Sobat, kali ini aku ingin berbagi tentang sebuah kisah yang menurutku sangat indah. Sengaja aku salin disini, agar aku dapat selalu membacanya dan mengingat pelajaran berharga yang ada di dalamnya. Semoga saja juga memberi manfaat kepada siapa saja yang belum pernah membaca kisah ini.
Bagi teman yang sudah pernah membaca kisah ini, mungkin akan menemukan sedikit perbedaan karena aku telah melakukan peng-editan dalam narasinya. Namun pesan yang ingin disampaikan lewat kisah ini tidak berubah sama sekali.
Bagi teman yang sudah pernah membaca kisah ini, mungkin akan menemukan sedikit perbedaan karena aku telah melakukan peng-editan dalam narasinya. Namun pesan yang ingin disampaikan lewat kisah ini tidak berubah sama sekali.
Ada seorang anak yang suka sekali mencari-cari kesalahan orang lain. Dia dengan cekatan akan mampu menunjukkan kesalahan teman-teman dan orangtuanya. Bahkan jika sesuatu terjadi pada dirinya, ia akan menyalahkan teman dan orangtuanya.
Pada suatu hari anak itu berjalan-jalan di pinggir hutan. Matanya tertuju pada sekelompok lebah yang mengerumuni sarangnya.Terpikir olehnya bahwa madunya pasti sangat manis dan lezat, maka tergoda hatinya untuk mengambil madunya, si anak bertekad mengusir lebah yang ada di dalam sarang itu.
Ia pun mengambil sebatang galah dan kemudian menyodok sarang lebah itu dengan keras. Tentu saja, hal itu menyebabkan ribuan lebah merasa terusik dan mereka pun segera menyerang anak itu. Melihat lebah yang begitu banyak, anak itu lari terbirit-birit. Namun tentu saja lebaih-lebah itu tidak membiarkan musuhnya pergi begitu saja. Mereka terus saja menyengat anak itu.
Untuk menghindari sengatan lebah selanjutnya, anak itu nekad menceburkan diri ke dalam sungai. Tak lama kemudian, lebah-lebah itu pun pergi meninggalkan anak yang sedang kesakitan itu.
Sesampainya di rumah, diceritakanlah apa yang dialaminya tadi kepada ayahnya, tentu saja disertai kata-kata yang menyalahkan ayahnya.
"Mengapa Ayah tidak menolongku ? Jika Ayah sayang padaku, pasti Ayah sudah berusaha menyelamatkan aku. Semua ini salah Ayah !"
Ayahnya memandang sang anak dengan sedih. Setelah diam sejenak, dia mengambil selembar kertas putih.
"Anakku, apa yang kau lihat dari kertas ini ?" tanya sang Ayah seraya menunjukkan kertas itu di depan anaknya.
"Itu hanya kertas putih. Tidak ada gambarnya sama sekali," jawab anak itu.
Kemudian, sang Ayah menorehkan sebuah titik berwarna hitam di kertas putih itu.
"Sekarang..., apa yang kau lihat pada kertas putih ini ?" tanya Ayahnya lagi.
"Ada titik hitam di kertas itu," jawab anak itu segera.
"Anakku, mengapa kamu hanay melihat satu titik hitam pada kertas putih ini ? Padahal sebagian ebsar kertas ini berwarna putih. Betapa mudahnya kamu melihat kesalahan Ayah, padahal masih banyak hal baik yang telah Ayah lakukan padamu."
Selesai berkata sang Ayah pun pergi meninggalkan anaknya yang sedang termenung.
sumber : Hadiah Terindah (Dessy Danarti)
Bagaimana Sobat, apakah kita juga melakukan yang sama seperti anak itu ? Apakah kita juga lebih mudah melihat setitik kecil hitam di atas selembar kertas putih yang besar ?
Cara termudah untuk mengurangi kesedihan dan kekecewaan adalah dengan mencari pembenaran terhadap diri sendiri dan menimpakan kesalahanannya pada orang lain. Namun..., apakah cara termudah ini yang akan kita ambil ? Jika kita melakukannya, maka kita telah kehilangan kesempatan istimewa untuk memperbaiki dan mengembangkan diri.
*gambar diculik paksa dari sini*
wow.. penuh syarat hikmah.. apa kabar mbak???
BalasHapuslama tak berkunjung dinsi... semoga sehat dan sukses selalu... :D
bener sekali mbak, kita emang kadang terlalu menyalahkan bahkan menuduh orang lain hmmm, tq dah berbagi :)
BalasHapus@nanlimo > Alhamdulillah kabar baik.. Apa kabar nih? Lama tak mampir kesini.. ^_^
BalasHapus@A.Ahmad > senang jika yg aku tulis disini bermanfaat, mas.
mencari kambing hitam, memang lebih mudah daripada menyalahkan diri sediri...
BalasHapusceritanya bagus mbak...
maaf, baru bisa berkunjung ke sini...
mbak, nita juga kadang gitu, gara2 kesalahan kecil seseorang, nita nggak liat kebaikan yang telah beliau berikan kepada nita
BalasHapusikutan ahh
BalasHapus"semua ini gara-gara mbak reni! kalo ga mbak reni bantu saya pasti ga bakal begini blog sy"
@Nietha > sama mbak, makanya aku posting ini setidaknya utk mengingatkan diriku sendiri juga kok... hehehe
BalasHapus@AeArc > hahaha...
emang ga baik menyalahkan orang lain terus, ak jg pernah punya temen seperti itu karna kesal lama2 ya aku tinggalkan saja
BalasHapusartikel yang inspiratif, mengajak saya lebih berfikir objektif terhadap suatu kesalahan dan menyelidikinya dengan arif.
BalasHapusYa kebiasaan yg mungkin tdk sengaja kita jg sering tanamkan pd anak misalnya kl anak nangis habis main dg temannya, yg pertama kita tanyakan :"Koq nangis ? sama siapa?" mencari "kambing hitam" dulu, pdhl mgkn si anak menangis krn kesalahannya sndiri. Tulisan yg bermanfaat mbak :)
BalasHapusMemang lebih mudah kita mencari kesalahan orang lain. kebanyakan orangkan mang gt hanya melihat sisi buruknya saja padahal di balik sisi buruk seseorang sisi baiknya pasti ada
BalasHapusCerita inspiratif, mbak reni. Benar, kita sering terjebak. Tulisan mbak mengingatkan saya untuk banyak mengaji diri. Trims ya
BalasHapusTerima kasih sudah sharing cerita ini ya mbak.. Semoga kita bukan termasuk golongan orang2 yg lengah..
BalasHapussaya sudah pernah mendengar cerita ini,
BalasHapustapi kesimpulan yang mbak tulis pada bagian akhir, memberi penerangan lebih buat saya.
thanks mbak,,
aku ikut follow,
maen2 juga ke rumah ku.. +follow, hehe
ceritanya penuh makna, bermanfaat bgt, ijin save ya mbak... bwt nanti suatu hari aku ceritain ke anak2 aku kelak...
BalasHapussaat kita melakukan kesalahan, jangan terlalu dipikirkan dan dibawa sedih yang mendalam, biasain aja..;)
BalasHapuspenuh perenungan kisahnya
BalasHapusmemang mudah melihat kesalah orang lain daripada kesalahn sendiri
BalasHapusselamat malam mbak mampir membaca kisah penuh hikmah
BalasHapusSyep. pesan yang saya tangkap adalah: jangan melihat kesalahan yang kecil dari seseorang, padahal begitu banyak perbuatam baik yang ia lakukan untuk kita. barang kali seperti itu.
BalasHapussering kali memang kebaikan sebanyak apapun akan hilang dalam sedetik karena satu kesalahan kita. kenapa yah kita lebih mudah mengingat kesalahan dari pada kebaikan
BalasHapusKisah ya sangat berinsfirasi mbak....dan sangat memberi makna mbak
BalasHapus@all > terima kasih atas atensinya.. semoga kita tak hanya terpaku pada setitik hitam dan melupakan sebuah bidang putih yang jauh lebih luas.
BalasHapussomeone must be blamed... hihihi...
BalasHapuskadang kalo kenapa2, saya mah males mikir ini gara2 siapa, palingan cuma mikir ya ini mah emang lagi sial aja atau karena sayanya yang ga ati2.
daripada suudzon ama orang lain? :D
yup bener mba..
BalasHapusterlalau meratapi kesedihan emamng gak baik
salut sama kisah si ayah dan anak itu
BalasHapussebuah renungan yg bisa bikin saya kembali sejenak melihat diri
trims mbak ^^