Jumat, 30 April 2010

Peduli sampah, peduli lingkungan

Sobat.., aku kembali ingin bicara tentang sampah, meskipun di postingan terdahulu aku sudah pernah membicarakan sampah sebanyak 2 kali, yaitu Ayo Bicara Tentang Sampah dan Memanfaatkan Barang Lama. Mungkin sobat banyak yang mempertanyakan mengapa aku kali ini kembali bicara tentang sampah. Jawabnya adalah... karena : Kilau Satu Bintang.

Nah.., pasti sekarang pertanyaannya ganti menjadi : "Apa itu Kilau Satu Bintang ?" Oke sobat, aku akan menjelaskannya. Kilau Satu Bintang adalah sebuah Novel karya Teera yang di dalamnya membicarakan sampah juga, disamping membicarakan tentang dilema seorang wanita yang menikah yang juga mengejar karirnya. Ingin tahu lebih detil..? Mari kita bahas bersama...


Adalah Alia, seorang yang menjadi 'bintang' di kampusnya. Dia cerdas, mandiri, perfeksionis dan aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Berhasil lulus dengan cemerlang dari kampusnya, Alia pun tak kesulitan mencari pekerjaan yang mapan. Sekali lagi, di tempat kerja Alia dapat menunjukkan kualitas 'bintang' dalam dirinya dan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan sangat baik.

Alia pun terlena dalam mengejar karirnya, hingga lupa untuk membangun keluarga hingga sang bunda memperingatkannya. Bagi Alia, memutuskan untuk menikah bukanlah hal yang mudah karena dia khawatir jika nanti menikah dia tak mampu lagi mengejar karirnya. Apalagi, 'pekerjaan domestik' sebagai ibu rumah tangga benar-benar tak menarik minatnya.

Kehidupan pernikahan Alia pada awalnya baik-baik saja, namun setelah setahun berlalu tanpa ada tanda-tanda kehamilan, Alia pun gelisah. Apalagi sudah banyak orang yang bertanya kapan dia akan menimang anak. Berdasarkan saran dokter dan pertimbangan sang suami, akhirnya dengan berat hati Alia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya di saat dia akan dipromosikan untuk menduduki jabatan yang selama ini menjadi impiannya. Namun keinginan untuk hamil lebih kuat sehingga Alia memilih untuk mengubur mimpinya. Suatu keputusan yang sangat disesali oleh sahabatnya, Sofie.

Alia yang terbiasa aktif tak bisa diam di rumah setelah resmi keluar dari pekerjaannya, dan dia melakukan banyak kegiatan untuk membuang jenuh. Hingga beberapa peristiwa membuatnya berpaling untuk peduli kepada sampah. Keterlibatan Aulia dalam mengurusi masalah sampah mendapat tentangan keras dari beberapa penduduk di sekitarnya. Hal tersebut membuat Aulia kelelahan secara fisik dan psikis di saat dia sedang fokus untuk bisa hamil.

Terus terang..., sebagian yang dilakukan Alia telah aku lakukan dalam kehidupanku sehari-hari. Hanya bedanya, aku melakukannya sendiri sehingga tak memberikan dampak sama sekali bagi lingkungan di sekitarku. Jika aku sekedar berangan-angan dan melakukan perubahan kecil di rumahku, sedangkan Alia berani mewujudkan angannya. Dia telah berani melangkah lebih jauh dan mengajak lingkungan untuk melakukan hal yang sama sepertinya, meskipun sangat tak mudah.

Tiga keranjang sampah yang kusiapkan :
kiri utk sampah kering, tengah utk sampah basah dan kanan utk sampah yg biasa diambil oleh para pemulung

Sungguh aku tak menyesal memiliki novel ini dan bisa dengan bangga berkata kepada suamiku bahwa apa yang aku lakukan selama ini (di rumah) telah dilakukan juga Alia, oleh tokoh utama dalam buku ini. Bahwa apa yang aku pikirkan dan aku khawatirkan... juga dipikirkan dan dikhawatirkan oleh Alia. Maklum saja, selama ini suamiku memandang sebelah mata pada kerepotanku mengurusi sampah di rumah. Dan.., sejak itu suamiku tak pernah lagi memprotesku jika aku ribut dengan sampah-sampahku... ^_^

Penulis : Teera
Kategori : Fiksi
Penerbit : Frenari
Th. Terbit : Juli 2009 (cetakan I)
Tebal : 200 halaman
Harga : Rp. 30.000

21 komentar:

  1. engamankan yang pertama dulu,,,..

    BalasHapus
  2. Wah... mengulas buku sambil mengeluh ceritanya nih mbak....

    BalasHapus
  3. ini baru bilang referensi novel dengan gaya yang berbedaaa ^^ hohoh
    ranny like this ^^
    ahh si ibu memberi inspirasi untuk sayah kelak insyaa allah udah menikah ^^ ingin menjadi seorang istri dan mama yang peduli terhadap lingkungan..

    from the bottom of my heart *halah* i want to say : proud of u ibuuuuu ^^

    smangaaaddd^^

    BalasHapus
  4. Wow, novel yang membumi nih, peduli sampah, peduli lingkungan...emang, sampah kalo nggak diberesin hmmm, bikin nggak betah bukan cuma buat wanita tapi pria juga (yang peduli dan cinta kebersihan) :)

    BalasHapus
  5. keren sekali review gaya baru membawa kita serasa ikut serta dalam ceritanya, sukses selalu bu

    BalasHapus
  6. sampah sebuah permasalahan klasik sejak dulu

    BalasHapus
  7. Alia berarti sangat tinggi...
    Sungguh sangat tingi kesadaranya akan lingkungan. Sekalipun hanya tokoh fiktif, tp paling tidak telah melahirkan alia-alia, yang salah satunya mbak...

    negeri para bedebah
    lingkungannya sampah
    omongannya serapah
    makannya siapa
    duh gusti....

    BalasHapus
  8. Salut! patut ditiru oleh semua.... demi anak cucu kita, untuk bumi 100...atau 1000 th lg.

    BalasHapus
  9. wah, mbak rani keren, mulai dari diri sendiri baru mengajak orang lain...

    BalasHapus
  10. hehehe...Alla kok ira banget ya....eh...niru m ngurusi sampah aja dech!

    BalasHapus
  11. sayang orang yg peduli sama hal semacam ini masih sedikit ya mbak

    BalasHapus
  12. novel sayang lingkungan nih, memang harus di tiru untuk sesuatu yang bermanfaat

    BalasHapus
  13. yapp! di mulai dari diri sendiri! jika ingin perubahan terhadap lingkungan!

    BalasHapus
  14. memang ketika orang yg sudah menikah blm juga dapat anak. yang menjadi tekanan adalah orang sekitar. tapi itu lah hidup. kita harus kuat menjalaninya.

    BalasHapus
  15. Alia yang hebat sama seperti mbak reni, semoga bisa ditiru dan diteladani oleh kita semua, tq dah berbagi :)

    BalasHapus
  16. peduli dengan sampah, bagus sekali...salah satu hal yang akan membuat bumi ini makin baik untuk kita tinggali..go green sobat...:)

    BalasHapus
  17. buanglah sampah pada tempatnya :)

    BalasHapus
  18. bagus neh kayaknya cerita novelnya.... masalah sampah emang ga bisa dipandang sebelah mata, walopun keliatannya simple tapi aku salut ama usaha mbak reni, seengganya bisa mengurangi sampah yang suka bertebaran dimana-mana... jadi ga gampang banjir juga dong aahh....

    BalasHapus
  19. idenya sangat kreatif untuk menggolongkan sampah

    BalasHapus
  20. halo mbak, lama aku tidak berkunjung. bagaimana kabarnya?

    BalasHapus
  21. wah, jadi pengen baca buku iru. semoga bisa ketularan saya jadi peduli sampah :)

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)