Setelah membaca komentar yang masuk dalam postingan ini, aku merasa perlu menambahkan sedikit informasi tentang buku ini. Penulisnya, Dr. Free Hearty, M.Hum, menulis novel ini berdasarkan keluhan yang ada dalam masyarakat. Buku yang ditulis dalam jangka waktu 6 bulan ini sebelumnya telah melalui penelitian yang lama. Jadi, meskipun buku ini termasuk kategori novel, namun kisah yang diangkat berdasarkan kenyataan yang ada dalam masyarakat kita.
Buku ini bercerita tentang kehidupan seorang Ibu Rumah Tangga yang bernama Fetty. Dia yang dinikahkan setelah lulus SMA dengan pria pilihan orang tuanya mengalami banyak ujian sepanjang perjalanan kehidupan rumah tangganya. Terjal, berliku dan seringkali harus tersayat-sayat duri yang pedih. Gambaran kehidupan rumah tangga, yang mungkin telah dialami sekian banyak wanita Indonesia, yang memaksa mempertahankan rumah tangga yang sebenarnya sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Fetty adalah seorang istri yang tunduk dan patuh kepada suami sebagaimana ajaran yang telah didapatkannya dari nenek, ibu dan mertuanya. Fettty yang menikah tanpa dilandasi cinta, menjalankan kehidupan rumah tangganya berdasarkan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah kewajiban seorang istri. Harapannya, dengan melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya maka akan diperoleh surga sebagai imbalannya.
Apapun kehendak sang suami tak hendak dilawan olehnya. Apapun perintah suami dilaksanakannya, meskipun seringkali dengan terseok-seok. Perannya dalam rumah tangga di mata suami tak ubahnya seperti pembantu rumah tangga. Bahkan saat sang suami melarangnya melanjutkan kuliah dan melarang keluar rumah tanpa seijinnya, semua dipatuhi tanpa banyak protes. Mengenai aktivitas suami di luar rumah pun tak satupun yang dipertanyakannya.
Meskipun berusaha keras menjalankan semua ajaran dari nenek, ibu dan mertuanya, sebenarnya di dalam pikiran Fetty seringkali muncul tanya yang tidak terjawab. Kehidupan rumah tangga yang timpang karena suami hanya sibuk di luar rumah dan tidak peduli sama sekali masalah rumah tangga membuat hati Fetty ingin berontak. Dalam hatinya, Fetty mempertanyakan apakah suami peduli dengan pengorbanan seorang istri dalam mengurus rumah tangga dan mempersiapkan generasi penerus bangsa. Apakah setelah kewajiban yang sedemikian besarnya dipikul seorang istri tidak ada hak yang pantas diterima sebagai imbalannya.
Kebuntuan komunikasi, sikap dingin dari sang suami dan sikap penurutnya (yang dimata suami dianggap sebagai cerminan orang bodoh) membuat kehidupan rumah tangganya tak berjalan bahagia. Ketabahan dan kesetiannya sebagai istri yang senantiasa mengabdi kepada suami tak mendapatkan balasan kasih sayang. Suaminya tak pernah menghargainya dan bahkan kemudian terbukti mengkhianatinya. Meskipun kebenaran telah terbuka di depan mata, tak ada keberanian dalam hatinya untuk bertindak di luar ajaran yang pernah didapatkannya dahulu dari nenek, ibu dan mertuanya.
Kehidupan rumah tangga yang diharapkan dapat berjalan langgeng mulai tampak goyah. Pada saat itulah muncul 2 orang sahabat yang menguatkannya dan memberikan jalan keluar dari semua permasalahannya. Berkat kedua sahabatnya itulah, Fetty kemudian banyak belajar dan selanjutnya mampu ber-metamorfosis dari seorang wanita yang dihinakan menjadi seorang wanita yang mampu memperjuangkan haknya. Fetty kemudian mampu mengangkat harkat dan martabatnya serta menyelamatkan kehidupan dan masa depan keempat anak-anaknya.
Setelah jatuh bangun menjalani kehidupannya, akhirnya dengan ketabahan yang dimilikinya Fetty dapat hidup bahagia. Dia dapat merasakan cinta yang telah lama didambakannya. Cinta yang menjadikan dirinya merasa bermartabat dan dihargai. Pergaulannya dengan seorang wanita penyuka sesama jenis, mampu membukakan wawasan berpikirnya tentang nilai seseorang yang sebenarnya. Dan semua perjalanan hidupnya yang penuh liku telah menjadikannya seorang wanita yang bijaksana.
Poin yang perlu dicatat dari buku ini adalah :
Buku ini bercerita tentang kehidupan seorang Ibu Rumah Tangga yang bernama Fetty. Dia yang dinikahkan setelah lulus SMA dengan pria pilihan orang tuanya mengalami banyak ujian sepanjang perjalanan kehidupan rumah tangganya. Terjal, berliku dan seringkali harus tersayat-sayat duri yang pedih. Gambaran kehidupan rumah tangga, yang mungkin telah dialami sekian banyak wanita Indonesia, yang memaksa mempertahankan rumah tangga yang sebenarnya sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Fetty adalah seorang istri yang tunduk dan patuh kepada suami sebagaimana ajaran yang telah didapatkannya dari nenek, ibu dan mertuanya. Fettty yang menikah tanpa dilandasi cinta, menjalankan kehidupan rumah tangganya berdasarkan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah kewajiban seorang istri. Harapannya, dengan melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya maka akan diperoleh surga sebagai imbalannya.
Apapun kehendak sang suami tak hendak dilawan olehnya. Apapun perintah suami dilaksanakannya, meskipun seringkali dengan terseok-seok. Perannya dalam rumah tangga di mata suami tak ubahnya seperti pembantu rumah tangga. Bahkan saat sang suami melarangnya melanjutkan kuliah dan melarang keluar rumah tanpa seijinnya, semua dipatuhi tanpa banyak protes. Mengenai aktivitas suami di luar rumah pun tak satupun yang dipertanyakannya.
Meskipun berusaha keras menjalankan semua ajaran dari nenek, ibu dan mertuanya, sebenarnya di dalam pikiran Fetty seringkali muncul tanya yang tidak terjawab. Kehidupan rumah tangga yang timpang karena suami hanya sibuk di luar rumah dan tidak peduli sama sekali masalah rumah tangga membuat hati Fetty ingin berontak. Dalam hatinya, Fetty mempertanyakan apakah suami peduli dengan pengorbanan seorang istri dalam mengurus rumah tangga dan mempersiapkan generasi penerus bangsa. Apakah setelah kewajiban yang sedemikian besarnya dipikul seorang istri tidak ada hak yang pantas diterima sebagai imbalannya.
Kebuntuan komunikasi, sikap dingin dari sang suami dan sikap penurutnya (yang dimata suami dianggap sebagai cerminan orang bodoh) membuat kehidupan rumah tangganya tak berjalan bahagia. Ketabahan dan kesetiannya sebagai istri yang senantiasa mengabdi kepada suami tak mendapatkan balasan kasih sayang. Suaminya tak pernah menghargainya dan bahkan kemudian terbukti mengkhianatinya. Meskipun kebenaran telah terbuka di depan mata, tak ada keberanian dalam hatinya untuk bertindak di luar ajaran yang pernah didapatkannya dahulu dari nenek, ibu dan mertuanya.
Kehidupan rumah tangga yang diharapkan dapat berjalan langgeng mulai tampak goyah. Pada saat itulah muncul 2 orang sahabat yang menguatkannya dan memberikan jalan keluar dari semua permasalahannya. Berkat kedua sahabatnya itulah, Fetty kemudian banyak belajar dan selanjutnya mampu ber-metamorfosis dari seorang wanita yang dihinakan menjadi seorang wanita yang mampu memperjuangkan haknya. Fetty kemudian mampu mengangkat harkat dan martabatnya serta menyelamatkan kehidupan dan masa depan keempat anak-anaknya.
Setelah jatuh bangun menjalani kehidupannya, akhirnya dengan ketabahan yang dimilikinya Fetty dapat hidup bahagia. Dia dapat merasakan cinta yang telah lama didambakannya. Cinta yang menjadikan dirinya merasa bermartabat dan dihargai. Pergaulannya dengan seorang wanita penyuka sesama jenis, mampu membukakan wawasan berpikirnya tentang nilai seseorang yang sebenarnya. Dan semua perjalanan hidupnya yang penuh liku telah menjadikannya seorang wanita yang bijaksana.
Poin yang perlu dicatat dari buku ini adalah :
- Komunikasi dan keterbukaan dalam sebuah rumah tangga sangat diperlukan agar rumah tangga bisa berjalan harmonis.
- Cinta dalam sebuah rumah tangga harus terus menerus dipupuk dan dipelihara.
- Untuk menjadikan biduk rumah tangga bisa berjalan baik, diperlukan 2 orang yang terlibat di dalamnya. Tapi untuk membuat biduk itu karam, hanya diperlukan 1 orang saja.
- Segala kesulitan pasti ada jalan keluarnya, tinggal bagaimana usaha kita dan kita pasrahkan hasilnya pada Sang Kuasa.
Penulis : Free Hearty
Kategori : Novel
Penerbit : Jendela
Th. Terbit : 2009 (cetakan I)
Tebal : 270 halaman
Cover : Soft Cover
Harga : Rp. 37.000,- (diskon)
Kategori : Novel
Penerbit : Jendela
Th. Terbit : 2009 (cetakan I)
Tebal : 270 halaman
Cover : Soft Cover
Harga : Rp. 37.000,- (diskon)
pertamaa..
BalasHapushore..sekarang jadi yang kedua
BalasHapusterus terang henny serius banget sewaktu membaca artikel mbak reni.
ah, nggak pernah setuju dengan pernikahan yang tidak dilandasi cinta, cuma merugikan kedua belah pihak
Buku yang bagus, ulasan yang juga bagus. Semoga bisa mmebuka mata para perempuan, terutama para istri tentang pentingnya bersikap tulus, tabah, juga terbuka pada suami dalam menata & bersama menjalankan rumah tangga. Maaf mbak Reni, saya baru bisa muncul, kemaren baru pulang ke Palembang.
BalasHapusTFS Mbak.. Mbak Reni sering banget baca buku yg mempunyai banyak hikmah ya?
BalasHapusoh itu novel mbak, aku pikir dari kisah nyata :D
BalasHapusBagus ceritanya..jadi pengen baca bukunya...
BalasHapusdipagi hariiniaku hanya ingin mengatakan sejujurnya bahwa blog anda in sangat luar biasa, oiya kalau boleh follow blog ku dong..aku juga punya posting tips yang mungkin berguna bagi anda silahkan komentar balik ya
BalasHapussalam kenal dari kami
blogger pemula
trus akhirnya apa fetty jd pnyuka sesama jenis mbak ?
BalasHapus"Untuk menjadikan biduk rumah tangga bisa berjalan baik, diperlukan 2 orang yang terlibat di dalamnya. Tapi untuk membuat biduk itu karam, hanya diperlukan 1 orang saja."
BalasHapusBetul sekali kesimpulannya mbak. Karena perkawinan itu meleburkan dua ego ke dalam sebuah mahligai. Tanpa itu, akan ada perang. Makanya aku ga setuju dgn perjodohan.
Nice review, mbak!
Jangan pernah berharap cobaan, ujian, rintangan, hambatan, masalah, kesulitan, atau apapun namanya, berhenti menghampiri. Sebab hidup ini adalah ruang dan masa cobaan berlangsung.
BalasHapusKehidupan cinta insan manusia pasti dihampiri oleh cobaan. Selalu. Susul menyusul tak pernah berhenti. Seperti deru ombak yang tak pernah lelah menghantam prasasti cinta yang dibangun.
Cinta tak lain sebuah prasasti
Yang terbangun di pinggir pantai prahara
Satu hal yang membuatnya kokoh berdiri
Ialah keteguhan hati tuk selalu setia
mba, hal hubungan sejenis itu akhirnya menular ke fetty ga?
BalasHapusrajin bgt mbak baca buku... hihi... aku baca komik ajah bisa ketiduran apalagi baca buku...
BalasHapuswah ceritanya mirip2 sama "perempuan berkalung sorban" ya ...
BalasHapusNikah tampa cinta, dijahatin, dilarang kuliah ... :D
ini gak nyata kan bunda? apa ada di dunia nyata? nikah itu harusnya bahagia kan... :)
BalasHapuskenapa punya anak 4 klo tanpa cinta? pasti ada cinta di sana... hihi.. ataukah karena nafsu semata?
*anak kecil banyak nanya ya bun...*
bagus bgt ceritanya
BalasHapuskunjungan
BalasHapus@henny : Fetty hanya menuruti semua apa kata ortunya, termasuk dinikahkan dengan orang yg tidak dicintainya.
BalasHapus@newsoul : buku ini emang bagus mbak. Oleh-2 dari Palembang mana mbak Elly?
@mommy adit : ternyata aku memang lebih suka buku-2 spt itu, mbak Anita.
@penikmat buku : novel sih, tapi surveynya lama lho...
@dinoe : baca aja bukunya..bagus kok.
@wiyono : terima kasih pujiannya..
@rosi & advintro : Fetty tidak menjadi penyuka sesama jenis kok. (^_^)
@fanda : memang perjodohan terasa berat mbak, tapi ternyata ada juga orang-2 yg bisa menjalaninya..
@seti@wan : wow.., bener sekali apa kata pak guru satu nih... Setuju sekali !!
@zujoe : baca buku itu asyik lho..
@jonk : wah, aku malah belum abca tuh perempuan berkalung sorban..
@ducky : dalam buku itu digambarkan Fetty menjalani rumah tangganya sebatas kewajiban sbg istri saja, tanpa ada rasa cinta di dalamnya. Aneh tapi ada juga dalam kehidupan nyata. Apalagi bovwl ini ditulis setelah melakukan penelitian yg lama lho..
@furniture : emang buku ini bagus banget...
sedih banget sih. hiks...
BalasHapusbuku dan review yang keren...moga bisa di ambil hikmahnya...
BalasHapussalam sobat,,jodoh, rezeki dan maut sudah diputuskan oleh TUHAN ya,,,mba
BalasHapusmbak reni rajin baca buku yaa
BalasHapusTuhan telah memutuskan, kita harus berjuang dengan restu Tuhan....
BalasHapusBaca ulasannya aja begitu bagus... gimana kalau baca langsung ya? Makasih mbak... tulisannya memberiku inspirasi... salam persahabatan..
BalasHapusapa kabar mba...?
BalasHapuspaparan yg bgus mba,membuat kita tertarik pengen baca bukunya...
sukses trus buat mba reni ya
rejeki dan jodoh telah ditetapkan
BalasHapusSang Pencipta Maha Mengetahui dengan apa yang diciptakan-Nya dan jalan yang bakal dilalui ciptaan-Nya
Bener banget...
BalasHapusJaman sekarang, membangun rumah tangga diperlukan sebuah cinta. Kenapa aku bilang jaman sekarang? karena jaman nenek/kakek kita dulu mungkin masih banyak yang dijodohkan...
nice post Bu...
(maaf bu...baru sempat buka blog lagi...)
@soulharmony : makasih telah berkunjung... ^_^
BalasHapus@fan : emang ceritanya sedih, tapi happy end kok, mbak.
@buwel : semoga aja begitu, ya..
@nura : bener sekali mbak..
@anak nelayan : kebetulan ada buku yg bagus menurutku.
@tukang komen : usaha harus tetap dilakukan, mas..
@cahyadi : baca bukunya langsung memang lebih asyik.
@irma : ayo mbak, baca sendiri aja bukunya... ^_^
@attayaya : bener sekali...
@yudie : jaman dulu emang beda dg jaman sekarang, mas. Dulu sih dijodohkan manut-2 aja ya ?
oh memutuskan itu
BalasHapusWah bener sekali, diperlukan keterbukaan dalam rumah tangga:)
BalasHapus@ajieee : ho oh... (^_^)
BalasHapus@agus : memang keterbukaan itu harus ada dalam rumah tangga.
@JengSri : kebetulan sedang ketemu buku-2 bagus JengSri.
BalasHapuswah ... ini mah perempuan surga bener. Yang menjalankan tugas dan kewajibannya dalam rumah tangga. Sekalipun hak haknya hasru terampas.
BalasHapusTapi pada akhirnya ia mampu memperjuangkannya, dan itulah hadiah terindah buat orang orang yang sabar.
hiks, aku belum tentu sekuat itu .. T_T
@kuyus : kita bisa belajar agar bisa sekuat Fetty mbak. Semoga postingan ini bsia menguatkan kita disaat kita sedang merasa lemah ya ?
BalasHapus