Sahabat, aku mendapatkan sebuah cerita yang bagus sekali dari seorang teman (seperti biasa, dikirim via email). Cerita ini berasal dari Tiongkok kuno. Aku suka membacanya dan itu sebabnya aku ingin membaginya dengan sahabat semua. Nah, yang ingin tahu bagaimana cerita lengkapnya bisa dibaca di bawah ini ya?
Pada jaman dahulu kala, pada zaman Tiongkok Kuno hiduplah seorang petani yang bertetangga dengan seorang pemburu. Sayang hubungan mereka kurang harmonis. Penyebabnya adalah pemburu itu memelihara banyak anjing yang galak dan tidak terlatih. Anjing-anjing itu sering masuk ke halaman rumah sang petani dan mengejar domba-domba peliharaan sang petani.
Sang petani sudah beberapa kali meminta agar sang pemburu menjaga anjing-anjingnya. Sayangnya sang pemburu tak memperdulikan permintaan itu. Hingga suatu hari domba petani terluka parah setelah diserang oleh anjing-anjing sang pemburu.
Kejadian itu membuat sang petani merasa perlu berkonsultasi pada seorang hakim. Mendengar kisah yang disampaikan oleh sang petani, maka Hakim memberikan nasehatnya.
“Sebenarnya saya bisa saja menjatuhkan hukuman bagi pemburu itu. Saya juga bisa memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjing peliharaannya. Tetapi jika itu saya lakukan maka anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang anda pilih, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?”
Setelah berpikir sejenak petani itu menjawab bahwa dia lebih suka mempunyai seorang teman.
“Baiklah kalau begitu. Saya akan menawari Anda sebuah solusi supaya Anda dapat menjaga domba-domba tetap aman dan akan membuat tetangga Anda tetap sebagai teman.”
Tentu saja petani itu sangat senang mendengar perkataan sang Hakim. Tak lama kemudian sang Hakim pun menjelaskan solusi yang ditawarkannya. Mendengar solusi dari pak hakim, wajah petani itu berseri-seri. Dia pun bertekad untuk segera melaksanakan solusi itu sesampainya di rumah.
Begitulah, saat sang petani kembali ke rumah, dia langsung menuju ke kandang domba-dombanya. Diambilnya tiga domba terbaik yang dimilikinya dan dihadiahkannya kepada tiga anak sang pemburu. Anak-anak sang pemburu menerima pemberian itu dengan sukacita. Tak menunggu waktu lagi, mereka pun asyik bermain dengan domba-domba tersebut. Untuk menjaga mainan baru anak-anaknyanya, maka sang pemburu segera mengurung anjing-anjing peliharaannya. Sejak saat itu anjing-anjing sang pemburu tidak pernah lagi menggangu domba-domba petani.
Selain itu, sang pemburu sering membagi hasil buruan kepada petani. Hal itu dilakukannya sebagai wujud rasa terimakasihnya kepada sang petani. Sebagai balasannya petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya. Dalam waktu singkat mereka berdua telah menjadi teman yang baik.
Pada jaman dahulu kala, pada zaman Tiongkok Kuno hiduplah seorang petani yang bertetangga dengan seorang pemburu. Sayang hubungan mereka kurang harmonis. Penyebabnya adalah pemburu itu memelihara banyak anjing yang galak dan tidak terlatih. Anjing-anjing itu sering masuk ke halaman rumah sang petani dan mengejar domba-domba peliharaan sang petani.
Sang petani sudah beberapa kali meminta agar sang pemburu menjaga anjing-anjingnya. Sayangnya sang pemburu tak memperdulikan permintaan itu. Hingga suatu hari domba petani terluka parah setelah diserang oleh anjing-anjing sang pemburu.
Kejadian itu membuat sang petani merasa perlu berkonsultasi pada seorang hakim. Mendengar kisah yang disampaikan oleh sang petani, maka Hakim memberikan nasehatnya.
“Sebenarnya saya bisa saja menjatuhkan hukuman bagi pemburu itu. Saya juga bisa memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjing peliharaannya. Tetapi jika itu saya lakukan maka anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang anda pilih, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?”
Setelah berpikir sejenak petani itu menjawab bahwa dia lebih suka mempunyai seorang teman.
“Baiklah kalau begitu. Saya akan menawari Anda sebuah solusi supaya Anda dapat menjaga domba-domba tetap aman dan akan membuat tetangga Anda tetap sebagai teman.”
Tentu saja petani itu sangat senang mendengar perkataan sang Hakim. Tak lama kemudian sang Hakim pun menjelaskan solusi yang ditawarkannya. Mendengar solusi dari pak hakim, wajah petani itu berseri-seri. Dia pun bertekad untuk segera melaksanakan solusi itu sesampainya di rumah.
Begitulah, saat sang petani kembali ke rumah, dia langsung menuju ke kandang domba-dombanya. Diambilnya tiga domba terbaik yang dimilikinya dan dihadiahkannya kepada tiga anak sang pemburu. Anak-anak sang pemburu menerima pemberian itu dengan sukacita. Tak menunggu waktu lagi, mereka pun asyik bermain dengan domba-domba tersebut. Untuk menjaga mainan baru anak-anaknyanya, maka sang pemburu segera mengurung anjing-anjing peliharaannya. Sejak saat itu anjing-anjing sang pemburu tidak pernah lagi menggangu domba-domba petani.
Selain itu, sang pemburu sering membagi hasil buruan kepada petani. Hal itu dilakukannya sebagai wujud rasa terimakasihnya kepada sang petani. Sebagai balasannya petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya. Dalam waktu singkat mereka berdua telah menjadi teman yang baik.
berawal dari domaba semua berakhir manis
BalasHapuswah,keren,,,dengan sedikit berbagi ternyata dampaknya sangat luar biasa yaaaaa....
BalasHapuscerita yang sangat bagus mbak...
wuiih... benar2 dahsyat tuh saran pak hakim :) Sangat bijaksana.
BalasHapuspengen deh dapet cerita bagus yang seperti itu ke email setiap hari, hehe
BalasHapuskisah yg indah. memang lebih baik mencari teman daripada musuh. mengalah pun bukan berarti kalah ya.
BalasHapuslebih enak berteman saja ya daripada musuhan
BalasHapusSimple ya mbak ceritanya, kuncinya saling memberi dan tetap berpikir jernih.
BalasHapusGaya bahasanya enak dibaca, g ribet mbak..
nice post
memang untuk melakukan kebaikan itu terkadang kita harus merelakan sesuatu yang kita miliki ya mbak:)
BalasHapusKisah yg sangat mengesankan mbak, saling berbagi dan saling menolong kunci kerukunan
BalasHapusWah seru sekali ceritanya.... bijaksana sekali pak hakimnya........:)
BalasHapusceritanya menyentuh.. bagus, bahkan kedua belah pihak yang kalo orang lain mikir akan berpotensi menjadi musuh, bisa dianggap sebagai teman juga. simbiosis mutualisme kalo orang biologi bilangnya. heheheh
BalasHapussolusi yang cerdas untuk mendapat teman :)
BalasHapuswow.... penyelesaian masalah yang sangat bijak sekali, makasih ya mbak bangus banget utk ku renungkan.
BalasHapusSebagai persahabatan yg tulus, aku berikan anggrek kesayanganku pada mbak Reni, silangkan mbak dijemput di SUKMA.
kalau sadja semua orang bisa bertindak seperti kedua orang tersebut,,,, dunia damai kali yak..
BalasHapusheeheee..
pa kabar mbak reni..?? :D
Wahhh dari domba bisa menjadi akur ya Mb...
BalasHapussaya punya tetangga seperti ini mb bedanya dia pelihara ayam yang suka merusak tanaman bunga tetangga dan suka ninggalin kotoran di rumah tetangga, dan kalau hujan turun baunya kemana-mana..maklumlah mb rumah perumnas.
Tapi susah ...,tidak bisa damai seperti dua cerita mb ini
teman dan musuh memang terlalu tipis batasnya bu...
BalasHapuseh, biasanya kalo diawali dengan pada jaman dahulu kala, suka diakhiri dengan bahagia selamanya..
hehe
mbak ren....hebat banget deh...disaat masih dpt tugas di diklat, masih bisa aja buat cerita yg bagus banget deh....
BalasHapusseorang hakim yg sangat bijaksana...< msh mgkin kah akan ada disini ??>
banyak lho orang indonesia yg terobsesi mencari musuh... lihat saja di forum2 Agama (dijamin panas) :D
BalasHapusAh, kadang kita lupa hal2 sekecil itu
BalasHapusWah hakimnya bijak sekali ya.. *kagum*
BalasHapusCerita yang sangta bagus Mba. Pagi2 baca yang beginian seneng deh :-)
BalasHapus