Minggu, 21 Juni 2009

No One's Perfect : Cinta dan penerimaan

Buku No One's Perfect aku dapatkan saat di Madiun ada Pameran buku awal Juni 2009 yang lalu di tempat buku-buku yang diobral. Aku beruntung menemukan buku yang hebat ini. Melalui buku ini aku mendapatkan semangat dan inspirasi untuk lebih mensyukuri hidupku.

Buku No One's Perfect menceritakan kehidupan Hirotada Ototake. Oto-chan, begitulah dia biasa disapa, lahir pada tanggal 6 April 1976. Mulanya sang ayah berusaha menyembunyikan kenyataan dari istrinya bahwa anak mereka terlahir dalam kondisi Tetra-Melia, yaitu sebuah kelainan bawaan yang membuatnya hampir tak memiliki tangan dan kaki. Setelah 3 minggu sejak Oto-chan dilahirkan, akhirnya sang ibu diberi kesempatan untuk melihat bayinya untuk pertama kalinya.


Pada saat itu suasana di rumah sakit sangat tegang menunggu apa yang terjadi jika sang ibu melihat kondisi bayinya. Namun yang terjadi kemudian ternyata di luar dugaan, karena begitu melihat kondisi bayinya sang ibu berkata dengan sangat tulus : "Anakku, kamu sangat tampan".

Cinta dan penerimaan yang tulus dari kedua orang tuanya membuat Oto-chan tumbuh dan berkembang seperti layaknya orang normal. Mereka sangat peduli dengan pendidikan anaknya. Beberapa kali mereka memutuskan untuk pindah rumah, agar jarak dari rumah dengan sekolah Oto-chan tidak terlalu jauh. Selain itu, mereka juga tidak memasukkan anak mereka ke sekolah khusus bagi penyandang cacat. Mereka menganggap anaknya tidak memerlukan pendidikan khusus yang berbeda dari anak-anak normal lainnya.

Tentu saja keinginan orang tua Oto-chan itu tidak mudah, karena pada saat itu sekolah umum yang ada di Jepang tidak menyediakan fasilitas untuk penyandang cacat. Bahkan agar anaknya bisa bersekolah di sekolah umum, mereka memutuskan menemui Dewan Pendidikan Sekolah. Setelah Dewan Pendidikan Sekolah melihat sendiri kemampuan Oto-chan dalam menulis, makan dengan menggunakan sendok/garpu, menggunting kertas bahkan berjalan, akhirnya dia diijinkan masuk ke sekolah umum.

Sejak masuk sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak, kehadiran Oto-chan di sekolah selalu menarik perhatian teman-temannya. Anak-anak itu dengan lugu dan polos akan bertanya kepadanya mengapa dia tak memiliki tangan dan kaki. Hal tersebut tidak membuat dirinya dan ibunya menjadi bersedih hati. Bahkan, ibunya dengan tenang akan berkata, "Itu adalah masalah yang harus dipecahkannya sendiri." Sehingga, Oto-chan akan dengan senang hati menceritakan kepada teman-temannya mengapa dia terlahir tanpa tangan dan kaki.

Untuk pendidikan di sekolah, orang tua Oto-chan menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan pihak sekolah dan tidak ikut campur sama sekali. Sensei Takagi adalah guru SD yang membuat banyak kebijakan yang awalnya dianggap keterlaluan dan kejam bagi Oto-chan. Seperti tidak diperkenankan menggunakan kursi roda tanpa seijinnya, melarang murid lain memberikan bantuan apapun pada Oto-chan, dan masih banyak lagi.


"Sekarang kita dapat saja memanjakannya sekehendak kita, tapi suatu saat dia harus menghadapi semuanya sendirian. Tujuan saya adalah untuk mempersiapkan apa yang dia perlukan sekarang sebagai bekal dia di masa datang." (Alasan Sensei Takagi atas sikapnya yang keras pada Oto-chan, halaman 22)

Oto-chan memang berkembang dan berperilaku seperti anak normal lainnya. Dia sama sekali tak pernah berpikir bahwa dirinya cacat, selain itu teman-temannya juga seringkali "lupa" bahwa dia cacat. Semua menganggapnya sama normalnya dengan anak-anak lainnya. Mereka berkelahi (secara fisik), bermain, beraktivitas dan bahkan mengikuti lomba olah raga bersama.

Seringkali kehadiran Oto-chan mampu memberikan motivasi bagi teman-temannya untuk selalu berbuat baik. Bahkan salah satu gurunya pernah berkata bahwa karena keberadaannya, maka kelas menjadi sangat peduli kepada sesama, dimana setiap orang saling membantu tatkala ada teman yang menderita kesusahan.

Perjuangan Oto-chan memang hebat. Dia tidak pernah merasa memiliki keterbatasan dan sangat bersemangat menjalani hidupnya. Semua itu berkat penerimaan yang tulus dan cinta yang tanpa syarat yang diterimanya dari lingkungannya. Orang tua yang hebat, guru, teman-teman dan lingkungan sekolah yang mendukung semuanya membuat Oto-chan benar-benar "normal" seperti orang normal lainnya.

Semenjak kuliah di Universitas Waseda, Jepang, Oto-chan terlibat dalam kampanye tentang lingkungan "Bebas Rintangan". Sampai sekarang pun Oto-chan tetap melanjutkan apa yang menjadi prinsipnya yaitu menegakkan sebuah lingkungan "bebas rintangan" bagi orang lain, baik dalam lingkungan pemerintahan, media dan di hadapan orang-orang yang dia temui.

Kegiatan tersebut berawal pada suatu hari yang dianggap sebagai titik balik dalam kehidupan Oto-chan. Suatu malam, di usianya yang ke-20 tahun, dia baru memikirkan mengapa dia terlahir cacat. Dalam benaknya kemudian muncul kesadaran bahwa mungkin dia dilahirkan dengan kondisi seperti itu untuk menyelesaikan suatu tugas yang akan terjadi di kemudian hari. Dan, berkat pemikiran itulah, dia kemudian lebih memfokuskan diri untuk mengasah potensi yang ada dalam dirinya agar lebih berguna bagi orang lain.

Poin yang perlu dicatat dari buku ini adalah :
  • Cinta dan penerimaan yang tulus dan tanpa syarat memberikan dampak yang sangat luar biasa pada pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
  • Mampu menerima diri sendiri adalah modal utama untuk hidup bahagia dan berkembang optimal.
  • Setiap orang terlahir dengan memiliki kelebihan dan perannya sendiri, karena tak ada ciptaan-Nya yang sia-sia.

Penulis : Hirotada Ototake
Kategori : Non Fiksi ~ Kisah Nyata
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Th. Terbit : 2007 (cetakan III)
Tebal : 230 halaman
Cover : Soft Cover
Harga : Rp. 10.000 (obral)


31 komentar:

  1. Subhanallah... Allahu Akbar. Gak bisa ngomong lagi mbak. pinjem dunk bukunya hehehe...

    Maaf yah mbak, baru mampir ke rumah. Kemarin ada acara jadi, ana nginep deh di sana. Gak ada inet lagian, sibuk banget. Mo lihat award dulu yah mbak...

    BalasHapus
  2. Duh.. jadi pertamax, dapet award lagi hehehe...

    BalasHapus
  3. mbak reniiii...jadi kena sentil nih, aku sering ngelewatin buku-buku seperti ini. Makasih ya mbak reviewnya

    BalasHapus
  4. Inspirasi yang menyejukkan hati mbak... makasih ya... salam persahabatan...

    BalasHapus
  5. nice review...penuh pencerahan...

    BalasHapus
  6. sangat bagus pencerahannya mbak..makasih dah berbagi

    BalasHapus
  7. "Orang hebat" tidak selalu orang yang sempurna keadaan tubuhnya... Tuha memberi kita kekurangan, tapi Dia juga memberi kita kelebihan...

    BalasHapus
  8. Tady siang baru aja nonton sebuah pelem tentang seorang gadis kecil yang buta dan tuli serta memiliki temperament yang anehh (perilaku tidak bersahabat terhadap orang lain dan benda2 disekitarnya), malem neh ditambah baca posting ini. Betapa banyak nikmat yang ku dapat sebagai orang sehat...

    Bdw, salam kenal ya mbak... baru pertama berkunjung ke sini nihh...

    By : .::OonbloG::.

    BalasHapus
  9. huhuhu....stlh baca ini trasa gimanaaaa gitu. eh mbak kok di madiun sring bgt sih ada pameran buku :(

    BalasHapus
  10. Ini namanya berkah mbak. Dapet buku murah tp isinya sangat bagus. Pelajaran hidup yg mahal harganya. Mengingatkan kita bahwa apapun yg kita terima dari Tuhan, syukurilah, lalu galilah apa sebenarnya yg dikehendaki oleh Tuhan utk kita lakukan.
    Inspirative review, mbak!

    BalasHapus
  11. Nice posting mbak Reni. Penerimaan adalah kata yang sangat penting, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan. Dengan kata itulah kita akan melangkah dengan mantap, PD, juga ihklas di dunia ini. He, pada masa pemberontakan saya spt halnya remaja lainnya, saya sering merenung saat berbaring sebelum tidur, untuk apakah saya ada di dunia ini ? Saat itu saya seperti mendengar suara dari alam bawah sadar saya, bahwa saya ada karena saya punya tugas di dunia ini. Setiap manusia seperti itu, terlepas siapapun dia, bagaimanapun kondisinya. Membaca ttg Oto Chan ini, sy spt diingatkan lg akan hal tsb. Terimakasih mbak Reni.

    BalasHapus
  12. Duh.. hebatnya dia. Dengan kekurangan yang dia miliki bisa seperti itu... ibunya juga hebat ya... jadi malu rasanya..

    BalasHapus
  13. Wah, tak ada yang sempurna, tapi tak ada yang sia-sia....
    Menerima bukanlah hal yang mudah, butuh suatu pengorbanan..

    Oiya Mbak Reni, shoutmixnya cuma ada di halaman utama (beranda), makasih atas kunjungannya..

    BalasHapus
  14. ibu yg sangat bijaksana dalam mendidik anaknya.

    BalasHapus
  15. suka malu yah kalau lihat orang yang punya kekurangan fisik begini jauh lebih maju daripada saya yang sbegininya bisa dibilang sempurna...

    BalasHapus
  16. suka malu yah kalau lihat orang yang punya kekurangan fisik begini jauh lebih maju daripada saya yang sbegininya bisa dibilang sempurna...

    BalasHapus
  17. kapan yah ?? aku bisa jadi koment pertama?? kalau sudah rame.. aku malah jadi malu ngomongnya.

    reviewnya mantap mbak,... jadi kepingin baca secara lengkap.

    BalasHapus
  18. Wah mbak,beneran saya ngiler baca resensinya ini.Pengeeeen... Tapi di Kediri agak jarang tuh ada pameran buku,jadi kalau mau hunting buku ya harus pandai2 milih karena costnya gak nutut :)

    BalasHapus
  19. aku juga udah pernah baca bukunya. emang bagus banget...

    BalasHapus
  20. Penerimaan diri memang sangat penting mbak..
    karena dengan menerima pemberian Tuhan apa adanya akan membuat kita senantiasa bersyukur..

    Mbak..maaf ya baru mampir..
    maklum mbak..aku baru aja keracunan
    keracunan FB maksudnya
    he..he

    BalasHapus
  21. entah harus comen apa...
    yg pesti saya sangat setuju dengan poin ke 2...

    ketika kita bisa menerima diri sendirin kita akan menyadari betapa berharganya semua pemberian Yang Maha Esa...

    salam kenal:D

    BalasHapus
  22. Apapun yang dikasih Tuhan pada kita emang harus disyukuri, dan dari kisah diatas sungguh kemuliaan hati yang luar biasa,dan kita bisa ambil hikmahnya,kalo kita yang utuh tanpa cacat kerjaannya ngeluh melulu. Ya Allah jadikan saya umat-Mu yang pandai bersyukur.

    Sukses untuk semuanya

    BalasHapus
  23. aaah..dari semua review buku yang pernah mbak reni tulis, henny paling suka yang ini!
    two thumbs up for mbak reni & her review

    BalasHapus
  24. @anazkia : sepertinya buku ini menarik minat banyak orang, teman kantorku juga minjem nih ^_^
    @penikmat buku : ayo mulai review buku-2 spt ini..
    @cahyadi : terima kasih kembali
    @buwel : makasih pujiannya... *tersipu*
    @dinoe : jadi makin semangat utk review buku nih dapat pujian spt ini. hehehe..
    @tukang komen : bener sekali, mas..
    @oonblog : seneng sekali kalau tulisanku ini ada manfaatnya.
    @dunia polar : tidak sering kok, malah selama ini baru 2x ada pameran buku hehehe..
    @fanda : makanya aku makin semangat aja hunting buku-2 bagus yg murah hehehe....
    @newsoul : bener mbak, keberadaan kita pasti ada maknanya bukan ?
    @anita : ortu Oto-chan memang hebat.. aku juga malu hati membacanya, mbak.
    @ardhiansyam : memang Allah menciptakan tidak ada yg sia-2.
    @sang cerpenis : yups... setuju !
    @natazya : kita bisa belajar menjadi lebih baik dari pengalaman hidup orang lain kan ?
    @seti@wan : ayo baca aja bukunya..
    @ajeng : aku sedang suka hunting buku-2 bagus yg murah mbak hehehe..
    @yunna : kereeenn...!
    @itik bali : kalau kita pandai bersyukur, akan makin bertambah nikmat yang kita terima. Insya Allah.
    @cara buat situs : penerimaan diri adalah kunci keberhasilan.
    @jamal : amin...

    BalasHapus
  25. bahagianya dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai dan menyayangi kita dengan tulus dan apa adanya. Nice book, nice post Bu...

    maaf Bu..baru mampir.. :)

    BalasHapus
  26. ada kelebihan ada kekurangan, jadi saya ngikutin kata2 mba aja,,

    saatnya menikmati semuanyaaaaa :)

    BalasHapus
  27. buku baru ya bunda, baru sempet mampir neh... :) hidup bagai sisi 2 mata uang ya bunda ada yg baik n buruk. bagus sepertinya bukunya

    BalasHapus
  28. ayo kirimin sini ke dublin bukune mbak reni ;)

    BalasHapus
  29. @henny : semoga review bukunya bermanfaat deh.
    @yudie : cinta dan penerimaan adalah kunci untuk berkembang optimal.
    @jonk : sudah sewajarnya kita mensyukuri nikmat yang diberikan-Nya bukan ?
    @awal sholeh : Buku itu memang sangat menginspirasiku.
    @JengSri : reviewnya yg udah duluan sampai ke Dublin... ^_^

    BalasHapus
  30. aku jadi inget film kartun the kungfu panda. Film sederhana, yang lucu namun menyiratkan banyak pesan.
    Dia dilahirkan dalam wujud seekorpanda yang gendut, karena doyan makan. Ayahnya seorang penjual mie yang sangat disukai banyak pelanggan.

    Ayahnya menginginkan si poo, nama kungfu panda ini meneruskan usahanya. Sementara si poo ingin menjadi pesilat.

    Mengingat tubuhnya yang gemuk, hal itu gak mungkin terjadi. Namun satu kejadian penting pun mengubah hidupnya. Pesan pesan yang disampaikan dalam sejumlah kalimat kalimat sederhana namun implisit disimpulkan, seorang terlahir dengan keunikannya sendiri sendiri. Dan itulah kelebihannya.

    Aku percaya sekali.

    BalasHapus
  31. @kuyus : aku "terinfeksi" dengan kepercayaan mbak Kuyus juga nih. Salut deh buat mbak Kuyus.. !!

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)