Rabu, 10 November 2010

Ketentuan menyumbang

Dua hari ini aku dan suami sedang sibuk mengkoordinir pengumpulan sumbangan untuk korban Merapi (lagi). Rencananya, Sabtu nanti suami akan kembali berangkat mengirimkan sumbangan. Tapi kali ini suami tidak berangkat sendiri dan tidak membawa sumbangan pribadi. Kali ini suami beserta teman-temannya akan berangkat bersama-sama.

Untuk mengangkut sumbangan itu, telah tersedia 1 buah truk dan 2 buah mobil box. Sumbangan yang akan dibawa sebagian besar adalah mainan anak-anak (bekas), majalah/buku (bekas) serta baju layak pakai. Kebetulan ada teman yang bertugas sebagai tim recovery untuk daerah Boyolali dan sekitarnya meminta bantuan itu. Menyambut permohonan bantuan itu, maka aku segera menghubungi saudara dan teman-teman yang ada di Madiun agar menyetorkan barang-barang yang aku minta.

Rencananya kali ini sumbangan akan didistribusikan kepada korban Merapi yang berada di Boyolali, Klaten, Muntilan dan sekitarnya. Beberapa teman dengan senang hati menyanggupi permintaan itu. Mereka berjanji untuk paling lambat akan mengirimkan barang-barang itu padaku hari Jumat besok. Soalnya, rencananya suami dan teman-temannya akan berangkat Sabtu pagi.

Namun, diantara sekian banyak teman yang menyambut gembira aksi ini, ada seorang teman yang keberatan dengan ide pengumpulan barang-barang 'bekas' itu. Dia mempertanyakan, mengapa harus memberikan barang 'bekas' kepada orang-orang yang tertimpa bencana ? Mengapa tidak memberikan barang baru, meskipun hanya satu dan harganya murah ? Terus terang... membaca komentarnya itu mau tak mau aku tercenung juga.

Aku jadi berpikir, bukankah tak ada ketentuan yang diberlakukan bagi seseorang dalam menyumbang ? Jika seseorang ingin menyumbang dan kebetulan tak memiliki banyak uang, apakah dia tak boleh menyumbang ? Jika seseorang mampunya hanya menyumbangkan barang miliknya yang sudah terpakai, apakah dilarang ? Apakah keinginan seseorang untuk meringankan beban orang lain harus terhalang karena ketiadaan biaya ?

Okelah, jika misalnya aku hanya punya uang  duaratus ribu. Berapa banyak baju yang bisa aku beli dan aku sumbangkan ? Sementara orang-orang yang membutuhkan baju untuk sekedar berganti baju sangat banyak ? Bukankah baju 'pantas pakai' ini bermakna baju yang memang masih pantas untuk dipakai, bukan baju yang sudah sobek disana-sini ? Bukan pula baju yang sudah compang-camping ?

Namun aku maklum jika temanku itu kurang 'sreg' dengan kegiatan pengumpulan barang 'bekas' ini. Kebetulan selama ini dia cukup mendapat limpahan materi. Uang bukan masalah baginya. Jadi, dia menganggap bahwa memberi sesuatu kepada orang lain berupa barang bekas itu kurang 'layak' dan kurang 'pantas'. Jadi... aku ya maklum saja.

Walaupun kami sedang menghimpun barang-barang 'bekas' tapi tetap kami menerima sumbangan dalam bentuk lain. Kebetulan hari ini aku menerima uang sebesar 3 juta rupiah dan hari ini pula langsung dibelanjakan untuk membeli celana dalam, pembalut wanita, sabun mandi, pasta gigi dan sikat gigi. Ada juga yang menjanjikan untuk menitipkan sumbangan berupa minyak kayu putih dan masker. Alhamdulillah....

Bagiku, untuk bisa menyumbang tak harus kaya dulu. Menyumbang itu yang penting ikhlas. Menurutku, seseorang yang ingin menyumbang pastilah telah memikirkan pantas tidaknya barang yang disumbangkannya. Dalam pikiranku, apapun bentuk sumbangan itu Insya Allah akan bermanfaat bagi mereka yang benar-benar membutuhkan. Jika ada diantara para pengungsi itu yang merasa tidak membutuhkan baju pantas pakai, maka mereka pasti tak akan mengambilnya. Kalau mereka  merasa butuh, pasti mereka dengan senang hati akan menerima. Kami hanya menyediakan saja, tak bisa memaksa mereka menerima bukan ?

Setidaknya dari peristiwa ini aku dapat belajar, bahwa seringkali suatu niat baik tak diterima baik oleh orang lain. Biarlah... tak selayaknya kita takut berbuat baik, hanya gara-gara takut niat baik kita diterima sebaliknya oleh orang lain bukan..?

22 komentar:

  1. menurut saya, bukan bekas atau barunya yang harus dipertimbangkan, tapi selain tetap tidaknya bantuan dengan yang dibutuhkan juga keikhlasan kita dalam memberikan bantuan. Barangkali barang baru memang lebih baik, tapi bukan berarti bekas tidak bermanfaat sama sekali, toh bekas juga sebelumnya sudah diseleksi mana yang masih bisa dan layak dipakai.

    BalasHapus
  2. iya mbak, aku setuju
    menyumbang sih yg penting iklas, sukur2 kalo punya rejeki berlebih dan merasa lebih mampu memberikan bantuan berupa barang2 yg masih berlabel. akan lebih baik memang. tapi barang bekas layak pakai pun tetap akan membantu mereka yg membutuhkan.

    BalasHapus
  3. Siang Mb...
    Moga semua dapat berjalan lancar sesuai jadwal yang sudah dibuat ya Mb..
    Benar sekali...sekarang kembali pada diri kita mb kalau emang kita ingin ikut menyumbang pilah2 yang akan diberi...silahkan barang bekas layak pakai, dan juga berupa barang baru atau uang..
    Yang penting semua yg kita keluarkan iklas lahir bathin ya Mb..

    BalasHapus
  4. baru atau bekas atau bahkan uang buat saya ga masalah. yang penting kan niat. kalo niat tulus pasti bermanfaat buat yang menerima.

    BalasHapus
  5. nyumbang tenaga, nyumbang doa juga bisa. atau nyumbang ide, yang penting manfaat. soal kaya, kalo sudah mampu memberi berarti orang kaya dia.

    BalasHapus
  6. bener mbak. Keikhlasan lah yang membuat kita dapat keridhoan-Nya. Bukan karna bagusnya pemberian kita.

    BalasHapus
  7. Benar sekali Mbak, untuk menyumbang tidak harus menunggu kaya dulu. Barang bekas tapi layak pakai tentu berarti bagi saudara2 kita yang membutuhkan. Salut buat Mas dan kawan2, juga buat Mbak.

    BalasHapus
  8. Soal sumbangan ya mba? Kalo emang barang tersebut bener2 di bth kan oleh para korban bencana menurut aq barang baru maupun bekas sama aja.Toh mereka membutuh kan.

    BalasHapus
  9. benar, mbak, yang penting ikhlas, dan barang yang kita sumbangkan benar-benar bermanfaat untuk saudara2 kita.
    Keep spirit, mbak reni. Semoga suami mbak bersama rombongan tiba dengan selamat.aamiiin

    BalasHapus
  10. tetap semangat mbak...klu didengarkan semua celoteh orang, jadi bikin susah mbak..tetap ikhlas aja...

    BalasHapus
  11. mulia sekali bu semoga dapat meringankan beban para korban merapi

    BalasHapus
  12. memang kadang berbuat baik juga masih ada yg mencela mbak :) so biarin aj mbak yg penting kita ikhlas :)

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah banyak ya mba yg nyumbang
    semoga sumbanga dari mba reni dan teman-teman mba reni bisa bermanfaat untu mereka

    BalasHapus
  14. Hmm...ya..kalau kita memang ingin meringankan beban seseorang jangan menjaikan beban juga buat kita....kita membantu saja semampunya...itu jugakan merupakan benutk kepedulian sesama....jadi tak harus baru..he..he..he...

    BalasHapus
  15. Yang penting niatnya. Kan Tuhan yang menilai. Bukan manusia.

    BalasHapus
  16. Saya setuju kalau menyumbang itu tidak harus menunggu kaya/berlebih, yang penting niat baik dan keikhlasan.
    Terkadang untuk menyumbang/sedekah memang harus dipakasakan, kalau tidak begitu bisa-bisa tidak pernah kita bisa berbagi dan berbuat suatu kebaikan, karena kalau nuruti keinginan manusia biasanya selalu kurang he.he

    Terimakasih

    BalasHapus
  17. @Mas Abi > maksudku juga begitu.. meskipun bekas tapi kondisinya masih bagus dan layak dipakai.

    @Clara > memang lebih baik jika bisa memberikan yang baru, tapi kalau tak punya yang baru bukan berarti dilarang menyumbang kan ?

    @M.Mul > yups... intinya menyumbang sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang penting ikhlas.

    @Raja > betul... apapun bentuknya, Insya Allah bermanfaat kok.

    @Matavip > kaya tak hanya diukur dari materi saja kan..? Orang kaya tapi pelit, tak bisa disebut sbg orang kaya... hehehe

    @Sientrue > Insya Allah begitu... dan semoga yang menerima pun senang. Iya kan ?

    @Masbro > siapa saja berhak menyumbang, baik yang kaya ataupun miskin, tentu saja tergantung kemampuan masing-masing.

    @M.Suratman > bantuan ini memang diperuntukkan bagi yang membutuhkan. Jika tak merasa butuh, ya sudah... gak dipaksa utk menerima.

    @M.Annie > terima kasih doanya mbak.. :)

    @Mukrr > iya memang, jika sibuk memikirkan komentar orang, kita tak dapat bergerak sama sekali.

    @Bang Munir > Insya Allah... semoga saja bermanfaat bagi mereka, Bang.

    @M.Aulawi > begitulah.., niat baik tak selamanya diterima dengan baik.

    @ria > ternyata banyak juga yang menyumbang. Benar2 diluar perkiraanku nih.

    @Kakve > Insya Allah utk para korban Merapi yg tersebar di 3 kab : Magelang, Klaten, Boyolali.

    @teras info > begitu jugalah maksudku... hehehe

    @Bang Ivan > yups... setuju...

    @M.Sukadi > berbagi memang membutuhkan kesadaran.. bahkan untuk berbagi barang bekas pun ada yang merasa sayang, apalagi jika diminta utk membagi barang baru.

    BalasHapus
  18. met kenal mbak....mungkin kata-kata bekas diganti saja dengan barang-barang masih layak pakai dan berfungsi dengan baik, karena konotasi kata bekas tidal selalu bernada positif. Namun untuk menyumbang apapun, sebaiknya ditentukan langsung oleh panitia agar tidak merepotkan. simpati kami buat orang2 didaerah bencana.

    BalasHapus
  19. Mba, gw ada kirim imel di pesbuk. Tolong dibuka yah. Thanks :-)

    BalasHapus
  20. Betul..betul mba, smua awalnya dari ketulusan. ndak masalah itu barang baru atau bekas yang penting masih pantas & bersih. smua bisa membantu saudara kita yg kena musibah. salut deh..

    BalasHapus
  21. @Necky > sebenarnya aku tidak memakai kata baju bekas kok waktu mengajaknya utk berpartisipasi. Aku mengatakan baju pantas/layak pakai. Yang menyebutkan 'baju bekas' adalah temanku itu...

    @M.Susan > thanks mbak...

    @M.Nita > maksudku sih juga begitu, tapi tiap orang berbeda2 dlm menyikapinya ternyata.

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)