pipiet Senja
Kategori : Non Fiksi ~ Memoar
Penerbit : Zikrul Hakim
Th. Terbit : 2007 (cetakan I)
Tebal : 202 halaman
Cover : Soft Cover
Harga : Rp. 28.000 (diskon)
Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, yang terjadi adalah kita yang sering meninggalkan Tuhan
BalasHapuspa kabar Mbak Reni? long time no see nih ... aku baru aja bisa blogging lagi :)
BalasHapussetuju dengan komennya attayaya ... kayanya bukunya bagus ya Mbak, jd pengen baca.
btw, semudah itukah orang2 Indonesia terpikat bule atau orang asing lainnya? menyedihkan ya, padahal ternyata setelah menikah ketauan aslinya kaya apa ...
oo..karangan pipiet senja,,
BalasHapusmemang bagus-bagus mbak,,
buku karangannya selalu sarat makna
buku yg bagus Bu... Tuhan memang tidak pernah meninggalkan kita.. dan kekuatan cinta yg dahsyat...
BalasHapusDuuuuh review buku yang khas mbak reni neh....
BalasHapusKekuatan doa dan cinta dan selalu percaya akan Nya yang berakhir bahagia...
wah , saya gak terlalu mengerti dengan buku-buku, tapi lihat sinopsis bukunya, kayaknya seru juga nih :)
BalasHapusselamat malam sahabat mayaku apa kabar
BalasHapusAku penggemar Pipiet Senja mbak
BalasHapuscaranya bercerita selalu membuat kita trenyuh
wah, perjalanan hidup Enny Arif tak jauh beda sama Pipiet senja ya..
dalam perkawinan dan hidupnya banyak menemui rintangan dan hambatan
Tapi salut, akhirnya mereka bisa melewatinya
Ya mbak Reni kekuatan doa dan cinta itu sangat kuat. Ulasan mbak Reni yang mantap, mmebuat saya ingin cari buku ini. Nice posting mbak.
BalasHapuswah buku baru yaaah... sayang budget belum keluar niih... jadi belum bisa beli buku baru...
BalasHapus:(
bener mba, kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.
BalasHapusdan do'a ibu adalah salah satu do'a yg cepat diijabahi oleh Allah.
maaf baru berkunjung.. sibuk temenin anak2 belajar, krn UAS
mengharukan y mba...
BalasHapusdan mba reni jg pandai menceritakan nya pd kita nih,aku jd pengen baca jg...
Justru dgn saat2 yang sulit itu Tuhan mau menunjukkan kpd umatNya betapa besar kasihNya...
BalasHapusUlasan yg menyentuh, mbak!
Duh Mbak.. terharu banget baca tulisannya. Seperti sinetron, bukan dunia nyata...
BalasHapushallo mba' lama gak mampir nih!?!?!
BalasHapuskalo baca cerita tadi saya jadi bersyukur ya dengan keluarga yang sudah diberikan tuhan ke saya.....
Thanks GOD!!!!
gmn yak,,kadang2 dan sering sekali kitalah yang lupa akan Dia
BalasHapusjadi itulah yang semestinya kita hindari
Mbak, dalam buku catatan hati seorang isteri, kisah ini pun di paparkan. Tapi, sungguh saya tidak mengetahui kalau itu adalah adik teh Pipit.
BalasHapusKetika di Indonesia, saya beberapa kali ketemu dengan teh Pipit dan anaknya.
pa khabar mbak? maaf, baru muncul. Saya tunggu dorongan dan semangat dari mbak Reni untuk Klub Buku Online
sering banget baca tulisan mbak pipiet termasuk kisah hidup dia. Subhanallah dan hebat beliau bisa melewati semua ujian hidup dengan kesabaran
BalasHapusnice artikel mbak..saya setuju dgn bg attayaya...kadang2 kita melupakan siapa yang menciptakan kita...
BalasHapusgusti Alloh Mboten Sare
BalasHapus@attayaya : setuju banget...
BalasHapus@laisya : seringkali memang kenyataan tak seindah impian, mbak. Apa kabar ? Lama tak mampir ya...
@henny : betul itu...
@yudie : bener kata mas Yudie..
@buwel : sikap pasrah kepada-Nya menyebabkan kita dapat "berdamai" dengan keadaan seburuk apapun...
@jonk : buku itu emang bagus banget.
@bunga raya : kabar baik nih, makasih dah mampir.
@Itik bali : perjalanan hidup Pipiet Senja memang juga tak sarat dengan perjuangan...
@Newsoul : makasih mbak. Aku dukung utk cari buku itu lho..!!
@rangga : sebenarnya bukan buku baru kok, itu buku stok lama yg baru direview aja hehehe..
BalasHapus@penny : setuju dengan mbak Penny !!
@irma : bukunya lebih mengharukan lagi, lho...
@fanda : seandainya umatNya menyadari betapa besar kasihNya ya ?
@mommy adit : kalau itu dibuat sinetron, aku gak bakalan sanggup menontonnya mbak..
@jhoni : mensyukuri nikmat Tuhan adalah yang terpenting..
@yanuar : itulah manusia, seringkali baru teringat padaNya pada saat menderita.
@anazkia : ayo mbak dikembangkan Klub Buku Online-nya.
@penikmat buku : aku juga salut dengan perjuangan mbak Pipiet Senja.
@dinoe : sama dong..
@kang dwi : betul banget, Kang.
@JengSri : udah dapat belum bukunya?
BalasHapuscinta dan doa selalu berjalan bersamaan bunda. ;P
BalasHapus@awal sholeh : bener sekali...
BalasHapuswah, membaca sinopsisnya saja aku mulai terharu mbak .. rasanya gak sanggup membaca details nya ..
BalasHapusSemoga kesabaran yang dijalani ibu dan anaknya, bisa mendapat kebaikan di akhir ceritanya ..
@kuyus : emang mengharukan sekali mbak. Gak sampai hati bacanya. Untung mereka sekarang sudah mulai hidup mapan.
BalasHapus