Sebut saja namanya Anti. Dia adalah janda yang suaminya meninggal karena sakit dan memiliki 2 orang anak. Setelah sekian lama menjanda, dia menikah lagi dengan seorang duda cerai yang memiliki 2 orang anak juga. Menurut banyak wanita (di sekitarku), pernikahan Anti itu ibarat mencari masalah baru.
Masalah utama adalah karena dia menikahi duda cerai. Meskipun anak sang duda itu ikut ibunya, tapi kehadiran mantan istri dan anak itu pasti tak bisa dilepaskan dari kehidupan mereka selanjutnya. Selain itu, sang suami tetap harus memberi tunjangan kehidupan bagi mantan istri dan anaknya.
Yang kedua bernama Dini. Dia adalah janda yang suaminya meninggal dan memiliki 1 orang anak yang sudah mandiri. Dia menikahi seorang duda beranak 2, satu orang masih SMP dan satu orang sudah kuliah. Dulu, saat dia hidup dengan suami pertamanya, (lagi-lagi) menurut banyak wanita (di sekitarku) hidupnya sangat enak. Dia tak pernah direpotkan dengan urusan antar jemput anak, karena semua sudah diurusi suaminya. Dia juga tak pernah diributkan dengan urusan kerumahtanggaan, karena suaminya menyediakan asisten rumah tangga untuknya.
Sementara di pernikahan keduanya, dia harus mengantar jemput anak dari suami barunya. Dia juga harus disibukkan dengan urusan kerumahtanggan karena suaminya tak menyediakan asisten rumah tangga untuknya. Sekali lagi, bagi banyak wanita (di sekitarku) Dini dianggap mencari masalah dengan menikah lagi.
"Mengapa mau menikah lagi ? Kok senengnya repot dan cari masalah."
Begitulah kalimat tanya yang sering aku dengar dan menjadi kasak-kusuk beberapa orang saat ada seorang janda yang menikah lagi dengan duda yang punya anak. Aku sendiri heran, mengapa kalimat seperti itu muncul ? Mengapa bagi sebagian besar kaum wanita (di sekitarku) menikah lagi dengan seorang duda (yang memiliki anak) dianggap sebagai mencari masalah baru ?
Bahkan ada seorang wanita yang kebetulan berprofesi sebagai guru berkata padaku bahwa jika dia terpaksa harus hidup sendiri dengan anak-anaknya, dia tak akan menikah lagi. Dia menegaskan, dia tak mau di usianya yang kian tua dia harus repot dan menghadapi masalah-masalah baru jika harus menikah lagi. Dengan tegas dia mengatakan bahwa baginya, menikah lagi di usia yang tak lagi muda dengan seorang duda adalah menerjunkan diri dalam kesengsaraan.
Aku sendiri heran dengan anggapan yang muncul itu. Bukankah setiap orang butuh pendamping hidup ? Bukankah justru di usia yang kian senja seseorang berharap mempunyai teman untuk mengisi hari-hari yang mungkin kian sepi ? Bukankah jika bersama orang yang kita cintai, segala sesuatunya (yang mungkin bagi orang lain terasa sulit) jadi terasa mudahdan menyenangkan ?
Apakah salah jika seseorang ingin menikah lagi ? Kurasa tidak... karena setiap orang pasti ingin hidup bahagia. Mungkin bagi sebagian besar orang, menikah lagi dengan duda di usia yang kian senja adalah sesuatu yang menghambat kebahagiaan. Tapi aku yakin, bagi sebagian besar lainnya... justru akan memberikan kebahagiaan. Jadi, mengapa kita mesti repot mempertanyakan mengapa seseorang mau menikah lagi ? Toh, jalan setiap orang menuju bahagia memang berbeda-beda. So.... nikmati saja hidupmu dan berbahagialah dengan caramu sendiri, yang penting tidak merugikan orang lain.
Kurasa lebih baik begitu. Bagaimana menurutmu....?
Masalah utama adalah karena dia menikahi duda cerai. Meskipun anak sang duda itu ikut ibunya, tapi kehadiran mantan istri dan anak itu pasti tak bisa dilepaskan dari kehidupan mereka selanjutnya. Selain itu, sang suami tetap harus memberi tunjangan kehidupan bagi mantan istri dan anaknya.
Yang kedua bernama Dini. Dia adalah janda yang suaminya meninggal dan memiliki 1 orang anak yang sudah mandiri. Dia menikahi seorang duda beranak 2, satu orang masih SMP dan satu orang sudah kuliah. Dulu, saat dia hidup dengan suami pertamanya, (lagi-lagi) menurut banyak wanita (di sekitarku) hidupnya sangat enak. Dia tak pernah direpotkan dengan urusan antar jemput anak, karena semua sudah diurusi suaminya. Dia juga tak pernah diributkan dengan urusan kerumahtanggaan, karena suaminya menyediakan asisten rumah tangga untuknya.
Sementara di pernikahan keduanya, dia harus mengantar jemput anak dari suami barunya. Dia juga harus disibukkan dengan urusan kerumahtanggan karena suaminya tak menyediakan asisten rumah tangga untuknya. Sekali lagi, bagi banyak wanita (di sekitarku) Dini dianggap mencari masalah dengan menikah lagi.
"Mengapa mau menikah lagi ? Kok senengnya repot dan cari masalah."
Begitulah kalimat tanya yang sering aku dengar dan menjadi kasak-kusuk beberapa orang saat ada seorang janda yang menikah lagi dengan duda yang punya anak. Aku sendiri heran, mengapa kalimat seperti itu muncul ? Mengapa bagi sebagian besar kaum wanita (di sekitarku) menikah lagi dengan seorang duda (yang memiliki anak) dianggap sebagai mencari masalah baru ?
Bahkan ada seorang wanita yang kebetulan berprofesi sebagai guru berkata padaku bahwa jika dia terpaksa harus hidup sendiri dengan anak-anaknya, dia tak akan menikah lagi. Dia menegaskan, dia tak mau di usianya yang kian tua dia harus repot dan menghadapi masalah-masalah baru jika harus menikah lagi. Dengan tegas dia mengatakan bahwa baginya, menikah lagi di usia yang tak lagi muda dengan seorang duda adalah menerjunkan diri dalam kesengsaraan.
Aku sendiri heran dengan anggapan yang muncul itu. Bukankah setiap orang butuh pendamping hidup ? Bukankah justru di usia yang kian senja seseorang berharap mempunyai teman untuk mengisi hari-hari yang mungkin kian sepi ? Bukankah jika bersama orang yang kita cintai, segala sesuatunya (yang mungkin bagi orang lain terasa sulit) jadi terasa mudahdan menyenangkan ?
Apakah salah jika seseorang ingin menikah lagi ? Kurasa tidak... karena setiap orang pasti ingin hidup bahagia. Mungkin bagi sebagian besar orang, menikah lagi dengan duda di usia yang kian senja adalah sesuatu yang menghambat kebahagiaan. Tapi aku yakin, bagi sebagian besar lainnya... justru akan memberikan kebahagiaan. Jadi, mengapa kita mesti repot mempertanyakan mengapa seseorang mau menikah lagi ? Toh, jalan setiap orang menuju bahagia memang berbeda-beda. So.... nikmati saja hidupmu dan berbahagialah dengan caramu sendiri, yang penting tidak merugikan orang lain.
Kurasa lebih baik begitu. Bagaimana menurutmu....?
Menurutku, itu tergantung persepsi tiap orang dalam mendefinisikan masalah.
BalasHapusBagi sebagian orang, menjemput anak tiri adalah masalah.
Tapi bagi orang yang menikah lagi, kesendirian itu adalah masalah besar baginya.
Bagimu masalahmu, dan bagiku masalahku.
saya setuju bu. justru rasa bahagia akan lebih terasa kalo dibagikan kepada orang yang tersayang. kalo yang disayangi banyak, rasa bahagia juga pasti lebih banyak. :)
BalasHapusMenikah lagi tentu oke kalau ketemu yang cocok, begitu juga nggak menikah lagi juga oke kalo nggak ada yang cocok. Gitu aja kok repot, ya Mbak?
BalasHapusAduh bu... klo aku kan belum pernah menikah jadi bingung hehehe... tp klo harus jawab menurut aku sich, selama bisa saling melengkapi dan saling bekerja sama dalam satu rumah tangga ya gpp klo nikah lagi tp klo malah tambah susah udah az, jgn nikah lagi,, hehe
BalasHapus@m.Vicky > dan ternyata bagi mayoritas wanita di lingkunganku, menikah lagi dan harus mengurus anak2 tiri yg masih kecil adalah masalah besar..
BalasHapus@ReBorn > Itulah, setiap orang punya sudut pandang berbeda. Ada orang yang merasa sangat bahagia bila melihat orang2 yg disayanginya bahagia...
@Mumammad A Vip > Nah... betul itu. Gitu aja kok repot. Selama yang menjalani enjoy aja, mengapa kita yang repot ya..? hehehe
@Ritma > semuanya memang berpulang pada diri kita masing-2. Jika kita siap menikah lagi dan siap menerima pasangan kita seutuhnya, aku rasa kita tetap akan dapat merasa bahagia kan..?
bila menikah lagi bisa menjadi lebih tenang dan bahagia kenapa tidak. Mengenai kerepotan yang menyertai kalau memang yang bersangkutan tak msalah yaa tak apa, itu sudah pilihannya.
BalasHapusAsalkan seua tentram gak ada ribut-ribut dengan mantan istri suaminya.. rasanya gak masalah.
kalau menikah lagi untuk mendapatkan kebahagiaan sih ngga ada masalah, tapi memang menikah untuk pertama kali dan kedua kali itu berbeda, karena ada pembanding, istriku dulu begini istri baru kok begini, suamiku dulu begini, kenapa suamiku yg baru begini. Kalo menikah sekali saja sampai ajal memisahkan kan ngga ada pembanding, baik, buruk,kurang lebih, begitulah dia suamiku apa adanya. Tapi tidak selalu begitu kok, banyak juga yg menikah lagi dia menjadi lebih baik dan bahagia, itulah rahasia Tuhan seperti juga jodoh itu sendiri.
BalasHapusMenurut saya mbak, saya akan menikah hanya satu kali di kehidupan ini jadi untuk menikah lagi, ya butuh pikir2 panjang dulu....
BalasHapus@m.Nita > yang penting memang setelah menikah mendapatkan ketentraman ya mbak..
BalasHapus@ichwana > terima kasih dah mampir...
@M.Misfah > memang berat kalau selalu dibandingkan dg yang lain ya mbak.
@Embun > Amin... semoga keinginannya utk menikah sekali seumur hidup dapat terwujud.
menikah atau tidak menikah, kadangkala merupakan pilihan. tapi bisa jadi takdir juga...
BalasHapusya semua orang beda mbak
ada yang kepingin menikah
ada yang gak pingin...
setuju sekali,
yang penting gak merugikan orang lain, apapun pilihannya, monggo aja
sejatinya setiap orang membutuhkan pasangan. entah itu dalam keadaan tua atau masih muda.
BalasHapusjika seseorang memahami dunia pernikahan adalah masalah, maka dia akan beranggapan demikian. nikah lagi = masalah baru.
Fkiran q bgtu,mnkh lg msalh bru lgi
Hapusmenurutku gpp mba kalau mereka menikah lagi asalkan itu membuat mereka bahagia
BalasHapuskalau nantinya menjadi repot ya gpp asal bahagia menjalankan kehidupan mah ^___^
Hehe, menikah atau tidak menikah (lagi) di usia bagaimanapun, jelas menyangkut jodoh mbak. Siapapun boleh saja yakin pada pilihannya, kalau jodoh sudah datang, siapa yang bisa menolak.
BalasHapusmungkin kembali ke individunya kali ya??, janda sdh punya anak,,tetapi mungkin dengan kehadiran si buah hati apalagi kalo masih kecil dianggap belum cukup utk menghibur kesendiriannya,,,,,,tapi entahlah tergantung kebutuhan masing2.
BalasHapuspastilah semua Orang ingin hidupnya bahagia,,,apa lagi klo cowok,,,,pengalaman temen gua yang ditinggal istinya,,jadi bengong tuh dia sejak ditinggal pergi,,,,he,he,he
BalasHapuskalau menurut saya malah lebih baik menikah lagi bu, walaupun saya belum pernah mengalami... xixixi
BalasHapussiapa tahudengan menikah lagi ada tempat untuk curhat, bisa musyawarah...
beda kepala beda pemikiran
BalasHapusnikmati aja untuk ibadah
maaf baru bisa mampir lagi neh mba
@M.Elsa > setiap orang memang memandang suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda ya mbak.
BalasHapus@Hapia > cara pandang seseorang memang mempengaruhi perilakunya ya..?
@m.Ria > yups.. yang dicari dalam hidup ini kan kebahagiaan ya..? Dan ukuran kebahagiaan tiap2 orang berbeda-beda.
@M.Elly > bener juga mbak... Lucu juga ya, jika seseorang udah berniat gak nikah lagi, tapi tahu2 ketemu jodoh dan akhirnya tak bisa mengelak lagi.
@Hantu FB > memang semua tergantung kebutuhan masing2.. :)
@Catatan Kecil> wah bahaya tuh kalau sampai bengong terus2an... hehehe
@Khoirul > enaknya punya pasangan itu ya ada yg diajak bicara dan berbagi suka duka...
@Bang Atta > selamat menikmati ibadah barunya Bang Atta... hehehe
Klo saya sih memilih untuk tidak menikah lagi, ga ada suami kerjaan kita kan jd berkurang Bu, jd cuma anak kita aja yg kita urusin...he...he...
BalasHapusseorang perempuan memilih menikah lagi pasti karena saat itu dia sedang jatuh cinta dengan seseorang pria, nah di saat - saat seperti ini biasanya perempuan tersebut kurang bisa berpikir logis ( mabuk cinta ) sehingga bagi perempuan yang menikah lagi di usia senja harus diberi masukan - masukan yang kadang terdengar pahit tapi itu adalah hal - hal yang harus dihadapi saat berumah tangga dengan pasangan yang juga berusia senja, seperti masalah kesehatan, masalah finansial, masalah - masalah keluarga besar dan opini masyarakat/lingkungan.....hal ini sering terlupakan namun sering muncul kemudian dan mengganggu keharmonisan dengan suami/istri bahkan hubungan dengan pihak keluarga besar.......bila tidak siap mental maka bukan tidak mungkin pernikahan di usia senja menjadi mimpi buruk yang akhirnya menjadi sesal apalagi bila kehidupan sebelumnya si perempuan ini lebih bahagia dan sejahtera..........semoga bermanfaat
BalasHapusMenikah lagi apalagi dengan duda yang juga punya anak adalah suatu KESALAHAN BESAR..jika anaknya masih kecil, istri baru harus mengurus, jika anak sudah besar, istri baru harus mengalah, baik dari segi waktu apalagi finansial..sy istri ke tiga, 2 anak tiri saya sangat bisa mendramatisir atau membuat suami saya merasa sangat bersalah thdp mereka, padahal yg mereka inginkan hanyalah uang..saya menyesal mengetahui bhw suami menikahi saya hanya karena saya sdh mapan..tapi nasi sdh menjadi bubur..sekarang ini pekerjaan saya diambil alih suami..dan hasilnya duami prrgunakan utk mencukupi kebutuhan anak anak dan istrinya dari perkawinan pertama..sedangkan saya harus menafkahi kebutuhan saya sendiri dgn bekerja pd org tua saya...sungguh nenyedihkan mmg, tp spt saya katakan, nasi sdh menjadi bubur, jika bercerai habis semua yang sudah saya capai selama ini..semua pasti diambilalih suami saya..
BalasHapusaku yang sudah mengalaminya sendiri....aku duda bercerai dengan istriku yang pertama dan aku menikah lagi dengan janda yang ditingga meninggal suaminya.....aku baru berjalan setahun dengan istri ku yang ini....memang sulit dan harus penuh sabar dan ketenangan dengan menghadapi kehidupan baru.
BalasHapusaku duda membawa anak sedangkan istriku sekarang janda membawa anak....intinya kita harus selalu sabar dan tenang menjalani hidup walau kadang ada batu terjal yang menghadang
Informasi yang sangat bermanfaat, terimakasih
BalasHapus-Irgi Zanuar
Visit Us
Thank you for nice information.
BalasHapusPlease visit my site on bellow :)
Pendaftaran Uhamka
Pendaftaran Uhamka