Selama 2 hari (Rabu dan Kamis) aku dinas untuk melakukan rapat koordinasi ke Kediri. Dalam waktu dimana aku tidak bersentuhan dengan blog itu aku memiliki cerita yang tersisa. Cerita yang perlu aku catatkan disini, sekedar cara agar aku tidak melupakannya begitu saja. Agar suatu saat aku bisa mengingatnya kembali apabila kenangan tentang cerita yang tersisa ini semakin terkikis dari ingatan.
Dua hari aku bertemu dan berkumpul dengan banyak orang dari berbagai daerah yang ada di Jawa Timur. Kami berkumpul untuk melakukan rapat koordinasi seputar kebijakan yang menyangkut kepegawaian. Berkumpul untuk menyatukan persepsi dan membahas permasalahan-permasalahan yang timbul beserta solusinya.
Dalam kurun waktu itu, selama aku bertemu dan bergaul dengan banyak orang, semakin banyak hal yang aku dapatkan. Dengan bertukar pikiran dengan mereka, banyak ilmu yang aku peroleh. Semua itu membuatku semakin sadar bahwa ilmu dan pengetahuan yang aku miliki belumlah seberapa. Masih banyak hal yang dapat aku pelajari dari orang-orang di sekelilingku. Jadi, tidak selayaknya aku berbangga hati dan menyombongkan diri bahwa ilmu dan pengetahuan yang aku miliki sudah sempurna.
Pergaulan memang memberikan banyak hal untuk dipelajari. Dengan semakin membuka diri dan bergaul dengan banyak orang, makin banyak orang yang akan kita temui dan kita jadikan narasumber kehidupan. Tinggal bagaimana kita mampu mengambil pelajaran dari pergaulan itu, bagaimana kita bisa memilah hal-hal apa saja yang dapat kita pergunakan untuk mengembangkan diri kita menjadi lebih baik.
Pengalaman hidup tiap orang berbeda, dan kita akan sangat beruntung apabila kita dapat ikut memetik pelajaran dari pengalaman orang lain. Bagaimanapun juga pengalaman adalah guru yang terbaik. Bukan saja pengalaman pribadi yang berguna, tapi pengalaman hidup orang lain pun tak kalah bergunanya. Sesuatu yang apabila kita menyadarinya, kita akan bisa selalu menghargai orang lain karena tiap orang memiliki ilmu dan pengalaman yang berharga untuk kita pelajari.
Itulah cerita pertama yang tak ingin aku lupakan, hasil dari pergaulanku dengan banyak teman se-Jawa Timur kemarin. Selain itu, ada cerita kedua yang tak ingin aku lupakan, yang kebetulan terjadi pada saat aku dalam perjalanan pulang dari Kediri ke Madiun.
Dalam perjalanan ke Madiun itulah, di dalam mobil aku menerima SMS dari seorang saudara jauhku. Dalam SMS-nya dia mengabarkan bahwa Shasa berhasil menduduki ranking 1 di kelasnya saat kenaikan kelas ini. Ya, Kamis tanggal 25 Juni 2009 kemarin adalah perpisahan untuk anak-anak kelas 6 dan pengumuman juara kelas murid-murid kelas 1 - 6. Kebetulan, saudara jauhku yang merupakan anggota paguyuban kelas diundang untuk menghadiri acara perpisahan itu. Waktu nama Shasa dipanggil maju ke atas panggung untuk menerima hadiah, dia langsung mengirimkan SMS buatku.
Alhamdulillah..., aku merasa lega karena Shasa telah berhasil dalam perjuangannya. Memang sejak Shasa kelas 3 ini, aku tidak terlalu terlibat dalam urusan belajarnya. Dulu sewaktu Shasa kelas 1 sampai kelas 2, aku sangat terlibat dalam kegiatan belajarnya. Aku bahkan mengetikkan soal-soal untuk dikerjakannya saat dia mau ulangan. Aku juga aktif dalam memberikan tebakan soal secara lisan untuknya. Hanya saja, "kejelekanku" adalah aku menginginkan Shasa bisa menjawab semua pertanyaanku (baik lisan maupun tertulis) dengan betul. Kalau sampai masih ada yang salah, aku cenderung mendorong dia untuk mempelajarinya lagi.
Sebenarnya aku tidak pernah menuntut Shasa untuk menjadi ranking 1 seperti sekarang. Selama ini Shasa juga sudah tahu bahwa aku hanya memintanya melakukan yang terbaik yang dia bisa. Bagiku, masuk 5 besar saja sudah bagus. Kalaupun aku sering memintanya untuk mampu menjawab semua pertanyaanku dengan betul, itu adalah keinginanku agar Shasa memiliki persiapan yang cukup. Sehingga sewaktu kelas 1 dan kelas 2, aku sudah bersyukur ketika Shasa mendapatkan ranking berfluktuasi dari posisi 3 sampai posisi 5.
Lama kelamaan aku menyadari bahwa caraku mempersiapkan Shasa menghadapi ujian sekolahnya tidak tepat. Aku merasa bahwa Shasa cukup stres dengan caraku seperti itu, karena terus terang saja, aku memperlakukan Shasa seperti aku memperlakukan diriku sendiri saat menghadapi ulangan sekolah bertahun-tahun yang lalu. Makanya, begitu Shasa naik kelas 3 aku mulai merubah caraku.
Aku melihat Shasa sudah mempunyai kesadaran sendiri untuk belajar. Tanpa perlu disuruh Shasa akan belajar dan mengerjakan PRnya sendiri. Hanya di saat menemui kesulitan, Shasa akan meminta tolong. Sehingga, saat menghadapi ulangan aku pun mulai melepasnya. Kuberikan tanggung jawab itu sepenuhnya pada Shasa, aku hanya mengawasi dan menemani. Dia kuijinkan belajar dan berhenti belajar sekehendak hatinya. Ternyata.., aku melihat Shasa cukup bertanggung jawab.
Hasilnya dari perubahan yang aku lakukan itu adalah, pada semester ganjil kemarin Shasa berhasil menduduki ranking 2 di kelasnya. Dan pada saat kenaikan kelas ini prestasi Shasa malah naik, ranking 1. Alhamdulillah..., sesuatu yang sebenarnya di luar dugaanku. Ternyata Shasa bisa membuktikan bahwa dia mampu melakukannya sendiri, dan aku hanya perlu mengawasi dan menemani.
Namun, satu hal yang aku syukuri adalah kelas Shasa adalah kelas yang dinamis. Selalu ada perubahan yang tak terduga di sana. Kalau aku amati, sejak kelas 1 sampai kelas 3 ini, anak-anak yang duduk di ranking 10 besar selalu berputar. Tak pernah statis. Itu menunjukkan bahwa tingkat kompetisi di kelas Shasa termasuk ketat juga.
Oleh karena itu aku mempersiapkan dan menasehati Shasa untuk menghadapi segala kemungkinan dengan lapang dada. Kalau saat ini ada di atas, jangan putus asa kalau lain kali ada di bawah. Karena semua berjuang dan berusaha dengan jujur untuk mendapatkan yang terbaik. Maka, siapa yang paling matang persiapannya pasti akan bisa mencapai puncak. Sementara yang sedang di bawah bukan berarti tidak pandai, namun persiapan dan usaha yang dilakukannya mungkin tidak sekeras yang bisa sampai di puncak.
Untuk saat ini Shasa mengerti apa yang aku nasehatkan padanya. Semoga saja dia tidak akan melupakan nasehatku itu dan tetap mampu berjuang dengan sportif meraih apa yang diimpilkannya. Amin.
Itu saja cerita yang tersisa yang kurasa perlu untuk kucatat di sini. Semoga selain bermanfaat bagiku, dapat bermanfaat juga bagi orang lain. Semoga...
Dua hari aku bertemu dan berkumpul dengan banyak orang dari berbagai daerah yang ada di Jawa Timur. Kami berkumpul untuk melakukan rapat koordinasi seputar kebijakan yang menyangkut kepegawaian. Berkumpul untuk menyatukan persepsi dan membahas permasalahan-permasalahan yang timbul beserta solusinya.
Dalam kurun waktu itu, selama aku bertemu dan bergaul dengan banyak orang, semakin banyak hal yang aku dapatkan. Dengan bertukar pikiran dengan mereka, banyak ilmu yang aku peroleh. Semua itu membuatku semakin sadar bahwa ilmu dan pengetahuan yang aku miliki belumlah seberapa. Masih banyak hal yang dapat aku pelajari dari orang-orang di sekelilingku. Jadi, tidak selayaknya aku berbangga hati dan menyombongkan diri bahwa ilmu dan pengetahuan yang aku miliki sudah sempurna.
Pergaulan memang memberikan banyak hal untuk dipelajari. Dengan semakin membuka diri dan bergaul dengan banyak orang, makin banyak orang yang akan kita temui dan kita jadikan narasumber kehidupan. Tinggal bagaimana kita mampu mengambil pelajaran dari pergaulan itu, bagaimana kita bisa memilah hal-hal apa saja yang dapat kita pergunakan untuk mengembangkan diri kita menjadi lebih baik.
Pengalaman hidup tiap orang berbeda, dan kita akan sangat beruntung apabila kita dapat ikut memetik pelajaran dari pengalaman orang lain. Bagaimanapun juga pengalaman adalah guru yang terbaik. Bukan saja pengalaman pribadi yang berguna, tapi pengalaman hidup orang lain pun tak kalah bergunanya. Sesuatu yang apabila kita menyadarinya, kita akan bisa selalu menghargai orang lain karena tiap orang memiliki ilmu dan pengalaman yang berharga untuk kita pelajari.
Itulah cerita pertama yang tak ingin aku lupakan, hasil dari pergaulanku dengan banyak teman se-Jawa Timur kemarin. Selain itu, ada cerita kedua yang tak ingin aku lupakan, yang kebetulan terjadi pada saat aku dalam perjalanan pulang dari Kediri ke Madiun.
Dalam perjalanan ke Madiun itulah, di dalam mobil aku menerima SMS dari seorang saudara jauhku. Dalam SMS-nya dia mengabarkan bahwa Shasa berhasil menduduki ranking 1 di kelasnya saat kenaikan kelas ini. Ya, Kamis tanggal 25 Juni 2009 kemarin adalah perpisahan untuk anak-anak kelas 6 dan pengumuman juara kelas murid-murid kelas 1 - 6. Kebetulan, saudara jauhku yang merupakan anggota paguyuban kelas diundang untuk menghadiri acara perpisahan itu. Waktu nama Shasa dipanggil maju ke atas panggung untuk menerima hadiah, dia langsung mengirimkan SMS buatku.
Alhamdulillah..., aku merasa lega karena Shasa telah berhasil dalam perjuangannya. Memang sejak Shasa kelas 3 ini, aku tidak terlalu terlibat dalam urusan belajarnya. Dulu sewaktu Shasa kelas 1 sampai kelas 2, aku sangat terlibat dalam kegiatan belajarnya. Aku bahkan mengetikkan soal-soal untuk dikerjakannya saat dia mau ulangan. Aku juga aktif dalam memberikan tebakan soal secara lisan untuknya. Hanya saja, "kejelekanku" adalah aku menginginkan Shasa bisa menjawab semua pertanyaanku (baik lisan maupun tertulis) dengan betul. Kalau sampai masih ada yang salah, aku cenderung mendorong dia untuk mempelajarinya lagi.
Sebenarnya aku tidak pernah menuntut Shasa untuk menjadi ranking 1 seperti sekarang. Selama ini Shasa juga sudah tahu bahwa aku hanya memintanya melakukan yang terbaik yang dia bisa. Bagiku, masuk 5 besar saja sudah bagus. Kalaupun aku sering memintanya untuk mampu menjawab semua pertanyaanku dengan betul, itu adalah keinginanku agar Shasa memiliki persiapan yang cukup. Sehingga sewaktu kelas 1 dan kelas 2, aku sudah bersyukur ketika Shasa mendapatkan ranking berfluktuasi dari posisi 3 sampai posisi 5.
Lama kelamaan aku menyadari bahwa caraku mempersiapkan Shasa menghadapi ujian sekolahnya tidak tepat. Aku merasa bahwa Shasa cukup stres dengan caraku seperti itu, karena terus terang saja, aku memperlakukan Shasa seperti aku memperlakukan diriku sendiri saat menghadapi ulangan sekolah bertahun-tahun yang lalu. Makanya, begitu Shasa naik kelas 3 aku mulai merubah caraku.
Aku melihat Shasa sudah mempunyai kesadaran sendiri untuk belajar. Tanpa perlu disuruh Shasa akan belajar dan mengerjakan PRnya sendiri. Hanya di saat menemui kesulitan, Shasa akan meminta tolong. Sehingga, saat menghadapi ulangan aku pun mulai melepasnya. Kuberikan tanggung jawab itu sepenuhnya pada Shasa, aku hanya mengawasi dan menemani. Dia kuijinkan belajar dan berhenti belajar sekehendak hatinya. Ternyata.., aku melihat Shasa cukup bertanggung jawab.
Hasilnya dari perubahan yang aku lakukan itu adalah, pada semester ganjil kemarin Shasa berhasil menduduki ranking 2 di kelasnya. Dan pada saat kenaikan kelas ini prestasi Shasa malah naik, ranking 1. Alhamdulillah..., sesuatu yang sebenarnya di luar dugaanku. Ternyata Shasa bisa membuktikan bahwa dia mampu melakukannya sendiri, dan aku hanya perlu mengawasi dan menemani.
Namun, satu hal yang aku syukuri adalah kelas Shasa adalah kelas yang dinamis. Selalu ada perubahan yang tak terduga di sana. Kalau aku amati, sejak kelas 1 sampai kelas 3 ini, anak-anak yang duduk di ranking 10 besar selalu berputar. Tak pernah statis. Itu menunjukkan bahwa tingkat kompetisi di kelas Shasa termasuk ketat juga.
Oleh karena itu aku mempersiapkan dan menasehati Shasa untuk menghadapi segala kemungkinan dengan lapang dada. Kalau saat ini ada di atas, jangan putus asa kalau lain kali ada di bawah. Karena semua berjuang dan berusaha dengan jujur untuk mendapatkan yang terbaik. Maka, siapa yang paling matang persiapannya pasti akan bisa mencapai puncak. Sementara yang sedang di bawah bukan berarti tidak pandai, namun persiapan dan usaha yang dilakukannya mungkin tidak sekeras yang bisa sampai di puncak.
Untuk saat ini Shasa mengerti apa yang aku nasehatkan padanya. Semoga saja dia tidak akan melupakan nasehatku itu dan tetap mampu berjuang dengan sportif meraih apa yang diimpilkannya. Amin.
Itu saja cerita yang tersisa yang kurasa perlu untuk kucatat di sini. Semoga selain bermanfaat bagiku, dapat bermanfaat juga bagi orang lain. Semoga...
Selamat, Shasa! Nggak usah pertahankan ranking, pertahankan aja nilai Shasa yang bagus itu ya!
BalasHapusCape' masih sempet posting mbak?
BalasHapusselamat yah, buat Shasa. Dan sukses selalu untuk Ibunya.
menurut saya sih bu, kesadaran sasha sekarang bisa jadi juga buah dari penerapan disiplin yang ketat waktu kelas 1 dan 2. iya gak?
BalasHapusselamet wat mama...
BalasHapusyg telah berhasil memdidik sasha sampai sebaik ini...
wat sasha selaet juga yah...
semoga sasha bisa mempertahankan hasil yg baik ini, karna mempertahankan lebih sulit dari pasa merebutnya...
salam kenal :D
shasa jadi juara lagi??
BalasHapusselamat ya..mbak reni pasti bangga punya anak yang pintar seperti shasa.pertahankan prestasimu.
salam sobat...mba kalau rapat di kantor membahas keseluruhan gitu,,bikin capai pikiran ya,,,? tapi tetap rilex kan mba.
BalasHapusHalo mama aku iseng nih... Tuh kan mau ngakunya kalo di blog??? Ma sebenere aku juga nggak nyangka apa lagi waktu ayu bilang kalo aku dapat rangking 3 itu udah sangat kaget karena nilai-nilaiku cenderung anjlog. Tapi syukurlah,saat akan dipanggil sang bintang kelas aku udah ngira kalo aku maju terakir karena rangking 3 tapi ternyata rangking 1 mau pingsan rasanya tapi nggak mungkin. Hehehehe!!!
BalasHapussuaatu hari nanti shasa akan membaca tulisan mamanya ini, dan dia pasti akan bangga punya mama seperti mbak reni.
BalasHapussukses buat shasa...
wedew...ternyata yang dirasani ada di jejak langkahku tha..., xixixi
BalasHapusimut banget si shasa,
hahaha...Lucu juga baca komen yg terakhir...
BalasHapusAti2 klo ngrasani Shasa loh, mbak! Kan cuma se-klik-an aja jauhnya blog dia!!
Kupikir itu cara yg bagus, membiarkan Shasa mulai memiliki tanggung jawab dan belajar disiplin. Aku percaya dia akan jadi anak yg baik dan sukses kalo liat cara didik ortunya. Sukses buat Shasa dan mbak Reni!
Sekarang mo ke rumah Shasa ah..
harus tetap semangat untuk posting mah ya bu..he... tapi blognya bersih amat sih bu.. kaga ado iklannya.. padahal PR3 alexa keren.. kenapa ga ngelamar google adsense..?..
BalasHapusnumpang tenar bu reni untuk blog yang satu ini..thanks keep blogging
BalasHapusMemang sangat bangga kalo anak berhasil :D
BalasHapuswah selamat buat shasa nya,,, :)
BalasHapusbuat mba reni juga, walaupun dah gak terlalu aktif semenjak kelas 3, tapi tetap aja mba reni pasti berjasa atas keberhasilan ini :)
Itulah gunanya manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing... agar mereka bisa saling melengkapi satu sama lain... bukannya malah menyombongkan kelebihan dan memendam rapat-rapat kekurangan... slamat untuk Shasa ya mbak dan sukses juga untuk mbak Reni... salam terkasih dari seorang sahabat...
BalasHapusselamat ya mbak...
BalasHapusmudah-mudahan aku bisa menjadi ortu yang baik bagi anak-anakku juga. makasih sharingnya.
ke madiun toh bunda? selamat buat shasa ranking 1. perjuangkan terus. he3...
BalasHapus@vicky : makasih tante Vicky... Doain bisa jadi dokter spt tante ya... (^_^)
BalasHapus@Seti@wan : Makasih banyak, bang...
@sibaho way : Insya Allah penerapan disiplin sejak kecil memang bermanfaat.
@SDSA : makasih doanya ya..
@henny : Alhamdulillah...
@nura : rapat gak selalu melelahkan kok, mbak..
@shasa : semoga mbak Shasa semakin semangat belajar ya...? I proud of you, dear...
@trimatra : shasa udah baca dan udah komen juga hahaha..
@fanda : semoga cara yg kupilih tepat mbak.. (^_^)
@yayan : utk sementara biarlah blognya spt ini dulu, kang..
@lowongan kerja : Alhamdulillah...
@jonk : makasih banget ya Jonk...
@JengSri : Thanks banget...
@cahyadi : bener sekali.., manusia tak ada yg sempurna.
@narti : semoga begitu mbak.. Amin.
@awal sholeh : makasih juga.. (^_^)
Mbak, Shasa masuk kelas pilihan yah? selamat yah mbak dan salam hangat untu Shasa.
BalasHapus@anazkia : Shasa tidak masuk kelas unggulan kok. Kebetulan aja sekolah Shasa termasuk sekolah favorit di kotaku.
BalasHapus