Kehilangan putri tercinta, dalam usia yang relatif masih sangat muda, tentu saja membuat hati kedua orang tuanya luluh lantak. Seperti itulah yang aku saksikan pada hari Sabtu pagi kemarin, melalui penayangan di salah satu stasiun televisi itu. Duka yang teramat dalam tampak pada raut muka keluarga Dewi Yull dan Ray Sahetapy atas berpulang Gizcka Putri Agustina Sahetapy, pada Jumat (11/3/2010) sekitar pukul 03.30 akibat penyakit radang otak.
Sungguh suatu cobaan yang berat bagi siapa saja yang mengalami hal serupa. Namun, aku menyaksikan betapa Dewi Yull kemudian dapat dengan tegar memberikan keterangan pada pers tentang musibah yang dialaminya tersebut. Kulihat Dewi Yull berusaha untuk tetap tenang dan sesekali berusaha memberikan senyumnya pada insan pers.
Ya Allah, sungguh aku kagum akan ketegarannya. Dia telah berusaha untuk mengikhlaskan kepergian buah hati tercintanya menghadap pada Sang Khalik. Tanpa menyalahkan siapa-siapa dan memandang musibah itu semata-mata atas kehendakNYA. Bahkan dengan senyum disampaikannya bahwa kini putrinya itu telah tenang dan terbebas dari rasa sakit yang telah dideritanya selama 3 bulan terakhir.
Aku sungguh kagum akan ketenangan Dewi Yull dalam menghadapi kehilangan yang besar dalam hidupnya. Apalagi sudah menjadi pemandangan yang 'biasa' jika orang-orang yang ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh orang-orang tercintanya akan menangis histeris atau bahkan pingsan. Bukan sekali ini aku melihat ketenangan, ketegaran dan keikhlasan Dewi Yull dalam menerima cobaan dari Sang Khalik. Pemandangan yang sama aku saksikan beberapa tahun lalu saat Dewi Yull harus mengikhlaskan bahtera rumah tangganya yang kandas.
Aku salut sekali padanya atas kepandaiannya mengontrol emosi, atas kesabaran dan keikhlasannya menerima suratan takdir yang digariskan untuknya. Mungkin benar kata Dewi Yull, bahwa Gizca adalah 'guru' dalam hidupnya. Kehadiran Gizka telah mengajarkan banyak hal padanya, seperti kesabaran, keikhlasan dan rasa syukur atas semua yang diberikan Allah kepadanya. Suatu keahlian yang diperolehnya setelah mengalami 'proses belajar' bertahun-tahun lamanya.
Aku sendiri tak yakin akan mampu bersikap setegar Dewi Yull ketika harus merelakan 'kehilangan' orang-orang yang aku cintai.
rasa kehilangan akan membuat kita benar-benar merasa kecewa ....
BalasHapusfrustasi ....
dan bahayanya nyaris bunuh diri, he he he ....
Harus siap untuk merasa kehilangan, kapanpun . .
BalasHapusaku juga di ceritain ortu ATR yang kebeluta melayat ke rumah duka..
BalasHapusbetapa keluarga mereka terlihat tegar atas kepergian salah satu anggotanya..
kehilangan orang yang disayang memang berat mbak saya rasa gak hanya mereka, kitapun demikian bukan. tapi disebalik duka mesti ada hikmah yang bisa dipetik.
BalasHapusmbak makasih ilmu emot nya ya, udah saya praktekin di postingan saya
kehilangan orang yang kita cintai memang sangat berat..namun bagaimanapun hidup harus terus berjalan..shingga kita yang ditinggalkan harus tabah.
BalasHapuskehilangan, salah satu kata yang aku takuti...
BalasHapusapalagi orang terdekat kita, gak bisa ngebayangin...
saya pernah merasa kehilangan, dan ternyata supaya gak sakit dengan keadaaan ini kuncinya adalah : "jangan pernah merasa memiliki". semua adalah titipan Tuhan, saatnya titipan itu diambil oleh si Empunya, ya.. ikhlas lah kita..
BalasHapussebuah perpisahan pastinya meninggalkan berjuta kenangan,dan melupakan kenangan tidaklah mudah.
BalasHapusartikel yang menarik mbak :)
hm.. menjalani hidup memang harus begitu.
BalasHapusMb..Dewi Yull itu salah satu penyannyi kegemarana aku...semua lagu yg dia punya aku suka..suara dan karakternya sangat sesuai
BalasHapussetiap yang hidup pasti akan mati
BalasHapussiap gx siap kita harus merelekan apa yang akan terjadi^^
nice post mba
Dewi yull memang perempuan hebat mbak.
BalasHapushhhh,,
BalasHapusakhirnya bisa datang kesini lagi mbak,,
eh,tapi malah lgsung dibuat mrinding sama mbak reni,,
Dewi Yull itu emang tegar banget, ditinggal nikah ama suami ataupun ditinggal meninggal anaknya tapi tetap tabah...
BalasHapushm, tapi dia kembali kepada pemiliknya yang abadi...
BalasHapusMoga Gizcka tenang di alam sana.
BalasHapusBenar mbak Reni, saya pun mengagumi ketegaran seorang Dewi Yull, dia telah kehilangan orang-orang yang dicintainya, putrinya dan suaminya (walau dalam bentuk lain)tetapi keduanya adalah pukulan berat pastinya, tapi kita menyaksikan sampai saat ini itu semua tidak membuat beliau "tumbang". Hidup tanpa suami dan harus membesarkan anak2 "sendiri" adalah perjuangan tersendiri bagi kaum wanita. semoga kita bisa mengambil pelajaran atas hal ini ya mbak.
BalasHapusMbak reni terimakasih atas ucapan selamatnya buatku di kontes "itu" smg menjadi do'a utk saya dan mb.Renipun mendapat keberuntungan yg lebih baik dr yg saya dapatkan, aamiin
Kehlgan org yg kt sayangi menjdi kan kita jd drop dan hlg semangat.
BalasHapusrasa kehilangan itu pasti ada jika kita merasa memilikinya...
BalasHapusmeski blue sering kehilangan orang yg blue sayangai namun blue tetap meski siap tu mngalaminya lagi
BalasHapussalam hangat dari blue
semangat semangat
BalasHapussalam hangat dari blue
setiap yg bernyawa akan mati,...
BalasHapussetelah kematian itulah yang seharusnya menjadi consern kita,...
buat mbak dewi yull atw siapa saja yg senasib dgn beliau,... bersabarlah,... terima dgn ihklas, ambil hikmah bwt kebaikan diri & keluarga yg ditinggalkan,....
monggo pinarak ning alasku,...
(masih baru nih) membahas ttg asma ul husnah
www.windienoor.wordpress.com
sedih,putus asa dan rasnya otak ini berhenti berpikir ketika kita mengalami kehilangan..tapi semuanya harus kita jalani karena sudah suratan yang diatas..mungkin ada hikmah yang lebih besar dibalik itu.
BalasHapus