Jumat, 05 November 2010

Ketika ijin itu kuberikan

Kemarin pagi, di saat aku sedang sibuk dengan pekerjaan kantorku tiba-tiba HPku bergetar. Rupanya ada SMS dari suami tercinta. Segera saja kubaca SMS-nya yang ternyata berbunyi seperti ini :
"Pagi cinta.... Ma, sabtu aku boleh berangkat ke Yogya tidak?"

Membaca SMS itu aku mau tak mau mengernyitkan dahi. Ada apa ini, kok tiba-tiba suamiku ingin berangkat ke Yogya ? Memang sih, sudah lama sekali kami sebenarnya ingin ke Yogya, tapi sayang sampai sekarang belum terlaksana juga. Biasanya kalau ada sesuatu, suamiku lebih senang membicarakannya di rumah daripada via SMS. Jika sekarang berbeda berarti suamiku menganggap hal ini penting dan butuh jawabanku segera.

Sewaktu kutanyakan alasannya mengapa tiba-tiba ingin berangkat ke Yogya, suamiku menjawab ingin menengok para pengungsi Merapi sekaligus membawa sumbangan ala kadarnya. Kebetulan juga, teman suamiku yang aktif di PMI juga sedang sibuk di area pengungsian itu. Mungkin suamiku ingin bergabung di sana.

Aku tak bisa langsung mengiyakan permintaan suamiku itu. Aku memintanya minta ijin dulu pada Shasa, dan jika Shasa tak keberatan maka aku pun akan mengijinkannya pergi. Herannya, tak seperti biasa... saat ayahnya mengutarakan niat berangkat ke Yogya Shasa langsung mengijinkan. Dia tak keberatan sama sekali dengan kepergian ayahnya kali ini. Karena Shasa sudah mengijinkan..., maka aku pun memberikan ijin bagi suamiku untuk berangkat ke Yogya pada Sabtu besok.

Setelah ijin ke Yogya didapatkan, suamiku tampak sangat gembira. Seharian kemarin dia berusaha dengan berbagai cara untuk menyenangkan aku dan Shasa. Berulang kali diciumnya aku dan Shasa. Dibantunya aku mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga. Dibantunya Shasa mengerjakan PR sekolahnya. Diajaknya aku dan Shasa jalan-jalan keliling kota kemarin malam.

Aku memaklumi kegembiraannya itu. Suamiku yang lahir di Yogyakarta (dan punya banyak teman dan saudara yang tinggal di Yogya) memang punya ikatan emosional dengan tanah kelahirannya itu. Setiap kali suamiku ada dinas ke Jakarta/Bogor, pulangnya pasti disempatkan mampir ke Yogya meskipun hanya beberapa jam saja. Jika kini tanah kelahiran yang dicintainya sedang tertimpa bencana, pasti dia ingin segera berangkat kesana. Apalagi kakak sepupunya yang tinggal di Jakarta juga telah pulang ke Yogya dan telah mengunjungi setiap barak pengungsian yang ada.

Hari ini agenda suamiku adalah menarik kembali uang muka pembelian hewan qurban yang telah kami bayarkan sebelumnya. Rencana qurban tahun ini terpaksa berubah. Jika sebelumnya kami lebih memilih mengirimkan hewan qurban ke sekolah-sekolah yang 'minus' maka kali ini hewan qurban kami akan kami sumbangkan untuk para pengungsi Merapi. Semoga saja bisa sedikit meringankan beban saudara-saudara kita di sana. Amin...

Jadi begitulah... sejak ijin untuk ke Yogyakarta kuberikan, suamiku jadi semakin semangat dan ceria. Melihatnya bahagia seperti itu... aku pun ikut bahagia... Love you, Hubby....

12 komentar:

  1. ih, sok kayak anak muda deh... ghahahah. seneng saya bacanya bu. :)

    BalasHapus
  2. Owh.. so sweet hhe..... tapi koQ shasa gak ngambek dan minta ikut Mbak??? biasanya kan klo anak2 pengennya ikutan klo ortunya pergi hhe....

    Semangat n met aktivitas...

    BalasHapus
  3. Ternyata suami mbak Reni wong Yogya toh... Moga lancar ya perjalanan ke Yogyanya

    BalasHapus
  4. salam sobat
    baru tahu suami mba Reni berasal dari Yogyakarta.
    semoga bencana segera berakhir di Indonesia.

    BalasHapus
  5. semoga baik2 saja ya Mbak, Amin :)

    BalasHapus
  6. sabar adalah salah satunya jalan yang terbaik deh!

    BalasHapus
  7. aih suaminya baik sekali mau bantu2 pekerjaan di rumah..

    BalasHapus
  8. mulia banget yaa... salam buat korban merapi. :)

    BalasHapus
  9. meski sudah menikah terkadang memang seorang suami masih punya kegembiraan sendiri seperti ketika masih bujang, misal masih suka main game, keluar bersama teman2, atau sekedar keluyuran sendiri

    BalasHapus
  10. Dengan situasi bencana seperti itu, memang berat ya mbak melepas yg kita cintai mendekat ke tempat bencana, takutnya da apa2. Tp krn niatnya baik, ya masa dilarang ya mbak. Salut buat mb.Reni dan Sasha :)

    BalasHapus
  11. @ReBorn > eh... bukannya aku masih muda..? hahaha

    @Ferdinand > Biasanya sih Shasa sedih kalau ayahnya pergi, tapi kali ini kok dia dengan mudahnya memberikan ijin.

    @M.Fanda > Ibu Mertua itu orang Yogya asli mbak.. dan suami lahir di Yogya juga.

    @M.Nura > Iya mbak... semoga semua bencana di tanah air kita segera berakhir ya.. Amin.

    @Diah > Amin... makasih doanya.

    @Rahmat > Betul... thanks.

    @M.Fanny > syukurlah, dia mau bantu2 mbak. Repot kalau dia gak mau bantu, karena di rumah gak ada ART.

    @Little foot > Doakan para korban merapi ya.. semoga mereka sabar dan tabah.

    @Joe > betul sekali... privacy itu hak siapa saja. Melihat orang yg kita cintai bahagia, rasanya kita juga turut bahagia kan..?

    @M.Winny > emang sih mbak... berat rasanya melepasnya pergi. Ibu Mertua (yang asli Yogya) udah wanti2 pada suamiku agar tidak pergi terlalu ke utara... khawatir ada apa2.

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)