Ini adalah sebuah kisah tentang dia, seseorang yang egosentris. Bukan maksudku untuk menilai baik buruknya atau membicarakan kelemahannya semata. Jika aku mengisahkan tentang dia yang egosentris ini, semata karena aku ingin berbagi suatu kisah yang semoga dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.
Dari berbagai sumber aku dapatkan bahwa egosentris itu adalah suatu sifat yang menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat pemikiran atau perbuatan. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kemudian si egosentris ini akan berperilaku yang mementingkan diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain. Piaget dan Murphy (dalam Rusli, 1999) mengemukakan bahwa egosentris adalah ketidakmauan untuk menaruh perhatian, menggambil bagian dan ikut merasakan kebutuhan serta perasaan dan pandangan orang lain.
Nah.., tepat seperti itulah dia dalam berperilaku selama ini. Di matanya, hampir tak ada orang yang benar. Hampir tak ada orang yang lepas dari kritikan pedasnya. Nyaris semua pernah menerima penilaian negatif darinya. Hasil kerja orang lain tak ada yang berkenan di hatinya. Singkatnya, baginya pemikirannya adalah yang paling bagus dan jika orang-orang yang tak sependapat dengannya maka orang lain itu salah.
Egosentris itu membuat dirinya menjadi pribadi yang sangat kaku. Tentu saja sikap dan pandangan serta perkataannya selama ini cukup membuat orang lain merasa tak nyaman berdekatan dengannya. Lama kelamaan, satu persatu teman-temannya menjauh darinya setelah lelah mendengar dirinya yang sibuk menilai kekurangan dan kelemahan orang lain. Lucunya, begitu teman-temannya menjauh, maka mereka pun lantas menjadi sasaran penilaian dia selanjutnya.
Akibat egosentris itulah, dia kini nyaris tak berteman. Orang-orang yang mendekat padanya hanyalah orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu dengannya. Bahkan, di usianya yang sudah melewati kepala empat itu, dia pun semakin sulit mendapatkan pendamping hidup. Hingga kini, saat tubuhnya mulai diserang berbagai penyakit, tak ada pendamping hidup yang merawatnya, sementara kedua orang tuanya pun sudah meninggal dunia. Dalam kesendirian dan kesepian dia menjalani hidupnya, tak ada tempat berbagi suka duka. Sungguh pedih...
Sobat, dia adalah sosok nyata adanya. Aku hanya berharap, semoga kesendirian dan kesepian itu dapat mengajarkan banyak hal padanya, bahwa tak selamanya manusia mampu hidup sendiri. Bahwa tak selamanya pemikirannya adalah yang paling benar. Semoga saja, kehidupan ini dapat mengajarkan padanya untuk dapat lebih menghargai orang lain dan bertoleransi terhadap sesama. Semoga....
Dari berbagai sumber aku dapatkan bahwa egosentris itu adalah suatu sifat yang menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat pemikiran atau perbuatan. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kemudian si egosentris ini akan berperilaku yang mementingkan diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain. Piaget dan Murphy (dalam Rusli, 1999) mengemukakan bahwa egosentris adalah ketidakmauan untuk menaruh perhatian, menggambil bagian dan ikut merasakan kebutuhan serta perasaan dan pandangan orang lain.
Nah.., tepat seperti itulah dia dalam berperilaku selama ini. Di matanya, hampir tak ada orang yang benar. Hampir tak ada orang yang lepas dari kritikan pedasnya. Nyaris semua pernah menerima penilaian negatif darinya. Hasil kerja orang lain tak ada yang berkenan di hatinya. Singkatnya, baginya pemikirannya adalah yang paling bagus dan jika orang-orang yang tak sependapat dengannya maka orang lain itu salah.
Egosentris itu membuat dirinya menjadi pribadi yang sangat kaku. Tentu saja sikap dan pandangan serta perkataannya selama ini cukup membuat orang lain merasa tak nyaman berdekatan dengannya. Lama kelamaan, satu persatu teman-temannya menjauh darinya setelah lelah mendengar dirinya yang sibuk menilai kekurangan dan kelemahan orang lain. Lucunya, begitu teman-temannya menjauh, maka mereka pun lantas menjadi sasaran penilaian dia selanjutnya.
Akibat egosentris itulah, dia kini nyaris tak berteman. Orang-orang yang mendekat padanya hanyalah orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu dengannya. Bahkan, di usianya yang sudah melewati kepala empat itu, dia pun semakin sulit mendapatkan pendamping hidup. Hingga kini, saat tubuhnya mulai diserang berbagai penyakit, tak ada pendamping hidup yang merawatnya, sementara kedua orang tuanya pun sudah meninggal dunia. Dalam kesendirian dan kesepian dia menjalani hidupnya, tak ada tempat berbagi suka duka. Sungguh pedih...
Sobat, dia adalah sosok nyata adanya. Aku hanya berharap, semoga kesendirian dan kesepian itu dapat mengajarkan banyak hal padanya, bahwa tak selamanya manusia mampu hidup sendiri. Bahwa tak selamanya pemikirannya adalah yang paling benar. Semoga saja, kehidupan ini dapat mengajarkan padanya untuk dapat lebih menghargai orang lain dan bertoleransi terhadap sesama. Semoga....
pertamax dulu ah baru baca
BalasHapusistilah egosentris aq baru tau disini, makasih mb' nambah pengetahuan baru lagi buat aq
BalasHapusg ada orang yg mau berteman sama orang yg egois...
BalasHapusdapet istilah baru nih, egosentris..
BalasHapusapa bedanya ama egoisme?
pada dasarnya memang manusia adalah makhluk sosial yang tetap butuh orang lain, bagaimanapun hebatnya dia
BalasHapus@rizky2009 > selamat krn telah menjadi pertamax... hehehe
BalasHapus@siroel > terbukti memang dia tak memiliki banyak kawan.
@tukang colong > egoisme hampir sama dg egosentris.
Egoiseme : faham atau sikap untuk memaksakan kehendak atau mau menang sendiri.
Egosentris : sifat yang menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat pemikiran atau perbuatan --> jadi diri sendiri adalah pusat segalanya.
@richoyul > yups... benar sekali, tak ada yg mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Sepakat dengan tukang Colong. Setiap manusia punya sifat keakuan/ego, hanya saja jika porsinya berlebihan memang merugikan diri sendiri ya mbak. Mari rangkul orang-orang di sekitar kita (tidak perduli dia memiliki sifat egosentris atau tidak) dengan penuh kasih dan ketulusan, tentu saja semampu kita.
BalasHapusbener2 manusia ga bisa serba sendiri
BalasHapuskarna dia mahluk sosial ^___^
hmm setiap orang sepertinya punya sifat ego mbak
BalasHapuscuma mungkin kadarnya aja yang beda
egosentris menurut win (setelah membaca postingan) sepertinya sifat ego yang kebangetan gitu ya mbak.
"termasuk orang yang terjangkit egosentris kah diriku?" *nunjuk jidat ndiri* ^^
kalau egois tuk membuat pasangan kita merasa sempurna gpp kan mbak hehehe
BalasHapushm.. orang2 yang seperti itu mungkin hanya bisa berteman dengan sesama egosentris :).
BalasHapussudah sembuh mba, matanya?
amin...
BalasHapussemoga dia dapat yah mbak...
Nemu istilah baru dan pelajaran berharga disini, nauzubillahminzalik semoga saya dijauhkan dari sifat egosentris
BalasHapuskalau begitu susah berteman dengan orang egosentris kali ya.dan akhirnya saya sependapat dengan quin.
BalasHapusegosentris itu nggak sama dengan egois kan mbak?
BalasHapusmantap
BalasHapussalam kenal
Egosentris, Temannya Narsis ini! Narsis yang berlebihan. Orang seperti ini memang tak cocok untuk hidup bermasyarakat. Bekerja pun susah kalau harus bekerjasama dengan banyak orang. Jadi Bos pun juga susah, pasti anak buahnya pada gak tahan ingin keluar.
BalasHapusTapi sebenarnya kasihan. Kita harus patut memberi belas kasihan pada orang seperti ini. Semoga dia bersikap seperti itu karena ingin mendapatkan perhatian dari orang lain saja. Bukan karena egois beneran.
Mau nggak mau kita pasti saling membutuhkan :D
BalasHapusSemoga orang yang dimaksud dalam cerita Mba itu segera dibukakan pintu hatinya oleh Allah SWT, sehingga tidak lagi mengunderestimatekan orang lain. Dan Beliau mendapatkan pasangan hidup agar bisa ada yang mengurus. Amien :-)
BalasHapusBetul sekali itu... kalo mau egois, ya... tinggal aja di hutan. biar egoisnya ama monyet2 sana... ahahahaha! (garing)
BalasHapuskrikk!!!
egosentris :s
BalasHapussetiap orang pasti punya sifat ini, tapi harus bisa memanagenya dengan baik, karena bagaimanapun kita hidup sebagai manusai sosial,
BalasHapuskasian ya orang ini...
semoga dia dan kita pastinya bisa belajar dari semuanya,
egosentris.. hmm bahasa baru
BalasHapusbetul eh setuju sekali!!
BalasHapusegosentris bikin ga bisa berteman, berkompromi etc... seperti katak sendirian dibawah tempurung, ga mau liat apa2 n ga mau tau apa2 ;)
mkasih mbak,, penjelasan mbak di atas dpat menambah pengetahuanku tentang egosentrisme..
BalasHapuskrna slama ini aku hanya tau egois saja .
bagus sist
BalasHapusaku dapat hal baru
setelah membaca ini
semoga bermaanfaat