Selama aku menjadi PNS ada satu peristiwa yang selalu jadi bahan pembicaraan hangat, yaitu : Pelantikan Pejabat Struktural. Sebelum pelantikan, setiap orang (baca : PNS) akan sibuk membicarakan berbagai macam kemungkingan-kemungkinannya. Setelah pelantikan, kembali semua sibuk melakukan penilaian apakah si A memang pantas menduduki tempat barunya atau apakah si B sudah saatnya menduduki jabatan, dan sebagainya. Herannya, pembicaraan itu tak dapat selesai dalam waktu 1 atau 2 hari saja.
Sementara itu, orang-orang yang merasa sudah waktunya untuk dipromosikan pasti akan resah dan gelisah menunggu pelaksanaan pelantikan. Nah, repotnya jika ternyata mereka tak mendapatkan promosi yang mereka harapkan, pasti rasa kecewa tak dapat dihindari. Bagi mereka yang mampu mengelola rasa kecewa dengan baik, biasanya kinerja mereka tak mengalami penurunan. Namun..., ada juga yang ternyata tak mampu mengelola rasa kecewa dengan baik sehingga kinerja mereka jadi menurun dan malah tak bersemangat dalam bekerja.
Melihat mereka-mereka yang sangat ngotot mendapatkan kedudukan dan jabatan itu, mau tak mau aku berpikir tentang motivasi mereka. Apakah mereka hanya semata-mata mengejar kedudukan dan jabatan yang lebih tinggi supaya bisa menaikkan gengsi mereka ? Ataukah mereka mengincar tunjangan jabatan, yang walau tak terlalu besar tapi tetap saja menambah penghasilan ? Atau apakah mereka telah memiliki pemikiran-pemikiran yang berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat atau jalannya pemerintahan dan pemikiran itu baru dapat dilaksanakannya jika mereka sudah berpredikat 'pejabat' ? Atau mungkin ada alasan lain yang tak aku mengerti ?
Oke..., aku maklum bahwa setiap orang pasti ingin mendapatkan 'kemajuan' dalam hidupnya. Tapi maksudku, tak perlulah seseorang harus 'ngotot' untuk mendapatkan promosi apalagi jika sebenarnya belum waktunya bagi dia untuk dipromosikan. Terlebih lagi jika dia sebenarnya kurang memiliki kompetensi yang memadai untuk dipromosikan.
Jadi...., harusnya tak perlu sampai mendekati 'yang berwenang' untuk dapat dipromosikan. Apalagi sampai harus melakukan berbagai hal yang menyenangkan bagi 'yang berwenang' agar nasibnya diperhatikan. Namun yang terpenting sih, menilai dulu kemampuan diri sebelum minta untuk dipromosikan. Meskipun ada juga yang sebenarnya kemampuan yang dimilikinya belum sesuai dengan posisi yang diharapkan tapi tetap saja ngotot mendapatkannya.
Yang jadi pertanyaanku adalah : Mengapa mereka tidak menunggu saja saat itu (dilantik menjadi pejabat) datang sendiri ? Jika sudah rejekinya.., pasti jabatan itu toh akan datang dengan sendirinya dan tak perlu diuber-uber segala. Nah.., agar saat itu lebih cepat datangnya, bukankah lebih pas jika kita memperbaiki kinerja kita dan memperbaiki kualitas diri ?
Sementara itu, orang-orang yang merasa sudah waktunya untuk dipromosikan pasti akan resah dan gelisah menunggu pelaksanaan pelantikan. Nah, repotnya jika ternyata mereka tak mendapatkan promosi yang mereka harapkan, pasti rasa kecewa tak dapat dihindari. Bagi mereka yang mampu mengelola rasa kecewa dengan baik, biasanya kinerja mereka tak mengalami penurunan. Namun..., ada juga yang ternyata tak mampu mengelola rasa kecewa dengan baik sehingga kinerja mereka jadi menurun dan malah tak bersemangat dalam bekerja.
Melihat mereka-mereka yang sangat ngotot mendapatkan kedudukan dan jabatan itu, mau tak mau aku berpikir tentang motivasi mereka. Apakah mereka hanya semata-mata mengejar kedudukan dan jabatan yang lebih tinggi supaya bisa menaikkan gengsi mereka ? Ataukah mereka mengincar tunjangan jabatan, yang walau tak terlalu besar tapi tetap saja menambah penghasilan ? Atau apakah mereka telah memiliki pemikiran-pemikiran yang berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat atau jalannya pemerintahan dan pemikiran itu baru dapat dilaksanakannya jika mereka sudah berpredikat 'pejabat' ? Atau mungkin ada alasan lain yang tak aku mengerti ?
Oke..., aku maklum bahwa setiap orang pasti ingin mendapatkan 'kemajuan' dalam hidupnya. Tapi maksudku, tak perlulah seseorang harus 'ngotot' untuk mendapatkan promosi apalagi jika sebenarnya belum waktunya bagi dia untuk dipromosikan. Terlebih lagi jika dia sebenarnya kurang memiliki kompetensi yang memadai untuk dipromosikan.
Jadi...., harusnya tak perlu sampai mendekati 'yang berwenang' untuk dapat dipromosikan. Apalagi sampai harus melakukan berbagai hal yang menyenangkan bagi 'yang berwenang' agar nasibnya diperhatikan. Namun yang terpenting sih, menilai dulu kemampuan diri sebelum minta untuk dipromosikan. Meskipun ada juga yang sebenarnya kemampuan yang dimilikinya belum sesuai dengan posisi yang diharapkan tapi tetap saja ngotot mendapatkannya.
Yang jadi pertanyaanku adalah : Mengapa mereka tidak menunggu saja saat itu (dilantik menjadi pejabat) datang sendiri ? Jika sudah rejekinya.., pasti jabatan itu toh akan datang dengan sendirinya dan tak perlu diuber-uber segala. Nah.., agar saat itu lebih cepat datangnya, bukankah lebih pas jika kita memperbaiki kinerja kita dan memperbaiki kualitas diri ?
Benar, tunjukkan prestasi dalam bekerja tentu jabatan akan datang menghampiri kita!
BalasHapusSekarang banyak yang tebar uang untuk jabatan yang diinginkan! Masya Allah!
BalasHapusketamakan pada kedudukan, sudah menjadi hal yang biasa di negeri ini...
BalasHapusMbak, emang sering githu yah di lingkuan PNS...??? wah, kalo nggak kuat iman, bakaln keder sendiri :(
BalasHapusSemoga bisa ya .. Ya,, tapi sabar2 ajaa ya sob .. Negeri kita emang kayak gitu sih ..
BalasHapusJabatan klo diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggu kehancurannya.. klo kita belum juga dipromosikan.. berarti kita belum dipandang ahli dan kinerja harus terus ditingkatkan sampai jadi ahli.. kerja terbaik akan mendatangkan hasil terbaik.. gitu klo menurut pandi..
BalasHapuskrn tiap orang beda, mbak. ada yg memang ambisius banget, ada yg cuek.
BalasHapussekarang mah bukan rahasia lagi bu orang pada tamak, serakah ngejar kedudukan meski pake cara-cara kotor
BalasHapusseandainya semua orang seperti ibu
BalasHapuspada gila jabatan semua....meng halalkan segala cara untuk dapet kedudukan..
BalasHapusBener Mb, tapi kehidupan yang seperti itu di lingkungan kerja sudah gak asing lagi ya..
BalasHapuskirain hanya ada di swasta aja ternyata di PNS juga mengalaminya
http://rahmanthink.wordpress.com/2010/04/25/presiden-iran/
BalasHapusmbak reni buka link tadi yaaa
@aura > setuju, jabatan akan datang dg sendirinya jadi tak perlu tebar uang segala..
BalasHapus@siroel > kenyataannya memang begitu.
@anax > PNS kan manusia biasa juga mbak..
@hafizh > semoga ada 'perbaikan'
@pandi > sudah banyak bukti bagaimana jika suatu jabatan dipegang oleh yg bukan ahlinya
@fanny > Bener mbak, tiap orang emang beda..
@brian > emang ada yg ngotot gitu, tapi tak semuanya kok.
@rahad > tak semuanya kok.. ^_^
@adhini > ternyata di swasta juga to, mbak ?
@anyin > OK... meluncur ke TKP.
kalau udah rejeki pasti nggak kemana kan mbak? usaha dan kerja keras itu harus, tapi nggak eprlu sikut kiri kanan demi jabatan
BalasHapusJabatan itu amanah. Amanah tentu akan ada pertanggung-jawaban. Nice post mbak.
BalasHapussetuju tunujukin dulu kemampuan baru tar jabatan pasti ngikutin juga :)
BalasHapussalam sobat
BalasHapusiya sebenarnya memang harus memperbaki kinerja dan kualitas diri,,jangan hanya menguber-uber jabatan.
kalau memang sip dan terbukti ,pasti nanti akan dilantik menjadi pejabat.
Benar sekali mbak..berharap sambil berbuat hal yang terbaik utk kemajuan ,merupakan kunci sukses
BalasHapusmbak reni, ijin pasang linknya buat postingan baru nietha.. makasih sebelumnya ya?
BalasHapustp ada yg ironi jg mbak, teman ibu sy yg PNS, dia seorang guru SD, tp jarang masuk alias sering bolos,smp2 Kepseknya gak tau lg hrs bilang apa. Dtg ke tmp kerja cuma waktunya gajian, selebihnya bolos lg. Knp ya yg begitu dibiarkan, dan terus mendapatkan gaji...kasian sm yg rajin dan hrs mengganti tugas2 org itu.
BalasHapuswaduh, kalau masalah tamak dah pasti ada di tiap orang, mungkin memanage nya yang kurang
BalasHapushehehe
Sebuah jabatan bila tak bisa menanggung derajat maka akan runtuh...
BalasHapusya iyalah mba, ngapain di uber2... yg nmnya rejeki, trs jodoh, jg mati itu kan udh ada yg ngatur.. wktunya jg psti dtg sendiri.
BalasHapustp usaha ttp ada.
Setuja Mbak.... tetep Smangadh aja.... dan terus berusAHA
BalasHapussetuju! daripada menyesali mengapa nasib tak berubah, mending berusaha mengubah nasib tapi tetep dalam jalurnya... hmm kliatannya memang susah ya jadi orang mau cepetnya aja alhasil srudk sana sruduk sini
BalasHapusYa, begitulah dunia kerja mbak. Masih mending cuma ngotot. Yang lebih parah pake "jalur pintas" dgn 3D (Duit, Dukun, Dulur (Saudara)). Ini juga terjadi di dinas pendidikan, mbak.
BalasHapusMarkus memang ada di mana-mana mbak. Mengerikan!!!
Wah maaf sudah cukup lama tidak aktif.
BalasHapusMau ngucapin selamat atas kemenangannya :D
Yak, jika seseorang mampu, memiliki kapasitas, tidak ditunjukkan pun akan kelihatan.
2 Hari di rumah mertua, baru bisa mampir nih mbak...
BalasHapusKalo aku mbak, lebih suka jadi rakyat aja, jadi bebas ngritik, hehehe...
semakin tinggi jabatan semakin besar pula tanggung jawab. tergantung kita mampu menunaikannya apa tidak..
BalasHapus