Pada tahun 2002, aku dan suami memutuskan untuk mulai hidup mandiri di rumah kami sendiri bersama Shasa. Sejak saat itu, segala urusan rumah tangga menjadi urusan kami bersama, terutama urusan masak memasak. Hidup berdua dengan Shasa yang masih kecil membuatku tak perlu memasak nasi banyak-banyak. Bahkan seringkali nasi yang aku masak tak habis untuk konsumsi kami bertiga.
Dari dulu aku memang paling sayang membuang makanan. Saat itu aku berinisiatif untuk memanfaatkan nasi sisa. Tetangga-tetanggaku banyak yang menjemur nasi sisa itu untuk dijadikan nasi aking (karak). Aku pun mencoba untuk melakukan hal yang sama. Tapi ternyata membuat nasi aking itu tak mudah.
Seringkali nasi sisa yang aku jemur malah berjamur. Berbagai media untuk menjemur pun aku coba, mulai dari tampah (tempat bundar yang terbuat dari bambu), kemudian wadah plastik, sampai wadah yang berbahan seng. Namun hasilnya tetap saja sama, nasinya banyak yang berjamur. Mungkin karena nasi yang dijemur itu harus rajin dibolak-balik agar tidak berjamur. Sementara aku yang kerja tak mungkin bisa melakukannya, bahkan saat musim hujan datang, seringkali nasi yang aku jemur malah basah kehujanan dan tak ada yang sempat 'menyelamatkannya' (karena kami semua kerja).
Aku melihat bahwa usaha tetangga-tetanggaku dalam membuat nasi aking juga banyak yang tak berhasil. Rata-rata hasilnya sama, berjamur. Padahal nasi yang mereka jemur jumlahnya jauh lebih banyak daripada punyaku, karena aku memang jarang banget menyisakan banyak nasi. Ada rasa 'eman-eman' (sayang) melihat gundukan nasi yang dijemur tetangga-tetanggaku yang jadi berjamur. Kalau sudah berjamur seperti itu rasanya sia-sia waktu yang telah diluangkan untuk membuat nasi aking. Akhirnya aku memutuskan berhenti dari usaha membuat nasi aking ini.
Solusi yang aku ambil selanjutnya agar tak menyisakan banyak nasi sisa adalah aku memasak nasi seperlunya saja. Aku lebih memilih memasak sedikit-sedikit, dan kalau habis baru masak lagi. Masak nasi sehari 2 kali aku lakoni demi tak membuat terlalu banyak nasi sisa. Kalaupun ternyata masih sisa, yang biasanya tak banyak terpaksa aku buang. Sementara kalau sisanya banyak dan memungkinkan, aku akan membuatnya menjadi nasi goreng.
Namun keadaan berubah setelah aku menyaksikan tayangan televisi yang aku tulis di sini. Aku sungguh tak tega melihat seorang nenek dan seorang cucunya yang selama bertahun-tahun hanya makan gaplek yang berjamur. Menyedihkannya lagi, gaplek berjamur itu dikonsumsi tanpa lauk sepotongpun. Bahkan mereka mengaku bahwa sudah bertahun-tahun mereka tak makan nasi. Masya Allah, trenyuh sekali hatiku melihat tayangan berita itu.
Setiap melihat nasi sisa dan hendak membuangnya, aku jadi teringat akan tayangan berita itu. Semenjak itulah aku bertekad untuk membuat nasi aking lagi. Walau nasi sisaku tak pernah banyak, tapi kini segala cara aku lakukan agar nasi sisa yang aku punya bisa menjadi nasi aking dan tak berjamur lagi.
Aku tak hanya mengandalkan sinar matahari untuk membuat nasi sisa-ku menjadi kering. Seringkali aku menggunakan jasa kompor gas untuk membantu 'pengeringan' nasi sisa itu. Sampai-sampai suamiku tertawa melihat betapa repotnya aku mengurusi sisa nasi (yang seringkali cuma sedikit) hanya agar dapat menjadi nasi aking.
Setelah kurang lebih 2 bulan, aku berhasil mengumpulkan banyak nasi aking. Rencananya nasi aking ini akan aku titipkan pada ibuku, karena ibuku sering didatangi orang yang menanyakan apakah ada nasi aking. Aku sendiri tak tahu akan digunakan untuk apa nasi aking itu. Apakah untuk dikonsumsi sendiri ataukah untuk pakan ternaknya. Yang jelas, nasi sisa yang biasanya membusuk itu telah dapat aku selamatkan dan digunakan untuk kepentingan lain.
Sekarang aku merasa lebih tenang karena telah berhasil menyelamatkan lebih banyak butir nasi yang terbuang. Aku juga lebih lega karena tak perlu lagi membuang-buang makanan, sementara kemiskinan di negeri ini membuat banyak orang di luar sana yang tak mampu makan nasi.
Apakah sahabat punya pengalaman dalam membuat nasi aking sepertiku?
Dari dulu aku memang paling sayang membuang makanan. Saat itu aku berinisiatif untuk memanfaatkan nasi sisa. Tetangga-tetanggaku banyak yang menjemur nasi sisa itu untuk dijadikan nasi aking (karak). Aku pun mencoba untuk melakukan hal yang sama. Tapi ternyata membuat nasi aking itu tak mudah.
Seringkali nasi sisa yang aku jemur malah berjamur. Berbagai media untuk menjemur pun aku coba, mulai dari tampah (tempat bundar yang terbuat dari bambu), kemudian wadah plastik, sampai wadah yang berbahan seng. Namun hasilnya tetap saja sama, nasinya banyak yang berjamur. Mungkin karena nasi yang dijemur itu harus rajin dibolak-balik agar tidak berjamur. Sementara aku yang kerja tak mungkin bisa melakukannya, bahkan saat musim hujan datang, seringkali nasi yang aku jemur malah basah kehujanan dan tak ada yang sempat 'menyelamatkannya' (karena kami semua kerja).
Aku melihat bahwa usaha tetangga-tetanggaku dalam membuat nasi aking juga banyak yang tak berhasil. Rata-rata hasilnya sama, berjamur. Padahal nasi yang mereka jemur jumlahnya jauh lebih banyak daripada punyaku, karena aku memang jarang banget menyisakan banyak nasi. Ada rasa 'eman-eman' (sayang) melihat gundukan nasi yang dijemur tetangga-tetanggaku yang jadi berjamur. Kalau sudah berjamur seperti itu rasanya sia-sia waktu yang telah diluangkan untuk membuat nasi aking. Akhirnya aku memutuskan berhenti dari usaha membuat nasi aking ini.
Solusi yang aku ambil selanjutnya agar tak menyisakan banyak nasi sisa adalah aku memasak nasi seperlunya saja. Aku lebih memilih memasak sedikit-sedikit, dan kalau habis baru masak lagi. Masak nasi sehari 2 kali aku lakoni demi tak membuat terlalu banyak nasi sisa. Kalaupun ternyata masih sisa, yang biasanya tak banyak terpaksa aku buang. Sementara kalau sisanya banyak dan memungkinkan, aku akan membuatnya menjadi nasi goreng.
Namun keadaan berubah setelah aku menyaksikan tayangan televisi yang aku tulis di sini. Aku sungguh tak tega melihat seorang nenek dan seorang cucunya yang selama bertahun-tahun hanya makan gaplek yang berjamur. Menyedihkannya lagi, gaplek berjamur itu dikonsumsi tanpa lauk sepotongpun. Bahkan mereka mengaku bahwa sudah bertahun-tahun mereka tak makan nasi. Masya Allah, trenyuh sekali hatiku melihat tayangan berita itu.
Setiap melihat nasi sisa dan hendak membuangnya, aku jadi teringat akan tayangan berita itu. Semenjak itulah aku bertekad untuk membuat nasi aking lagi. Walau nasi sisaku tak pernah banyak, tapi kini segala cara aku lakukan agar nasi sisa yang aku punya bisa menjadi nasi aking dan tak berjamur lagi.
Aku tak hanya mengandalkan sinar matahari untuk membuat nasi sisa-ku menjadi kering. Seringkali aku menggunakan jasa kompor gas untuk membantu 'pengeringan' nasi sisa itu. Sampai-sampai suamiku tertawa melihat betapa repotnya aku mengurusi sisa nasi (yang seringkali cuma sedikit) hanya agar dapat menjadi nasi aking.
Setelah kurang lebih 2 bulan, aku berhasil mengumpulkan banyak nasi aking. Rencananya nasi aking ini akan aku titipkan pada ibuku, karena ibuku sering didatangi orang yang menanyakan apakah ada nasi aking. Aku sendiri tak tahu akan digunakan untuk apa nasi aking itu. Apakah untuk dikonsumsi sendiri ataukah untuk pakan ternaknya. Yang jelas, nasi sisa yang biasanya membusuk itu telah dapat aku selamatkan dan digunakan untuk kepentingan lain.
Sekarang aku merasa lebih tenang karena telah berhasil menyelamatkan lebih banyak butir nasi yang terbuang. Aku juga lebih lega karena tak perlu lagi membuang-buang makanan, sementara kemiskinan di negeri ini membuat banyak orang di luar sana yang tak mampu makan nasi.
Apakah sahabat punya pengalaman dalam membuat nasi aking sepertiku?
ternyata tante punya rasa sayang dalam membuang nasi ya.... dan ternyata membuat nasi aking itu susah ya, seperti susahnya kehidupan di negeri ini... :(
BalasHapuswah disini juga banyak banyak mbak yang bikin nasi aking(karak atau cengkaruk)hehehe tapi alhamdulillah buat makan ternak,kalau lihat ditv acara reality show aku sering tak tahan nahan air mata mbak, ternyata dinegri ini masih banyak yang kelaparan bahakan sampai rela makan nasi aking,nasi sisa, tewol,ubi rebus bahkan sehari tak makan rasanya benar-benar pedih sekali sementara orang yang mampu kadang menutup mata melihat itu & tak jarang diantara mereka yang mensyukuri nikmat hidupnya saat ini. inspiarif banget mbak artikelnya semoga bermanfaat.......
BalasHapustetangga saya juga ada yg selalu bikin nasi aking utk nantinya dijual ke org yg membutuhkan dg harga yg murah...
BalasHapusmenyedihkan sekali ya, mbak masih ada saudara2 kita yg hanya mampu menikmati nasi aking, sampai kapan ya keadaan ini berakhir.
BalasHapusHebat....
BalasHapusdulu kami punya bebek sama ayam untuk makan sisa nasi. sekarang aku tidak tahu nasi sisa di rumah diapakan
#gapernahpulangkampung
Aku dulu jg pny pengalaman tentang nasi aking...
BalasHapuswkt kami msh tinggal di jkt...setiap pagi sblum aku dn suami berangkat kerja,selalu datang nenek2 minta nasi sisaku, pertama2aku kaget jg dan aku beri nasi yg hangat...hehe ia gak mau, malah minta nasi dingin..dan setelah aku ngerti dg keadaan ibu itu, maka tiap hr aku slalu lebihin masak dan klu pas kami tdk msk, maka mlm2 aku sengaja beli nasi di warteg dpn rmh ku...
mm..kalo aku nih mbak, misalnya rice cooker lagi ga bisa dipake kan biasanya berasnya suka kurebus doang pake api kecil. nah..kalo udah mateng kan yang bagian bawahnya suka keras, jadi kayak kerak gitu. setelah itu dijemur, trus digoreng ulang. jadinya enak lo..kayak kerupuk. jadi ga ada yang terbuang ^^
BalasHapuswooooow
BalasHapusaku suka nasi aking
dulu kecil2 aku suka jemur nasi sisa emak lasngusng dibawah terik sinar matahari
setelah kering, aku goreng
ditiris lalu ditaburi gula
asiiik banget
kayak sagon-sagon jadinya
perutpun kenyang jadinya
Wah ternyata Mbak lebih pencinta alam dari kawan2 PA yang saya kenal. Salam lestari deh kalo gitu..
BalasHapusMari kita budayakan daur ulang..!
jadi tips untuk agar nasi aking tak berjamur ketika dijemur adalah dipanaskan dikompor gas ya Mbak... :-)
BalasHapusnasi yang menurut kita gampang sekali di dapatkan dan yg sering kita telantarkan, ternyata sulit sekali masih banyak orang yg sulit untuk mendaptkannya.
BalasHapuskalo dikeluarga saya, biasanya nasi aking buat makanan ayam.. secara saya pelihara ayam kampung. hehehe..
BalasHapusAlhamdulillah di rumah aku jarang banget buang nasi, Biasanya ibu pas banget nasinya, hehe..
BalasHapusKalau emang ada sisa biasanya dikasih buat ayam, secara bapak ada miara ayam kampung kayak Gaphe gitu :D
nenek saya tuh, jago bangeeet bikin nasi aking. kalo di aceh namanya apa ya... lupa.. bukan nasi aking pokoknya..
BalasHapusnasi adalah makanan pokok kita dan sudah menjadi kebutuhan kita sehari hari, alangkah mirisnya kalo msh ada sodara2 kita yg msh mengkonsumsi nasi aking buat melanjutkan sisa hidupnya. saya suka kebagian ngangkatin jemuran nasi aking kalo pas mau keujanan hehehe..
BalasHapusHaiyaah, Mbaak..kok rajin-rajinnya susah-payah bikin nasi aking. Memang begitu ya dilemanya kalo hidup cuman bertiga, masak nasi banyak kok eman-eman, masak nasi sedikit kok nanggung.
BalasHapusJadi inget waktu kerja dulu, jadi bagian konsumsi, waktu itu kalau ada nasi sisa biasanya banyak, ya dibagikan ke tetangga atau tukang beca atau pengamen jalanan. pengalaman juga bikin nasi aking tapi karena tidak telaten ya gitu jadi tetep berjamur, biasanya klo yang jadi saya goreng dan saya bagikan kerekan kerja, lumayan buat cemilan
BalasHapusPas masih di Jawa dulu pernah bu Reni, tapi pake air garam gitu...trus dikeringin, dijadikan arangginang bukan nasi aking lagi :)
BalasHapuswaktu keil ibu selalu menggoreng nasi aking lalu ditaburi gula wow saya suka sekali bu, kayaknya saya harus bongkar template nih bu banyak yang sahabat yang ngeluh nggak bisa buka templatenya
BalasHapusehm... ternyata membuat nasi aking itu enggak gampang ya mbak...
BalasHapuswah,cuma dijemur ya...baru tahu,soalnya gk pernah makan.pegen nyoba nanti,makasih udah mampir,kalau ada waktu mampir lagi ya
BalasHapusberuntung keluarga saya memelihara ikan lele di kolam kecil, jadi walaupun ada nasi tersisa bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan.....
BalasHapuswah, kalau yg ini ibuku ratunya..
BalasHapuspinter banget masak ngracik aking..hehhe
Bener mb..terkadang saya jugatak tega untuk nasi yang sudah basi atau nasi sisa..sementara binatang peliharaan saya tak punya.
BalasHapusMakanya saya masak hanya sedikit mb untuk mengurangi terbuangnya nasi.
Jadi inget wkt ecil dulu, mbah jago bwt nasi aking, kayanya bisa digoreng lagi slain u/ makan ternak deh, kalo gak salah di tempatku namanya cengkaruk mbak :)
BalasHapusiya mbak.. sayang banget nasi sisa kalo dibuang. dirumah biasanya ibu juga suka jemur nasi sisa. kalo uda jd karak tyus dibeli sama pedagang yang biasa goreng karak buat dijual lagi...
BalasHapusCara lain agar nasi sisa tak mudah berjamur, ini pengalaman ibuku: Masukkan nasi sisa ke dalam freezer, setelah semalaman atau lebih kemudian jemur nasi di bawah sinar matahari. Biasanya jadi lebih cepat kering. Nasi yang sudah dimasukkan ke dalam freezer akan berubah menjadi lebih putih dan tidak lengket. Selamat mencoba
BalasHapusAq pny trik...bgmn agar nasi sisa dapat kering merata, bersih dan tidak berjamur...nasi aking dpt dgunakan un pakan ternak ato un tambahan mbuat bubuk kopi....
BalasHapusminta info dong daerah mana yang banyak nasi aking,tolong ya yang tau kasih informasi.
BalasHapusterimakasih telah berbagi informasi kaka. hello, yuk kaka, mampir di kampus Islam Negeri Semarang. banyak informasi menarik. walisongo.ac.id
BalasHapus