Selasa, 17 Agustus 2010

Masa depan anak-anak perbatasan

Beberapa hari yang lalu (tepatnya lupa) aku melihat tayangan pada sebuah stasiun televisi tentang kondisi di daerah perbatasan Indonesia dengan Malaysia. Masyarakat Indonesia yang berada di Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia itu sangat jauh tertinggal dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia. Ketertinggalan ini dibuktikan dengan angka putus sekolah yang tinggi.

Sekitar 15 dusun di sepanjang perbatasan Sanggau, Kalimantan Barat (Indonesia) dan Sarawak (Malaysia) mengalami permasalahan tidak lancar berbahasa Indonesia dan buta huruf karena minimnya pembangunan bidang pendidikan di daerah tersebut. Sekolah-sekolah yang ada di daerah perbatasan itu rata-rata tidak memenuhi syarat dan sangat terbatas fasilitasnya.

Selain itu, fasilitas perumahan dinas yang diperuntukkan para guru di daerah perbatasan masih sangat memprihatinkan dan sudah tidak layak huni. Konon kabarnya, bangunan yang telah dibangun sejak tahun 1982 itu belum pernah direnovasi hingga kini.

Daerah yang hingga kini belum tersentuh listrik, jalan yang becek dan berlobang-lobang seolah menjadi pelengkap ketertinggalan daerah-daerah perbatasan. Mungkin semua keadaan yang serba terbatas itu yang membuat banyak tenaga pendidik sangat sedikit yang mau mengabdi di daerah perbatasan.

Ironisnya, antara Kalimantan Barat dan Malaysia (Sarawak) kondisinya ibarat pepatah antara bumi dan langit. Sekolah-sekolah di Sarawak sudah sangat modern dengan dilengkapi dengan asrama yang sangat bagus. Jalan-jalan sudah beraspal hotmix tebal dan sudah dilengkapi dengan aliran listrik. Sehingga, meskipun daerah perbatasan tetapi kondisi di Sarawak tak tertinggal dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Malaysia.

Itu sebabnya, bagi masyarakat Kalimantan Barat yang mampu, mereka lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka ke Sarawak, yang tak terlalu jauh jaraknya dari tempat tinggal mereka. Mereka tak mau menyekolahkan anak-anak mereka di daerah mereka sendiri, karena tak ada fasilitas dan jaminan bagi pendidikan anak-anaknya. Sementara di Malaysia, jaminan untuk bisa mendapatkan pendidikan sampai tinggi lebih mudah didapatkan.

Mau tak mau hal itu membuatku merasa sangat prihatin. Meskipun Indonesia yang hari ini merayakan Kemerdekaan-nya yang ke-65 namun ternyata masih belum mampu memerdekakan rakyatnya, khususnya yang berada di daerah pedalaman, dalam memperoleh pendidikan yang layak dan belum mampu sepenuhnya membebaskan mereka dari buta huruf.

Kalau sudah begini, hanya ada satu pertanyaan di benakku : "Bagaimana masa depan anak-anak yang berada di daerah perbatasan ?"

23 komentar:

  1. Wah perbatasan emang kurang semuanya ya, kurang listrik, kurang air, kurang pendidikan, dll.....

    jiahhh klo hidup tanpa listrik, apa kata dunia, hehehe....

    Semoga pemerinta cepat memberikan keputusan agar di perbatasa tersebut tidak kekurangan segala hal, hehehe.....

    BalasHapus
  2. Nasib masyarakat di pulau2 terluar sama mirisnya, heran aku.kok pemerintah ga malu ya sama malaisya.

    BalasHapus
  3. Ya Allah miris banget sih.. ayolaaah turun tangan pemerintah!

    BalasHapus
  4. ini seharusnya jadi perhatian besar bagi pemerintah indonesia, ,
    semua orang berhak menerima pendidikan yang layak , klo generasi mudanya gk dapet pendidikan , mau gimama masa depan negri ini??
    ckckckkc

    BalasHapus
  5. Ya, pemerintah kita lebih mengutamakan pembangunan di daerah kota. Jadi yang di kota semakin maju, yang di pinggiran semakin terbelakang.
    Sepertinya mereka lupa, kalo ada orang2 Indonesia di daerah2 seperti itu.
    ~Haaahhhh..(menghela napas panjang...)
    Semoga Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi.

    BalasHapus
  6. potensi untuk berpindah kewarganegaraan besar.......... apa Indonesia emang negara yg terlalu luas shg pemerintah kesusahan pas memanage-nya ya....

    BalasHapus
  7. sis,..jangankan di daerah perbatasan di daerahku masih ada orang yg g bisa berbahasa indonesia, mati lampu dan buta aksara, bukan menyalahkan pemerintah namun kl kita lihat pemerinta lbh tertarik menyelesaikan kasus ariel, dll, mereka diperatikan pd saat akan PILKADA dg janji2 palsu,..tapi itula knyataan negara kita sis,..

    BalasHapus
  8. perbatasan yg terabaikan...


    salam merdeka!!!

    BalasHapus
  9. Mudah2an pemerintah setempat lebih peka terhadap kondisi masyrakat di daerah perbatasan yang notabene kurang tersentuh perhatiannya..

    BalasHapus
  10. jauhnya jangkauan pengawasan menjadikan daerah ujung menjadi daerah yang terabaikan dari semua bidang.
    mungkin diperlukan volunteer untuk meningkatkan daerah tersebut.

    BalasHapus
  11. Sepertinya tayangan televisi itu tidak membuat "yang berkepentingan" terpanggil mbak, udah tidak digubris, udah kebal, para narablog juga banyak yang posting soal pendidikan, ini membuktikan banyaknya kepedulian atas nasib pendidikan kita, tapi apalah daya ya mbak, kita tidak ada kuasa untuk melakukan sesuatu kecuali nulis nulis dan nulis, jangan salahkan kalau orang2 perbatasan lari ke seberang....

    BalasHapus
  12. saya rasa Tuhan akan memberikan masa depan yang luar biasa kepada mereka

    BalasHapus
  13. saya juga melihat buk, mereka bakalan golput untuk selamanya apabila ada pemilu di indonesia ini, banyak juga yang menyekolahkan mereka ke daerah malaysia,,, indonesia, indonesia, merdekakah kau???

    BalasHapus
  14. Iya ya Mbak.. miris klo ng'liat dan ng'denger berita kaya gini.... MERDEKA untuk yg hidup di kota besar tapi belum MERDEKA untuk yg hidup dipedalaman.... jangan sampe mereka malah lebih fasih ngomong Melayu dari pada bahasa Indonesia.....

    aku jadi ragu mau bilang MERDEKA... tapi tetep deh MERDEKA!!!

    BalasHapus
  15. Pemerintah terlalu terpusat, padahal perbatsan sangat penting untuk stabilitas negara.
    Bagaimana mungkin rakyat di perbatsan tak di pedulikan, bisa-bisa mereka akan dengan senang hati pindh WN akibanyak banyak fasilitas yg di tawarkan ketimbang dari negaranya sendiri

    BalasHapus
  16. ya mudah2an kedepanya mereka bisa mendapatkan pendidikan yg lebih baik ....

    BalasHapus
  17. ya memang masih banyak peristiwa seperti itu bu, tapi inilah indonesia kita harus bangga dan jangan ragu untuk bilang MERDEKA ! :D

    BalasHapus
  18. Iya, ngenes ya mba liatnya. Malaysia malah menyediakan kebutuhan masyarakat Indonesia yang tidak mereka dapatkan dari Pemerintahnya.
    Masih banyak yg harus dibenahi... masih banyak yang harus diurusi. PR kita sebagai negara merdeka masih panjang ternyata.

    BalasHapus
  19. Tenang... jika saya menjadi presiden nanti, saya akan memperhitungkanya.. hahaha

    BalasHapus
  20. merdekanya Indonesia itu hanya di nikmati oleh segelintir orang saja. contoh ga usah jauh², saya yg tinggal di daerah Sumut aja msh banyak saya temui sekolah2 yg sarana dan prasarananya sangat memprihatinkan. pdhl tidak di pedalaman lho....

    BalasHapus
  21. iyah mba kasian :(
    ak jg liat yg perbatasan ma Timor2
    disitu memprihatinkan jg mba
    sampe mau ambil air bersih aja mereka harus jalan jauh ke negaran timor2 kasihan

    BalasHapus
  22. Kesian sekali ya nasib mereka. Pendidikan itu perlu sekali untuk masa depan bangsa. Disini banyak orang percaya bilamana warga negara pintar, mereka tidak akan mudah diperalat pemerintah. Penduduk bodoh, pemerintah yg besar. Maka dari itu banyak penduduk sini yg sebal dengan kebijakan pemerintah sekarang dimana pemerintah sangat berperan besar.

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)