Selasa, 19 April 2011

Apa yang harus dilakukan?

Selama pelaksanaan diklat ini, aku banyak sekali dihadapkan pada berbagai contoh kasus. Kami peserta diklat diharapkan bisa menyelesaikan kasus-kasus tersebut dengan ilmu yang kami miliki dan ilmu yang baru saja diberikan selama pelaksanaan diklat.

Terbiasa berhadapan dengan berbagai kasus, maka kali ini aku ingin juga berandai-andai dan menampilkan suatu kasus. Aku hanya ingin tahu apa dan bagaimana sikap sahabat-sahabat semua jika berhadapan kasus di bawah ini.

OK.., kasusnya seperti ini.

Ani bekerja di sebuah perusahaan yang memiliki banyak cabang di beberapa daerah. Suatu kali pimpinan perusahaan itu menghendaki mengadakan pelatihan untuk beberapa pegawainya. Yang ditunjuk untuk mengikuti pelatihan itu bukan hanya pegawai dari kantor cabang yang ada di beberapa daerah, tapi juga pegawai yang ada di kantor pusat.

Ani yang bekerja di kantor pusat dan bertanggungjawab dalam urusan SDM, ditugaskan untuk menjadi ketua pelaksana kegiatan pelatihan itu. Ani harus menyiapkan berbagai hal demi terlaksananya pelatihan itu, mulai dari menghubungi nara sumber pelatiha, menyiapkan penginapan sampai urusan konsumsi.

Selain sebagai penanggungjawab pelaksanaan pelatihan itu, Ani pun diminta oleh pimpinan perusahaan untuk mengikuti pelatihan itu. Pimpinan menghendaki selama pelaksanaan pelatihan itu, semua peserta menginap di asrama. Alasan pimpinan adalah agar panitia dapat memantau bagaimana sikap dan perilaku semua peserta selama pelatihan itu.

Namun dalam pelaksanaannya, ternyata banyak peserta yang memilih untuk tidak tidur di asrama  dengan berbagai alasan sebagai berikut :
jam pelaksanaan pelatihan hanya berakhir sampai sore, sehingga mereka malas untuk tidur di asrama, beberapa memilih untuk pulang ke rumah atau menginap di tempat saudara mereka. Sedangkan bagi peserta pelatihan yang berasal dari daerah lain dan tak punya saudara di kota itu, terpaksa tetap tinggal di asrama.
asrama dimana pelatihan dilaksanakan terkenal sebagai tempat yang 'angker' sehingga banyak yang merasa takut untuk tidur di asrama pada malam hari.

Kebetulan, semua peserta wanita tak ada yang berani untuk tidur di asrama pada malam hari. Hal itu cukup membuat Ani bingung untuk menentukan sikap. Apakah dia harus ikut meninggalkan asrama pada malam hari dan tidur di rumah seperti peserta yang lain? Ataukah dia harus bertahan sendiri di asrama bersama beberapa peserta pria yang kebetulan tak punya saudara di kota tersebut?

Jika Ani memilih pulang, dia selaku penanggungjawab pelaksana pelatihan merasa segan untuk melanggar aturan yang mengharuskan peserta pelatihan harus menginap di asrama. Sementara jika dia bertahan untuk menetap di asrama, maka dia harus menepis anggapan bahwa tempat tersebut 'angker'. Yang membuat Ani bingung adalah ternyata pimpinan yang mengetahui bahwa pelatihan tersebut tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan (karena banyak peserta pelatihan yang tidak tidur di asrama) hanya diam saja dan tidak mengambil tindakan apa-apa.


Nah, jika sahabat berada dalam posisi Ani, pilihan apa yang akan Sahabat lakukan?

17 komentar:

  1. Kalau aku jd Ani, setelah acara selesai dan peserta pada sibuk2 mau pulang aku bakal dekatin mereka dulu. Coba jelaskan ke mereka keinginan panitia utk menginap di asrama agar bisa memantau prilaku peserta. Hmm.. sisipin aja klo itu masuk dalam penilaian kinerja mereka. Tapi klo jurus itu gak mempan jg, aku gak bisa maksa mereka krn toh mereka udah dewasa.
    Kalo pimpinan jg ternyata tau soal itu juga tapi dianya anteng2 aja, aku bakal pulang ke rumah seperti peserta yang lain. Soalnya aku gak nyaman klo sendirian cewek sementara rekan lainnya cowok.. heheheh
    #pasti neh aku gak pantas jd panitia pelaksana ya mbak hehehe

    BalasHapus
  2. dilema juga nih sebagai ani, tapi kalau takut gimana ya hehehe

    BalasHapus
  3. kalau memang demi kebaikan tak ada salahnya untuk bersikap tegas dan disiplin. dulu sewaktu saya diklat prajabatan di malang, juga merasakan betapa ketatnya pelaksanaan sehingga bahkan waktu makanpun ada aturannya

    BalasHapus
  4. Memang susah juga bu kalau ada acara pelatihan. Pasti ada saja peserta dengan berbagai alasan tidak tidur di penginapan/asrama yang telah disediakan. Padahal sudah diwanti-wanti panitia. Tapi selalu saja kejadian tersebut berulang

    BalasHapus
  5. pertama, saya akan buat survey kecil-kecilan.. apakah yang bisa membuat peserta mau tidur di asrama.
    kedua, saya ngasih contoh.. biar nggak dipikir angker.
    ketiga, kaloo cara terakhir nggak diperoleh.. maka saya bilang ke pimpinan gimana kalo tunjangan/fasilitas/uang diklat untuk peserta baru akan diberikan jika setidaknya 75% hari diklat peserta menginap di asrama. Ada absennya, biar fair.

    kalo nggak bisa halus, kadang butuh ancaman dan paksaan loh!

    BalasHapus
  6. jika aku menjadi...Ani..
    "ajak temen-temenku,bulek, bude, ponakan utk nemeniku di asrama" biar rameee dan ga takut angker. Jiahahahaha....:))

    BalasHapus
  7. kalo menurut saya, ani tetep aja tidur di asrama.. yah setidaknya menunjukan ke peserta yang lain kalo dia emang layak jadi penanggung jawab. bagi saya, aturan teteplah harus ditegakan.

    BalasHapus
  8. kalau jadi ani aku konsul ke pimpinan...kalau tetap gak ada tindak lanjut...yach...tetap jalani aja tidur sendirian lagi....

    Ternyata kedewasaan usia tak mendukung juga dengan kedewassan bersikap ya....

    BalasHapus
  9. Sulit juga ya...berhubung aku orangnya penakut jadi kalau aku jadi ani mungkin akan menumpang kerumah saudara yang dekat, tapi jika tidak ada mungkin akan dengan terpaksa meminta ditemani oleh teman laki2 yang menurut aku dekat dengan aku....

    BalasHapus
  10. wah dulu sewaktu KKN asramaku juga terkenal angjer... jangan takut ada Allah yg melindungi

    BalasHapus
  11. Menurut saia, Ani harus tegas dengan dirinya sendiri, bahwa ia sebagai penanggung jawab harus konsekuen dengan tugas dan amanah yang diembannya. Dan itulah yang akan membedakan dirinya dengan peserta lainnya (yang walaupun berkedudukan sama), sebab ia BISA, dan BERANI tampil beda. Soal pimpinan yang berdiam diri, anggap bukan sebuah masalah, sebab toh ini dilakukan bukan untuk menyenangkan pimpinan, tapi demi kepuasan pribadi dan profesionalisme. Akan lain ceritanya kalau dari awal ada kesepakatan bersama (mengetahui pimpinan) yang membolehkan peserta untuk pulang, maka Ani harus ikut menyesuaikan.

    Semangat Mam ^_^

    BalasHapus
  12. mbak ren..yg beri coment..pinter2 ya..dan panjangnya2 lagi....jd bingung deh bagusnya mau komen apa ya.....

    BalasHapus
  13. Wah berat kasusnya mbak.... kalau menurut saya setiap pagiharus dikumpulkan dilapangan peserta yang ikut diklat dikasih pengarahan & wejangan aserta tata tertib diklat, termasuk untuk tinggal diasrama kalau melanggar bisa dikasih sanksi.... itu menurut saya mbak,,,,heheheh

    BalasHapus
  14. Wah maaf ya mba Reni kalo ngga bantu...tapi kalo aku sih milih pulang dan tidur dirumah...takut jadi yang paling cantik...

    BalasHapus
  15. Emp mungkin menjelaskan duduk permasalahannya secara baik2 ke si bos, hmmm
    #bingungsendiri

    BalasHapus
  16. mungkin bisa dibuat jadwal pelatihannya hingga malam kali ya, sehingga mau gak mau peserta tetap bertahan di asrama, ...

    BalasHapus
  17. Hehehe, kalo gw seh Mba, secara penakut tingkat tinggi, pasti bakalan ngabur ajah pulang ke rumah setelah pelatihan *JANGAN DICONTOH, KELAKUAN BURUK!!!* :-)

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)