Buku yang berjudul Tumbuh di Tengah Badai ini ditulis oleh Herniwatty Moechiam. Buku yang sangat luar biasa ini adalah sebuah kisah nyata, yang bercerita tentang perjuangan seorang ibu rumah tangga dalam membesarkan anak autis . Pada saat itu, autisme belum dikenal luas seperti sekarang ini. Bahkan kepastian bahwa anaknya menderita penyakit autis ini baru diketahui setelah si anak kelas 3 SD.
Kehadiran anak ketiga yang "berbeda" dari anak-anak sebelumnya membuat kedua orang tuanya shock. Ketidaksiapan menerima anak yang tidak normal membuat kehidupan rumah tangga mereka semakin terpuruk dari tahun ke tahun. Pertengkaran, adu mulut, dan teriakan-teriakan yang terus menerus terjadi membuat rumah menjadi sangat tidak menyenangkan. Anak-anak tumbuh dalam suasana yang tertekan dan membuat emosi mereka terganggu.
Perhatian ibu yang lebih kepada si bungsu membuat kedua kakaknya cemburu dan melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian. Suasana rumah yang gaduh membuat sang ayah menjadi sangat mudah terpancing emosinya. Tidak ada suasana yang kondusif untuk membesarkan anak-anak dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Kondisi bukan bertambah baik, tapi dari hari ke hari semakin terpuruk.
Akhirnya, setelah sekian lama terjebak dalam badai rumah tangga, sang ibu bisa bangkit untuk "menyelamatkan" anak-anaknya dari keterpurukan yang kian dalam. Dengan terpanting-panting sang ibu mengambil alih semua peran sang ayah dalam mengurusi semua anak-anaknya. Mulai dari urusan antar jemput anak, memilihkan sekolah dan tempat-tempat kursus untuk memberikan kesibukan anak-anaknya, bahkan sampai memilihkan tempat terapi dan konsultasi psikologis untuk semua anaknya telah dilakukannya sendiri.
Untungnya sang ayah memiliki penghasilan yang cukup untuk semua itu. Meskipun sang ayah sama sekali tidak peduli atas perkembangan anak-anaknya, tapi semua yang mereka butuhkan dicukupinya, namun tak luput dari segala macam persyaratan dan kecaman tak berkesudahan dari sang ayah. Walaupun harus jatuh bangun, sang ibu mampu seorang diri mengurus anak-anaknya, meskipun tak sedikit pandangan sinis, curiga dan melecehkan yang diterimanya, bukan saja dari suami, tapi juga dari lingkungan yang saat itu belum tahu kerepotan mengurus seorang anak yang autis.
Segala macam kesulitan yang dihadapi ternyata belum cukup, karena badai yang lebih hebat masih harus mereka lewati. Namun, akhirnya dengan ketabahan dan rasa cinta yang dalam kepada anak-anaknya, membuat sang ibu mampu sedikit demi sedikit menyemai harapan. Kondisi rumah tangga yang nyaris tak mampu dipertahankan akhirnya dapat juga berubah ke arah yang lebih baik. Anak-anaknya pun mampu menunjukkan prestasi yang tak disangka-sangka bahkan akhirnya bisa menunjukkan bahwa mereka saling mencintai dan saling dukung satu sama lain.
Setelah perjalanan panjang, sang ibu semakin menyadari bahwa dia "beruntung" diberi kesempatan oleh Allah menerima titipan yang "istimewa" berupa seorang anak autis. Melalui anaknya yang autis itulah, sang ibu menyadari bahwa dirinya mampu berkembang menjadi lebih baik. Bahkan, disadarinya kemudian bahwa kehadiran anak yang autis dalam keluarganya telah menumbuhkan kesadaran, keimanan, kesabaran, pengertian, kesetiaan, kasih sayang, kematangan dan masih banyak lagi.
Kehadiran anak ketiga yang "berbeda" dari anak-anak sebelumnya membuat kedua orang tuanya shock. Ketidaksiapan menerima anak yang tidak normal membuat kehidupan rumah tangga mereka semakin terpuruk dari tahun ke tahun. Pertengkaran, adu mulut, dan teriakan-teriakan yang terus menerus terjadi membuat rumah menjadi sangat tidak menyenangkan. Anak-anak tumbuh dalam suasana yang tertekan dan membuat emosi mereka terganggu.
Perhatian ibu yang lebih kepada si bungsu membuat kedua kakaknya cemburu dan melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian. Suasana rumah yang gaduh membuat sang ayah menjadi sangat mudah terpancing emosinya. Tidak ada suasana yang kondusif untuk membesarkan anak-anak dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Kondisi bukan bertambah baik, tapi dari hari ke hari semakin terpuruk.
Akhirnya, setelah sekian lama terjebak dalam badai rumah tangga, sang ibu bisa bangkit untuk "menyelamatkan" anak-anaknya dari keterpurukan yang kian dalam. Dengan terpanting-panting sang ibu mengambil alih semua peran sang ayah dalam mengurusi semua anak-anaknya. Mulai dari urusan antar jemput anak, memilihkan sekolah dan tempat-tempat kursus untuk memberikan kesibukan anak-anaknya, bahkan sampai memilihkan tempat terapi dan konsultasi psikologis untuk semua anaknya telah dilakukannya sendiri.
Untungnya sang ayah memiliki penghasilan yang cukup untuk semua itu. Meskipun sang ayah sama sekali tidak peduli atas perkembangan anak-anaknya, tapi semua yang mereka butuhkan dicukupinya, namun tak luput dari segala macam persyaratan dan kecaman tak berkesudahan dari sang ayah. Walaupun harus jatuh bangun, sang ibu mampu seorang diri mengurus anak-anaknya, meskipun tak sedikit pandangan sinis, curiga dan melecehkan yang diterimanya, bukan saja dari suami, tapi juga dari lingkungan yang saat itu belum tahu kerepotan mengurus seorang anak yang autis.
Segala macam kesulitan yang dihadapi ternyata belum cukup, karena badai yang lebih hebat masih harus mereka lewati. Namun, akhirnya dengan ketabahan dan rasa cinta yang dalam kepada anak-anaknya, membuat sang ibu mampu sedikit demi sedikit menyemai harapan. Kondisi rumah tangga yang nyaris tak mampu dipertahankan akhirnya dapat juga berubah ke arah yang lebih baik. Anak-anaknya pun mampu menunjukkan prestasi yang tak disangka-sangka bahkan akhirnya bisa menunjukkan bahwa mereka saling mencintai dan saling dukung satu sama lain.
Setelah perjalanan panjang, sang ibu semakin menyadari bahwa dia "beruntung" diberi kesempatan oleh Allah menerima titipan yang "istimewa" berupa seorang anak autis. Melalui anaknya yang autis itulah, sang ibu menyadari bahwa dirinya mampu berkembang menjadi lebih baik. Bahkan, disadarinya kemudian bahwa kehadiran anak yang autis dalam keluarganya telah menumbuhkan kesadaran, keimanan, kesabaran, pengertian, kesetiaan, kasih sayang, kematangan dan masih banyak lagi.
Poin yang perlu dicatat dari buku ini adalah :
- Berprasangka baik kepada Allah adalah kunci untuk tetap semangat dalam menjalani kehidupan seberat apapun.
- Cinta seorang ibu kepada anak-anaknya sangat tulus, bahkan sang ibu seringkali mau berkorban apa saja demi kebahagiaan sang anak.
- Saat kehidupan sedemikian buruknya, harapan tak sepenuhnya hilang, namun hanya tertutup oleh pandangan dan pikiran negatif.
Penulis : Herniwatty Moechiam
Kategori : Kisah Nyata
Penerbit : Bentang
Th. Terbit : 2009 (cetakan I)
Tebal : 236 halaman
Cover : Soft Cover
Harga : Rp. 33.300,- (diskon)
Ibu yg sangat luar biasa...didasari kesadaran ,kesabaran dan keimanan yg tinggi lah yg membuatnya tegar...LUAR BIASA
BalasHapussalut atas perjuangan si ibu ya mbak...ini kisah nyatakan??
BalasHapuswah sya bangga atas itu memang seoang ibu perjuanganya banyak
BalasHapuswah pasti semua orang akan bangga jika punya ibu seperti itu.
BalasHapusSiiip mbak reviewnya....ibu yang bijaksasna..
BalasHapusSungguh sangat gigih perjuangan ibu tersebut. Ditengah masalah yang begitu rumit, tetapi dengan hidayah Allah, alhamdulillah si Ibu bisa menjadi Pahlawan bagi keluarganya. Ujian yang dilalui ternyata tiada sia2.
BalasHapusSemoga kita semua bisa meneladani tokoh ibu tersebut.
Terima kasih Bu Reni sharingnya:)
bener mbak
BalasHapuscinta ibu kepada anak-anaknya gak pernah berubah dan gak berkurang
banyak ibu-ibu yang tetap sabar menghadapi anak yang nakal dan sering kali bikin hati sang ibu diruntun sedih
tapi senyum ikhlas selalu tersaji seolah dia tidak merasakan sakit itu.
ah jadi bener2 kangen ma ibu nih
Benar mbak..kasih ibu sangat tak ternilai harganya...
BalasHapusSURGA ADA DI TELAPAK KAKI IBU.... MEMANG PERJUANGAN IBU TAK AKAN PERNAH BERHENTI DEMI ANAK ANAKNYA...
BalasHapusYa pada setiap hal yang menimpa kita, apapun, termasuk anak yang adalah titipan Illahi, terdapat hal luar biasa besar hikmahnya. Ulasan buku yang bagus mbak Reni.
BalasHapusjudulnya saja dah motivasi bu reni.. keep blogging..ngomong2 bu reni penulis y..
BalasHapusmalam sobat aku berkunjung
BalasHapusmama dan anak sama2 jago ngeblog!
BalasHapuskarena kita yakin tuhan tidak akan memberikan beban yang melebihi kapasitas hambanya, itu intinya.
makasih bunda PR2 berkat dukungan bunda reni juga kok. :)
BalasHapussaya buat tab diheader contoh dari pengen belajar di sini bunda contohnya
BalasHapushttp://pinginbelajar.blogspot.com/2009/06/cara-membuat-tab-menu-navigator.html
ya bener bunda point yang terakhir tertutup oleh pikiran negatif n buruk. ;) cepet bgt bunda baca bukunya hobinya telaten neh.
BalasHapusTeladan yang indah dari seorang ibu yg punya dedikasi tinggi untuk membesarkan anaknya, meski si anak lahir tak sesuai dengan harapannya. Another good review, mbak!
BalasHapushenny suka sama novel-novel keluaran bentang. semuanya mendidik, setidaknya ada banyak hal yang bisa kita ambil dari isi bacaan tersebut, tidak seperti novel yang berisi banyolan yang seperti sekarang lagi "in"
BalasHapusHati ibu mana yang tak hancur saat mengetahui anaknya tak mungkin tumbuh normal seperti anak-anak lainnya?
BalasHapusKisah inspiratif yang layak disimak oleh semua orang tua, bahwa setiap anak adalah mutiara yang perlu diasah agar berkilau gemilang.
Ujian hidup bila dihadapi dengan ketabahan dan perjuangan sesungguhnya akan menempa diri untuk sukses menghadapi cobaan hidup kedepannya sebab hidup terdapat cobaan demi cobaan. Jika sukses dengan cobaan pertama akan diuji dengan cobaan berikutnya. Jika gagal akan menenggelamkan orang tsb kedalam rasa sakit... so seperti pada buku ini, kesabaran dan ikhtiar berbuah manis... mana yang mau dipilih...??? Bersabar dan ikhtiyar. atau lari dari kenyataan...?? Nice post... i love this...
BalasHapusMembaca tulisannya mbak kali ini... aku jadi teringat lagunya Iwan Fals, liriknya begini:... ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang demi aku anakmu, ibuku sayang sudah jauh berjalan walau tapak kaki penuh nanah penuh darah... seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ke membalas... ibuuuu..
BalasHapusKasih sayang ibu yang bangkit dari keterpurukan demi kebaikan dan kebahagiaan anak-anaknya...
BalasHapusSangat menginspirasi Bu....
selalu ikhlas atas segala pemberian Sang Empunya
BalasHapussehingga Dia akan memberikan lebih
mesti punya nih buku.... hmmm..
BalasHapus@ateh75 : yups... setuju banget mbak.
BalasHapus@nietha : bener mbak, kisah nyata nih.
@ajieee : kasih ibu tiada batas kan?
@jimox : so pasti...
@buwel : ibu yg tegar juga...
@JengSri : emang bukunya keren Jeng..
@agoez3 : terima kasih kembali..
@dwina : jadi kangen ama ibu ya ? Hehe... sama dong..
@dinoe : setuju banget...
@zaskia : kasih ibu tak terhingga ya, mbak ?
@newsoul : makasih mbak Elly.. ^_^
@apih yayan : penulis di blog aja, Kang...
@bunga raya : makasih telah berkunjung
@trimatra : kesimpulan yg tepat sekali, mas.
@awal sholeh : makasih juga ya ?
@fanda : semoga postingan ini bermanfaat mbak..
@henny : semua punya selera yg berbeda kan mbak... hehehe ^_^
@seti@wan : bener sekali, setiap anak pintar dan punya keunikan sendiri-2.
@azarre : bener tuh, kalau kita lari dari masalah, maka masalah itu tetap akan ada mengikuti kita.
@cahyadi : syair lagunya Iwan Fals itu tepat sekali ya ?
@yudie : dengan kuasa-Nya maka sang ibu dapat keluar dari masalah yg menghimpitnya.
@attayaya : bener... ikhlas menjalani semua ketentuan dari-Nya.
@kakve-santi : ayo beli bukunya... ^_^
Mbak reni, mohon maaf jarang mampir. Gini lho mbak, saya ko berat buka blog mbak, loadnya lambat.
BalasHapusKadang dah buka, sampai masanya di tunggu gak konek juga. Inet di rumah kali yang lembab.
Wah, satu demi satu saya baca betul2 kalimat ini. soalnya, mbak khan mereview buku, biar sekalian saya belajar. Wong di suruh review sama mbak fanda. Ada2 aja nih.. padahal, ana gak bisa mbak.
Makasih sharenya yah mbak. Sebuah buku yang bagus. Beliin dunk mbak hehehehe... soanya jauh...
ini salah satu gambaran seorang ibu yang memang luar biasa dan memang banyak mengilhami banyak orang untuk menuliskannya....ma ksih telah diingatkan...
BalasHapus@anazkia : mau review buku ya ? Oke deh... aku tunggu ya reviewnya...
BalasHapus@bayunature : senang sekali kalau review buku ini bisa bermanfaat bagi yg lain...
kisah nyata perjuangan seorang ibu yang membesarkan anak autis, aihh keren ....
BalasHapuskuncinya lapang dada ya mba, sip lah :)
Memang benar,..segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita, baik ataupun buruk, pasti selalu ada hikmahnya,..
BalasHapusDan Ibu tersebut menyadarinya serta bersyukur,..seperti pepatah bilang disetiap kesukaran pasti ada kemudahan,..
Review-nya siiipp bunda,..:)
@jonk : lebih tepat lagi adalah ikhlas menjalani hidup ini (^_^)
BalasHapus@nopi : wah, benar tuh, di setiap kesukaran selalu ada kemudahan.
waaaahhhh
BalasHapussaya udah lama banget ga baca buku nih!!! hm... baca blog orang juga lumayan deh kasih referensi dan insight kaya begini :D
@natazya : aku juga rajin baca blog orang utk menambah ilmu dan wawasan kok. :)
BalasHapusitu yang dinamakan "cobaan membuat kita kuat, bukan membuat kita lenah" ya mbak.
BalasHapusSemoga aku bisa sekuat Ibu itu.
@kuyus : Amin. Semoga kita mampu meneladani ketabahan dan kesabaran sang ibu itu, mbak.
BalasHapus