Siapa saja mungkin pernah merasa tidak bersemangat dalam bekerja. Rasa itu seringkali muncul karena ada anggapan bahwa pekerjaannya adalah pekerjaan sepele dan tidak berarti. Nah, pada saat tidak bersemangat seperti itulah, tak ada salahnya kita mengingat kisah berikut ini.
Ada seorang lelaki tua yang sehari-harinya terlihat menyusuri rel kerata api. Dia selalu terlihat sibuk memeriksa satu per satu mur yang menyangga rel. Jika ada mur yang kendor maka dengan cekatan direkatkannya kembali mur itu.
Suatu hari ada seorang pemuda yang melihat kesibukan lelaki tua itu. Terdorong oleh rasa penasaran, dia pun mendekati lelakui tua itu dan mengajaknya bicara.
Sumber : email seorang teman
Ada seorang lelaki tua yang sehari-harinya terlihat menyusuri rel kerata api. Dia selalu terlihat sibuk memeriksa satu per satu mur yang menyangga rel. Jika ada mur yang kendor maka dengan cekatan direkatkannya kembali mur itu.
Suatu hari ada seorang pemuda yang melihat kesibukan lelaki tua itu. Terdorong oleh rasa penasaran, dia pun mendekati lelakui tua itu dan mengajaknya bicara.
"Sudah berapa lama bapak melakukan pekerjaan ini?" tanya pemuda itu memulai pembicaraan antara mereka.
"Sudah 31 tahun. Waktu aku berumur 20 tahun, aku sudah bekerja sebagai tenaga honorer di perusahaan kereta api"
"Sudah selama itu pak?" tanya pemuda itu terkejut, "dan selama itu bapak tak pernah merasa bosan?"
Lelaki tua itu tersenyum mendengar pertanyaan sang pemuda. Setelah beberapa lama terdiam, barulah lelaki tua itu menjawab.
"Mengapa harus bosan? Aku sangat mencintai pekerjaan ini. Bahkan aku tetap akan mencintainya sampai aku mati. Aku akan tetap melakukan pekerjaan ini, karena disinilah hidupku."
"Apa karena gaji bapak besar sehingga bapak betah dengan pekerjaan ini?"
"Tidak anak muda," lelaki tua itu tersenyum serasa menggelengkan kepala "Gajiku hanya cukup untuk makan aku dan istriku di rumah"
"Apakah bapak masih menanggung biaya hidup anak-anak bapak?"
"Tidak ada. Anakku semua sudah menjadi orang sukses. Mereka tidak lagi memerlukan uangku. Bahkan tidak jarang mereka memberi uang padaku"
"Kalau begitu mengapa bapak tidak berhenti bekerja saja? Bukankah lebih enak menikmati hari tua di rumah bersama istri? Bapak sudah terlihat rapuh dan ringkih melakukan pekerjaan ini"
Orang tua itu tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apa yang bapak cari dari pekerjaan ini? Bukankah semua anak sudah menjadi orang sukses? Istri setia menunggu di rumah? Gaji juga tidak seberapa, bukan? Bukankah lebih enak istirahat di rumah, pak? Lihatlah bapak sudah terlihat sangat rapuh sekarang ini."
"Anak muda, rupanya kau masih belum mengerti apa yang menyebabkan aku begitu mencintai pekerjaan ini. Memang bukan yang kucari."
"Kalau bukan uang, lantas apa pak?" tanya pemuda itu tidak sabar.
"Spirit, anak muda. Semangat, itulah yang aku cari. Coba pikirkan, berapa nyawa yang terselamatkan karena pekerjaanku ini? Jika sehari aja kutinggalkan pekerjaan ini, dan kemudian ada mur penyangga rell yang lepas, itu bisa membahayakan perjalanan kereta api. Bayangkan juga bahwa setiap penumpang kereta api itu pasti memiliki beberapa orang yang mencintainya. Jika seandainya kereta api mengalami kecelakaan dan seluruh penumpangnya meninggal, akan banyak orang yang meratapi kepergian orang-orang yang dicintainya. Nah... spirit itulah yang selalu menemaniku bekerja selama ini."
Mendengar jawaban lelaki tua itu, sang pemuda hanya dapat terdiam tanpa mampu bicara lagi. Dalam hatinya muncul rasa hormat yang sangat besar kepada lelaki tua yang begitu mencintai pekerjaannya dengan keyakinan bahwa pekerjaannya sangat penting bagi orang lain.
"Sudah 31 tahun. Waktu aku berumur 20 tahun, aku sudah bekerja sebagai tenaga honorer di perusahaan kereta api"
"Sudah selama itu pak?" tanya pemuda itu terkejut, "dan selama itu bapak tak pernah merasa bosan?"
Lelaki tua itu tersenyum mendengar pertanyaan sang pemuda. Setelah beberapa lama terdiam, barulah lelaki tua itu menjawab.
"Mengapa harus bosan? Aku sangat mencintai pekerjaan ini. Bahkan aku tetap akan mencintainya sampai aku mati. Aku akan tetap melakukan pekerjaan ini, karena disinilah hidupku."
"Apa karena gaji bapak besar sehingga bapak betah dengan pekerjaan ini?"
"Tidak anak muda," lelaki tua itu tersenyum serasa menggelengkan kepala "Gajiku hanya cukup untuk makan aku dan istriku di rumah"
"Apakah bapak masih menanggung biaya hidup anak-anak bapak?"
"Tidak ada. Anakku semua sudah menjadi orang sukses. Mereka tidak lagi memerlukan uangku. Bahkan tidak jarang mereka memberi uang padaku"
"Kalau begitu mengapa bapak tidak berhenti bekerja saja? Bukankah lebih enak menikmati hari tua di rumah bersama istri? Bapak sudah terlihat rapuh dan ringkih melakukan pekerjaan ini"
Orang tua itu tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apa yang bapak cari dari pekerjaan ini? Bukankah semua anak sudah menjadi orang sukses? Istri setia menunggu di rumah? Gaji juga tidak seberapa, bukan? Bukankah lebih enak istirahat di rumah, pak? Lihatlah bapak sudah terlihat sangat rapuh sekarang ini."
"Anak muda, rupanya kau masih belum mengerti apa yang menyebabkan aku begitu mencintai pekerjaan ini. Memang bukan yang kucari."
"Kalau bukan uang, lantas apa pak?" tanya pemuda itu tidak sabar.
"Spirit, anak muda. Semangat, itulah yang aku cari. Coba pikirkan, berapa nyawa yang terselamatkan karena pekerjaanku ini? Jika sehari aja kutinggalkan pekerjaan ini, dan kemudian ada mur penyangga rell yang lepas, itu bisa membahayakan perjalanan kereta api. Bayangkan juga bahwa setiap penumpang kereta api itu pasti memiliki beberapa orang yang mencintainya. Jika seandainya kereta api mengalami kecelakaan dan seluruh penumpangnya meninggal, akan banyak orang yang meratapi kepergian orang-orang yang dicintainya. Nah... spirit itulah yang selalu menemaniku bekerja selama ini."
Mendengar jawaban lelaki tua itu, sang pemuda hanya dapat terdiam tanpa mampu bicara lagi. Dalam hatinya muncul rasa hormat yang sangat besar kepada lelaki tua yang begitu mencintai pekerjaannya dengan keyakinan bahwa pekerjaannya sangat penting bagi orang lain.
Sumber : email seorang teman
mbak... makasih ya ... bagus banget utk renungan. Iya ya... jika kita mencintai pekerjaan, segala kesulitan akan mudah teratasi ya, mbak...
BalasHapusSeperti kita mencintai pasangan kita, segala kekurangannya bisa kita terima dgn hati lapang, begitu juga dgn pekerjaan.
makasih ya mbak.... bagus banget utk renungan.
BalasHapusJadi kita harus mencintai pekerjaan kita ya, mbak
Salam ..Pagi mb gimaa kabarnya.
BalasHapusBenar mb..pekerjaan yang membuat kita terkadang menjadi rasa bosan dan ingin menggantinya dengan suasanay baru.
Beda jika kita mencintai dan memiliki rasa tanggung jawab..meskipun tua renta atau tak ada lagi tanggungan seseorang tersebut tetap akanmelakukannya.
Dari bapak tua ini kita bisa belajar banyak ya mb.
makasih ya, mbak.... bagus banget utk renungan.
BalasHapusJadi kita harus mencintai pekerjaan kita ya, mbak
Pekerjaan kita adalah tanggung jawab kita, bahkan mungkin bisa berhubungan dengan keamanan, kenyamanan dan keselamatan banyak orang seperti bapak itu.
BalasHapusKalau saya yang paling tidak membuat bersemangat dalam bekerja adalah ketika kondisi kesehatan tidak mendukung.
yah, hidup tidak hanya untuk kuliah kerja, punya suami, punya anak, urus keluarga, tidak cuma itu, makasih mba Reni..
BalasHapuswaw ini postingan sepertinya tuk blue banget....biar blue terus bersemangat jika ada pekerjaannya........hehehheh
BalasHapusselalu menarik postnya
salam persahabatan
manusia sekarang lebih mementingkan uang daripada makna sebuah pekerjaan
BalasHapusSeorang bapak yang memiliki spirit, semoga saya bisa mencontoh beliau, uang mungkin hanya sebatas materi yang suatu saat pasti lenyap, tapi spirit adalah sesuatu yang abadi tidak lekang oleh waktu. saya harus lebih menghargai pekerjaan saya.
BalasHapusmantab bget kisahnya mbak...sosialis bgt..tak memikirkan hanya tuk dirinya sendiri..melainkan orang lain...
BalasHapuscoba aja bnyak orang2 yang mencintai pekerjaannya seperti bapak yg ada di kisah ini...
terimakasih atas kisah nya, memang kita hanya harus mencitai pekerjaan kita sehingga dapat nyaman dalam bekerja
BalasHapushmmm selalu sja saya banyak belajar dari artikel-artikel dari blog yg ini... makasih ya mbak, semoga saya tetap ikhlas, bersabar dan menjalani pekerjaan dengan senang hati..
BalasHapuspekerjaan yg mulia lebih mulia dari merias jenazah mnurut ku
BalasHapusmencintai pekerjaan tentu sesuatu yang luar biasa. saya juga ingin menjadi orang yang bisa selalu mencintai...
BalasHapusmakasih banyak atas perenungannya Mbak...
BalasHapusapapun itu pekerjaan...yang tengah kita jalani..apabila kita mencintai pekerjaan tersebut maka semuanya akan terasa mudah...
BalasHapussetiap orang harus mencintai pekerjaannya terlebih dulu agar bisa betah menjalaninya. kalau saya disuruh memilih..mungkin saya mau menjual kue aja, biar bisa masak kue terus setiap hari, suka sih ^^
BalasHapuskalos aya sih jarang males kerja karena nganggep kerjaan itu ga penting. biasanya karena saya pengen tidur. saya gampang banget ngantuk. tapi ucapan kakek itu patut dicoba. :)
BalasHapusmbak, ini penting banget buat saya yg lagi cari gawe-an.makasih ya:)
BalasHapussip kak
BalasHapuswah,salut..
BalasHapusmoga GUe juga bisa seperti itu.amin
benar kawand
BalasHapusrasanya jenuh sekali bekerja, apalagi kalau bekerja ikut dengan orang lain
Makjleb!
BalasHapusIni keren banget moral of the story.nyaaa
Mendadak Bisu nie Mbak setelah baca ceritanya ampe abiz :P
BalasHapusbiarpun aku juga lumayan cinta ama kerjaanku sekarang, cuma kadang aku akuin ada rasa bosen juga ng'lakuin aktivitas itu tiap hari... dan kadang pengen rasanya pindah aliran ke kerjaan lain Hem... mesti belajar mencintai kerjaan sepenuh hati nie :)
makasih Mbak.. dan maaf aku baru bisa berkunjung lagi :P
Semangat N sukses slalu :P
wow... itulah passion.. ketika seseorang menyadari esensi dari sebuah pekerjaan maka dia akan mencintai pekerjaan. do what you love and love what you do. sama seperti kisah tiga tukang batu, ketika ditanya kamu sedang apa.. tukang pertama bilang sedang menyusun batu dengan semen. tukang kedua bilang sedang membangun sebuah tembok dari bangunan.. dan tukang batu ketiga berkata : sedang membangun sebuah peradaban dan budaya. Ckck.. terlihat mana yang lebih mencintai kaan?
BalasHapuswah,, keren.. coba aja ya semua orang di dunia kayak gitu, aman tentram makmur deh..
BalasHapusAsalamualaikum..
BalasHapusmbak, ceritanya bagus banget. 2 jempol buat semangat sang bapak
semalat malam mbak, ceritanya bagus banget. 2 jempol deh buat semangat sang bapa
BalasHapusbersyukur dan jalani saja Insya Allah semua beres ya
BalasHapussip sip sip jika semua orang bisa punya moral spirit...tapi berapa persen ya....ah!!!
BalasHapuskerja memang bukan semata soal gaji
BalasHapuswalau kalo gaji ga naik naik suka ngomel
hihi
memang sebanyak2nya gaji tak bisa membeli rasa cinta pada sesuatu yang sudah terlanjur dicintai... kepuasan bathin itu mahal :)
BalasHapusmulia nya...
BalasHapus