Jumat, 20 Agustus 2010

Masjid Kuno Taman

Tak jauh dari lingkungan rumah orang tuaku ada sebuah bangunan yang memiliki nilai sejarah tinggi, yaitu Masjid Kuno Taman. Di komplek masjid ini terdapat makam para mantan bupati Madiun, mulai dari Kanjeng Pangeran Ronggo Prawirodirjo I dan penasihatnya Kiai Ageng Misbach, hingga sejumlah Bupati Madiun penerusnya.

Masjid Kuno Taman yang terletak di Jalan Asahan, Kelurahan/Kecamatan Taman, Kota Madiun itu terasa adem dan menyejukkan. Masjid yang bangunan utamanya terbuat dari kayu jati itu dahulu dikenal sebagai Masjid Donopuro, karena disesuaikan dengan nama pendirinya, yaitu Kyai Ageng Ngabehi Donopuro atau lebih dikenal dengan nama Kyai Ageng Misbach. Dia adalah putra dari Mangkudipuro.

Masjid yang didirikan sekitar tahun 1756 itu berdiri di atas tanah perdikan kerajaan Mataram. Tanah perdikan itu diberikan kepada Kanjeng Pangeran Ronggo Prawirodirjo I yang menjabat sebagai Bupati Wedono Timur. Mangkudipuro sendiri adalah menantu sekaligus penasehat Kanjeng Pangeran Ronggo Prawirodirjo I. Selanjutnya tanah perdikan di Desa Taman itu lewat otonomi khusus akhirnya pengelolaannya diserahkan kepada Kyai Ageng Donopuro, putra Mangkudipuro.

tugu yang menyatakan masjid-makam Taman sebagai Cagar Budaya terletak di selatan masjid

Masjid Kuno Taman Madiun, dilihat dari tenggara

Bagian dalam masjid

Pada tahun 1981, masjid Donopuro itu masuk dalam daftar peninggalan cagar budaya dan namanya pun diganti menjadi Masjid Kuno Taman Madiun. Arsitektur Masjid Kuno Taman memang mirip dengan Masjid Agung Demak. Saat ini, bentuk bangunan masjid masih seperti aslinya, beratap joglo, kubahnya ada 3, memiliki 3 pintu dan ditopang 4 buah tiang yang tidak berukir. Atapnya dari sumping (kayu), bukan dari genteng.

Sebenarnya Masjid Kuno Taman telah beberapa kali direnovasi. Sekitar tahun 1950, perbaikan dilakukan ketika atap kayunya mulai rusak. Oleh ahli warisnya kala itu, atapnya diganti dengan genteng. Sekitar tahun 1990, salah seorang ahli waris mengusulkan ke pemerintah pusat agar membantu renovasi masjid kuno tersebut. Ternyata usulan itu disetujui dan atap yang sempat diganti dengan genteng diubah lagi menjadi kayu. Bangunan masjid dikembalikan keasliannya dan penambahan hanya pada fiberglass yang dipasang di sekitar masjid.

Masjid Kuno Taman juga memiliki beberapa tradisi. Seperti perayaan 1 Muharam yang diwarnai dengan pembacaan Al Qur'an serta sajian makanan jenang sengkolo, nasi liwet, sayur bening dan lauk pauk tradisional seperti tahu dan tempe. Sayur bening yang disajikan pada malam 1 Muharam itu memiliki arti kebeningan jiwa. Sementara nasi liwet identik dengan kekentalan, sehingga kebeningan jiwa semakin kental di hati manusia. Jenang sengkolo memiliki arti adanya harapan agar dijauhkan dari musibah, sedangkan tahu tempe mewakili makanan khas yang digemari rakyat kebanyakan.

Selain menyajikan aneka makanan bagi jamaah dan warga sekitar, masjid juga menggelar seni Gembrung berupa senandung shalawat yang diiringi alat musik jidor dan lesung. Seni Gembrung memang sempat musnah tapi mulai sekarang sudah bangkit lagi.

Itulah sekelumit cerita tentang Masjid Kuno Taman, yang sempat mewarnai perjalanan hidupku saat aku masih kecil dulu. Setelah aku menikah dan mempunyai Shasa, rupanya Shasa selalu ingin menjalankan sholat taraweh di Masjid Kuno Taman bersama dengan eyangnya (orang tuaku). Jarak Masjid Kuno Taman itu dari rumahku kurang lebih 5 KM, sementara dari rumah eyangnya hanya membutuhkan waktu tempuh 10 menit dengan berjalan kaki. Namun kini setelah di dekat rumah eyangnya dibangun mushola, maka kami tak pernah lagi menjalankan sholat Taraweh disana. Tapi... aku masih merindukan suasana adem dari masjid itu...

*Dari berbagai sumber*

27 komentar:

  1. bangunan masjid nya klasik yah
    kayaknya adem disana

    BalasHapus
  2. saya pernah sholat maghrib disitu buk,,, bentuk dan auranya mirip dengan masjid tegalsari yg pernah saya posting buk,,,

    BalasHapus
  3. Wah,thanks telah berbagi.Jadi bangunan kuno di sana begitu ya sist?baru tahu.kaya' bukan bangunan kuno Jawa ya?

    BalasHapus
  4. di lihat dr struktur bangunannya bener sangat klasik abis, maaf baru bisa berkunjung kesini

    BalasHapus
  5. harus dijaga tuh biar gag cepet rusak..:)

    BalasHapus
  6. Tempat wudhunya bersih nggak, Mbak?

    BalasHapus
  7. Desain Klasiknya membuat mesjid ini indah..

    BalasHapus
  8. Desain klasiknya membuat mesjid ini menjadi indah..

    BalasHapus
  9. sesekali main lagi mbak hehehe
    meski jauh tapi kalo tempatnya enak pasti ga akan rugi

    BalasHapus
  10. semoga masjid ini dapat tetap dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi para pemeluknya

    BalasHapus
  11. alhamdulillah setelah diusahakan, SMP dapat masuk halaman pertama sebelumnya ajrut-ajrutan ntah dihalaman antah berantah.
    sekarang mau naikin postingan temen yg lain,
    bergilir

    BalasHapus
  12. SYa sebuah masjid tak sekedar jadi tempat beribadah/ Ia juga menjadi tempat yang memiliki nilai sejarah. Aset Kota Madiun tuh mbak.

    BalasHapus
  13. wajib di lestarikan dan hrs dijaga mbak..... dan sepertinya nyaman yah tempatnya?

    BalasHapus
  14. Waaaaow... Thanks Mbak Info Masjidnya, jadi pengin berkunjung kesana...

    BalasHapus
  15. aku paling suka liat bangunan kuno mbak :) kapan2 pingin sholat disana hehehe

    BalasHapus
  16. subhanallah
    itu mesjid kuat juga yah ..
    umurnya udah ratusan taun gituh . .

    BalasHapus
  17. aku paling suka liat bangunan kuno mbak, kpn2 pingin sholat ndek sana :)

    BalasHapus
  18. Duh, suka sekali melihat mesjidnya mbak :)

    BalasHapus
  19. selamat malam mba,...

    sebuah harta budaya bangsa kita ya mba,harus dilestarikan dan dijaga .

    msejidnya sangat klasik ya....

    BalasHapus
  20. sudah berusia ribuan tahun namun tetap kokoh berdiri. semoga dinas terkait dan masyarakat sekitar dapat menjaga niLai2 sejarah teresbut.

    BalasHapus
  21. informasi yang menarik mbak... trims ya...

    BalasHapus
  22. bangunan sejarah memang perlu di lestarikan, untuk kita mengenang akan jasa2 pendirinya.
    semoga banyak yang memakmurkan Masjidnya yaa Mbak.
    sukses selalu n tetap semangat

    BalasHapus
  23. Mbak, itu foto2nya dokumen pribadi? bagus2 Mbak...

    BalasHapus
  24. berdiri tahun 1756? Indonesia belum merdeka tuh.. xixixixi

    BalasHapus
  25. dulu di sebelah selatan masjid ini ada tk, di sebelahnya lagi kantor kelurahan taman. tk itu adalah tk siwi peni taman 1, di situ masa kecilku bersekolah, bersama bu titik dan pak sugeng (guru tk). berangkat tiap hari jalan kaki bersama teman2 melewati kuburan taman yg sangat luas.rumahku di jalan sarean.saat istirahat halamannya kami pakai (anak2 tk) utk bermain bola. tak jarang kami berebutan mengisi air kolah untuk wudhu dg timba,senang bisa bermain air. tempat wudhunya di sebelah timur, pinggir jalan asahan.di masjid itu pula aku sering sholat jumat dan kadang2 tarawih dan tadarus. di masjid inilah untuk pertama kalinya kujalani sholat jumat saat usia kira2 6th.dulu kalau datang kesiangan sholat jumat tempatnya di halaman, siap2 telapak kaki tersengat panas matahari. sekarang masjid terasa sejuk, adem.kini aku tinggal di ngawi, sudah lama tidak mampir ke sana.btw, mbak minta izin ngopy sebagian isi dari artikel di atas ya.

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)