Sabtu, 15 Oktober 2011

Keluarga Pak Darman

Tak ada yang menyangka bahwa Keluarga Pak Darman akan menghadapi masalah di hari tuanya. Keluarga Pak Darman dulu adalah keluarga yang cukup terpandang. Maklum saja, Pak Darman dan istrinya saat itu adalah pegawai negeri yang mempunyai jabatan yang cukup bagus. Bisa dikatakan, dulu Keluarga Pak Darman dengan keempat anak mereka hidup berkecukupan.

Kini Pak Darman dan istrinya memang sudah menjalani usia pensiun. Sayangnya, mereka tak dapat menjalani masa-masa pensiun dengan tenang.  Penyebabnya adalah karena keempat anak mereka belum sepenuhnya dapat 'dilepas'. Keempat anaknya masih menjadi beban kedua orang tuanya, dengan masalah mereka masing-masing.

Doddy, anak pertama. Sudah berkeluarga dan mempunyai 2 anak lak-laki. Sayangnya, Doddy tak punya pekerjaan dan sampai sekarang yang menjadi pencari nafkah dalam keluarga itu adalah istri Doddy. Mereka tinggal bersama orang tua dari istrinya Doddy. Dalam kondisi seperti ini, Pak Darman dan istrinya seringkali memberikan bantuan finansial untuk mencukupi kebutuhan keluarga Doddy.

Shelma, anak kedua. Sudah berkeluarga dan mempunyai 2 anak laki-laki. Suami Shelma juga pengangguran dan selama ini biaya sekolah anak-anak mereka menjadi tanggungan dari orang tua suami Shelma. Mereka tinggal bersama Pak Darman dan Bu Darman, dan untuk makan sehari-hari mereka sepenuhnya tergantung pada Pak Darman. Untuk mendapatkan penghasilan, Shelma mempunyai sebuah kios kecil di depan rumah Pak Darman. Meskipun hasilnya tak seberapa, tapi dapat dipergunakan untuk memenuhi sebagian kecil kebutuhan hidup mereka.

Cahya, anak ketiga. Sudah berkeluarga namun sampai sekarang belum dikaruniai anak. Cahya adalah satu-satunya anak Pak Darman yang memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap. Meskipun gaji Cahya tak besar, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya berdua bersama istrinya. Hanya saja, belum hadirnya anak dalam keluarga mereka menjadi beban pikiran Pak Darman dan istrinya.

Nitya, anak bungsu. Sudah berkeluarga dan mempunyai 2 anak laki-laki. Suami Nitya mempunyai pekerjaan yang mapan dan gaji yang cukup. Namun, suami Nitya mempunyai penyakit kelainan jantung yang mengharuskannya secara rutin harus kontrol ke rumah sakit. Sementara itu anak bungsu mereka didiagnosa mengidap autis, sehingga perlu perhatian dan penanganan khusus. Hal tersebut juga menjadi beban pikiran Pak Darman dan istrinya.

Banyaknya masalah yang dialami oleh Keluarga Pak Darman tentu saja berbanding terbalik dengan masa-masa 'kejayaan' keluarga itu dulu. Puncaknya adalah saat seminggu yang lalu, Pak Darman mengetahui bahwa Shelma (anak keduanya) telah mengambil perhiasan Bu Darman dan menjualnya. Tentu saja hal itu membuat Pak Darman dan istrinya shock.

Shelma akhirnya mengakui pada kedua orang tuanya bahwa dia terjerat hutang. Selama ini dia punya hutang di banyak tempat, untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya. Dia berhutang kesana kemari untuk "gali lubang tutup lubang". Sampai akhirnya hutangnya menumpuk dan dia tak tahu lagi bagaimana melunasinya. Dalam kondisi terdesak, akhirnya dia nekad mencuri perhiasan ibunya dan menjualnya.

Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Belajar dari kisah kehidupan keluarga Pak Darman itu kita harus mempersiapkan masa depan sebaik mungkin. Kita harus membekali anak-anak kita dengan ilmu dan ketrampilan yang dapat dimanfaatkannya untuk kehidupannya kelak. Yang tak kalah penting adalah kita harus terus menerus mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Bekal agama itu sangat penting karena agama akan menjadi pegangan dalam melangkah.

Terus terang aku tak tahu mengapa Keluarga Pak Darman mengalami kisah seperti itu. Masalah yang mereka hadapi tak ada habisnya. Kalau menurut salah seorang tetangganya, apa yang dialami keluarga Pak Darman karena selama ini Keluarga Pak Darman kurang bersedekah. Benar salahnya..Wallahu a’lam bish-shawab.

Cerita di atas terinspirasi dari sebuah kisah nyata, namun telah mengalami perubahan sedikit di sana sini.

24 komentar:

  1. absen,, menjadi bahan renungan O_O mampir juga ya ke www.tirtadarmantio.com

    BalasHapus
  2. Pelajaran berharga buat semuanya, Mbak. bahwa tak ada yang kekal dalam hidup, kebahagiaan adalah cobaan, pun dengan penderitaan

    BalasHapus
  3. Trenyuh membacanya. Harusnya Pak Darman dan Bu Darman sudah menikmati masa tua dengan tenang. Sangat suka membaca kisah ini, ada sesuatu yang bisa saya petik. Makasih ya Mbak..

    BalasHapus
  4. mempersiapkan mental kayaknya lebih tepat bu
    temanku sudah punya anak 3 sekarang nganggur tapi susah diarahin
    padahal dia sarjana
    diajak ini itu terlalu banyak mikir tapi ga gerak
    dibilangin pasti bisa wong aku yang stm saja ga lulus bisa, tetep susah
    jadinya serba salah
    diurus susah
    ga dibantu, istrinya sering curhat minta tolong..

    BalasHapus
  5. setuju dengan bang Rawins,..membekali mental dengan kejadian yg sewaktu2 kurang menyenangkan memang perlu..tidak selalu hdup kita nyaman tentrem aman sentausa...
    dan setuju dengan mbak Reni..ketrampilan dan ilmu plus iman membuat kita kokoh menghadapi cobaan..
    bersedekah??..wajib banget mbak..justru ketika menghadapi masa sulit, kita lebih banyak memberi kepada org lain..mungkin aneh tapi itu membuat kita tenang..

    BalasHapus
  6. cobaam memang harus dilalui, tapi apa salahnya berikhtiar dan berusaha sekuat tenaga ya

    BalasHapus
  7. seperti peribahasa,today is memory tomorrow is mystery.love,peace and gaul.

    BalasHapus
  8. cobaan adalah bukti bahwa Tuhan itu sayang kpd kita.

    BalasHapus
  9. tak perlu jatuh terlebih dahulu untuk tau rasanya sakit...

    mudah2an cerita keluarga pak darman bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga buat kita semua, ..

    nice post mbak... :)

    BalasHapus
  10. berdasarkan kisah nyata yah ini

    BalasHapus
  11. cerita ini menjadi pelajaran berharga bagiku..... makasih ya mbak telah berbagi

    BalasHapus
  12. ini namanya roda kehidupan. kadang diatas. kadang di bawah. :)

    BalasHapus
  13. "karena selama ini Keluarga Pak Darman kurang bersedekah" karna dalam harta qta ada hak orang lain, bnr tu mba, mungkin kurang sedekah.. nama nya juga hidup mba.. mungkin ini cobaan dr alloh untuk pa darman

    BalasHapus
  14. aku pernah nulis di blog, bahwa doa dan sedekah bisa membuat perubahan hidup. tapi kalo terus-menerus minta dibantu jadinya ya stuck gitu

    BalasHapus
  15. Hmm,,, Setuju BGT Mbak, Kita tidak pernah tau apa yg terjadi dimasa depan, maka Kita harus senantiasa mempersiapkan segala sesuatunya tuk masa depan nanti,,terutama bekal Akhirat Kita!!!
    Waah.. Cerita Nyata yg penuh hikmah dan renungan yg MANTAAFFF BGT!!!
    Pelajaran Hidup yg berharga neh...
    MAKASI BGT Mbak!!!

    BalasHapus
  16. banyak hikmah yg bisa kita ambil dari cerita di atas.
    TFS mba :)

    BalasHapus
  17. saya juga banyak melihat yang seperti itu Mbak. keluarga-keluarga yang dulunya jaya akhirnya malah sengsara setelah menua dan anak-anaknya dewasa. dan anak-anaknya itulah yang menjadi sumber kesengsaraannya. kalau di sekitar saya, sepertinya bukan karena mereka kurang sedekah, tetapi karena dulu sombong dan suka merendahkan orang lain.
    dan saya setuju, anak-anak tak cukup dididik dengan dimasukkan les sana-sini, sekolah bergengsi, jajan banyak dan gadget canggih. tetapi yang paling penting adalah pembentukan mental dan moralnya.

    BalasHapus
  18. yaaa bisa saja karena kurang sedekah, maka pada saatnya Allah mengambil harta itu secara pasti.
    mari bersedekah...

    BalasHapus
  19. cerita nyata yg penug inspirasi mbak...mungkin dulu waktu mereka jaya, orangtuanya terlalu memanjakan...pada akhirnya meskipun mrk sudah berumah tangga..tetap bergantung pada orangtuanya......mudah2an kita semua bisa mengambil hikmah dr kejadian ini.....

    BalasHapus
  20. jadi inget sama tetanggaku mbak. dulu mereka juga jaya. tapi karena anak2 kurang didikan agama akhirnya sekarang semua terjual. pengajaran hidup buat kita ya, untuk mengajarkan pendidikan agama agar anak2 kelak menjadi orang yang bermoral baik dan tidak ngerusui keluarga nantinya.

    BalasHapus
  21. Jadi teringat tetangga aku mbak.. dulu ayahnya jaya banget kerja di pertamina.. pas nikahan juga mewah banget.. tapi ya anak2nya malas sekolah gt jadinya gak kerja.. skrg keluarga anak2nya jadi turun derajat istilahnya.. kerjanya cuma jadi tukang cuci.. bener2 klo aku mikir sebagai individual mandiri kita perlu mikirin masa deoan sendiri. coz orang tua kita ada batasnya dalam membatu kita..

    BalasHapus
  22. betul pak darman kurang bersedekah sehingga hidupnya terlunta-lunta...saya kenal dan dekat dengan pak darman!

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)