Ada yang menggelitikku saat aku membaca buku karya James Patterson yang berjudul "Sam's Letters to Jennifer". Buku tersebut berkisah tentang Sam (Samantha) yang telah meninggalkan sebundel surat untuk cucunya yang bernama Jennifer. Surat-surat itu ditemukan Jennifer saat dia berada di rumah Sam, sementara Sam sendiri ada di rumah sakit dalam keadaan koma.
Dalam surat-suratnya, Sam berkisah kepada Jennifer tentang kisah hidupnya di masa lalu. Juga tentang rahasia hidup Sam yang selama ini hanya disimpannya sendiri. Melalui surat-surat itu, Jennifer menemukan banyak hal mengejutkan dari kisah hidup neneknya tercinta, Sam. Betapa selama ini Sam telah mengalami banyak kejadian dalam hidupnya, kejadian yang penuh dengan harapan, pedih serta adanya pergulatan emosi yang luar biasa.
Pada Bab 27 dikisahkan bahwa Jennifer yang berprofesi sebagai kolumnis terinspirasi oleh surat-surat yang ditulis Sam untuknya itu. Dan, dalam salah satu tulisannya diceritakannya tentang pertemuan terakhirnya dengan sang nenek dan bagaimana kedekatan mereka selama ini. Sam adalah nenek sekaligus orangtua (karena orangtua Jennifer sudah meninggal) dan sahabat baginya.
Yang membuatku termangu adalah saat membaca bahwa Jennifer merasa sangat beruntung karena Sam telah menuliskan pikiran-pikirannya dalam bentuk surat dan ditujukan untuknya. Yang ada dalam pikiran Jennifer saat itu adalah :
Hal itu membuatku sadar bahwa seringkali kisah hidup kita sangat penting bagi anak-cucu kita. Aku dulu sering mendengar cerita tentang perjuangan kakek-nenekku dalam menjalani hidup di masa-masa sulit dulu. Untuk bisa membangun rumah, nenekku rela melakukan apa saja (termasuk menumbuk bata merah) agar rumah itu bisa berdiri. Bahkan untuk menambah penghasilan kakekku yang berprofesi sebagai guru, kakek-nenekku membuat minyak kelapa dan menjadikan rumah sebagai tempat kos bagi pelajar-pelajar dari luar Kota Madiun.
Aku sendiri juga sering mendengar bagaimana dulu sepulang sekolah, ibuku harus membantu kakek-nenekku memarut kelapa untuk dijadikan minyak kelapa. Tentu saja kelapa yang diparut bukan hanya dalam hitungan biji, tapi puluhan jumlahnya. Dan karena kelapa-kelapa yang diparut seringkali dalam keadaan hampir busuk, maka makin sulit memarutnya.
Aku memang merasa sangat beruntung mengetahui kisah hidup kakek-nenekku dan orangtuaku. Aku bisa mengambil banyak pelajaran berharga darinya. Dan, setelah membaca buku tersebut di atas, aku semakin mantap untuk berbagi cerita tentang kehidupan yang aku jalani. Alasan pertama tentu saja supaya Shasa tahu tentang perjalanan hidup orangtuanya dan juga dirinya.
Selain itu blog ini adalah kenangan bagiku jika aku tua nanti, rasanya senang bila aku bisa membaca lagi kisah lalu dalam hidupku. Dan yang terakhir... siapa tahu dengan berbagi cerita kehidupanku kepada orang lain, ada guna dan manfaatnya bagi yang membaca. Bukankah kita bisa belajar tentang kehidupan ini dari pengalaman orang lain juga..?
Kembali pada buku "Sam's Letters to Jennifer" akhirnya Jennifer pun berinisiatif untuk membuat rekaman kehidupannya dan suaminya kepada anaknya. Dia ingin anaknya (yang diberinya nama : Samantha, seperti nama neneknya) tahu tentang siapa sebenarnya kedua orantuanya, apa yang mereka pikirkan dan betapa sayangnya mereka kepada sang anak.
Sebuah buku yang sangat manis dan aku suka membacanya. Aku jadi makin bersemangat untuk berbagi kumpulan berbagai cerita hidupku disini. Aku jadi makin sayang nih dengan blogku ini... ^_^
Penulis : James Patterson
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 272 halaman
Cover: Soft Cover
ISBN: 979-22-2497-1
Kategori: Fiksi
Dalam surat-suratnya, Sam berkisah kepada Jennifer tentang kisah hidupnya di masa lalu. Juga tentang rahasia hidup Sam yang selama ini hanya disimpannya sendiri. Melalui surat-surat itu, Jennifer menemukan banyak hal mengejutkan dari kisah hidup neneknya tercinta, Sam. Betapa selama ini Sam telah mengalami banyak kejadian dalam hidupnya, kejadian yang penuh dengan harapan, pedih serta adanya pergulatan emosi yang luar biasa.
Pada Bab 27 dikisahkan bahwa Jennifer yang berprofesi sebagai kolumnis terinspirasi oleh surat-surat yang ditulis Sam untuknya itu. Dan, dalam salah satu tulisannya diceritakannya tentang pertemuan terakhirnya dengan sang nenek dan bagaimana kedekatan mereka selama ini. Sam adalah nenek sekaligus orangtua (karena orangtua Jennifer sudah meninggal) dan sahabat baginya.
Yang membuatku termangu adalah saat membaca bahwa Jennifer merasa sangat beruntung karena Sam telah menuliskan pikiran-pikirannya dalam bentuk surat dan ditujukan untuknya. Yang ada dalam pikiran Jennifer saat itu adalah :
Berapa banyak di antara kita yang tahu riwayat hidup sesungguhnya dari orangtua atau kakek-nenek kita? Berapa banyak di antara kita yang membagikan cerita hidup kita dengan anak-anak kita? Betapa ruginya anak-anak itu bila kita tidak mau membagi cerita kita dengan mereka. Bukankah hidup kita merupakan sekumpulan cerita?
Hal itu membuatku sadar bahwa seringkali kisah hidup kita sangat penting bagi anak-cucu kita. Aku dulu sering mendengar cerita tentang perjuangan kakek-nenekku dalam menjalani hidup di masa-masa sulit dulu. Untuk bisa membangun rumah, nenekku rela melakukan apa saja (termasuk menumbuk bata merah) agar rumah itu bisa berdiri. Bahkan untuk menambah penghasilan kakekku yang berprofesi sebagai guru, kakek-nenekku membuat minyak kelapa dan menjadikan rumah sebagai tempat kos bagi pelajar-pelajar dari luar Kota Madiun.
Aku sendiri juga sering mendengar bagaimana dulu sepulang sekolah, ibuku harus membantu kakek-nenekku memarut kelapa untuk dijadikan minyak kelapa. Tentu saja kelapa yang diparut bukan hanya dalam hitungan biji, tapi puluhan jumlahnya. Dan karena kelapa-kelapa yang diparut seringkali dalam keadaan hampir busuk, maka makin sulit memarutnya.
Aku memang merasa sangat beruntung mengetahui kisah hidup kakek-nenekku dan orangtuaku. Aku bisa mengambil banyak pelajaran berharga darinya. Dan, setelah membaca buku tersebut di atas, aku semakin mantap untuk berbagi cerita tentang kehidupan yang aku jalani. Alasan pertama tentu saja supaya Shasa tahu tentang perjalanan hidup orangtuanya dan juga dirinya.
Selain itu blog ini adalah kenangan bagiku jika aku tua nanti, rasanya senang bila aku bisa membaca lagi kisah lalu dalam hidupku. Dan yang terakhir... siapa tahu dengan berbagi cerita kehidupanku kepada orang lain, ada guna dan manfaatnya bagi yang membaca. Bukankah kita bisa belajar tentang kehidupan ini dari pengalaman orang lain juga..?
Kembali pada buku "Sam's Letters to Jennifer" akhirnya Jennifer pun berinisiatif untuk membuat rekaman kehidupannya dan suaminya kepada anaknya. Dia ingin anaknya (yang diberinya nama : Samantha, seperti nama neneknya) tahu tentang siapa sebenarnya kedua orantuanya, apa yang mereka pikirkan dan betapa sayangnya mereka kepada sang anak.
Sebuah buku yang sangat manis dan aku suka membacanya. Aku jadi makin bersemangat untuk berbagi kumpulan berbagai cerita hidupku disini. Aku jadi makin sayang nih dengan blogku ini... ^_^
Penulis : James Patterson
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 272 halaman
Cover: Soft Cover
ISBN: 979-22-2497-1
Kategori: Fiksi
makanya aku ngeblog bu. sapa tau besok anak cucuku ada yang pengen tau sejarah hidupku. hehe
BalasHapusbukunya menginspirasi banget kaya'nya mba'... jadi pengen baca >.<
BalasHapusAda juga novel senada Mbak, judulnya (yg udah di Indonesiakan), Terbanglah kemana hati membawamu. Penulisnya Susanna Tamaro.
BalasHapuswah jujur aja, saya ngga tau sama sekali cerita ttg nenek. kalo kakek sih cm denger dari mama itu pun dikit2 doang. cerita papa dan mama jg ngga tau banyak.
BalasHapusuntung saya nge blog dan kalo saya punya anak, dia wajib baca blog ibunya.
wahh mba
BalasHapuschika juga jadi tambah semangat ngeblog biar anak chika bisa baca ntar hehe
emang seneng lho bisa denger cerita ibu ayah..
^^
bukunya keren... pinjem dunk mba hihii
Justru cerita-cerita dari orang yang udah pernah mengalaminya itu yang berharga..
BalasHapussaya setuju, karena hidup memang kumpulan cerita. kelak anak cucu kita akan menikmati cerita muda kita kan..
pengalaman yang berharga bisa jadi pelajaran buat orang lain ya mbak, he..
BalasHapussaya dulu punya banyak rekaman tentang masa kecil dalam bentuk kaset, sayang sekarang sudah lenyap entah di mana. ah, masa lalu layak dikenang itu...
BalasHapusbukunya bagus banget mbak , bisa jadi inspirasi untuk selalu rajin menulis.
BalasHapusOh iya ... dulu Yoga ku berumur 1bln hingga 2 thn aku punya catatan tentang perkembangannya, misalnya pertambahan berat badan, pertambahan tingginya, kapan gigi pertamanya tumbuh, kapan bisa tengkurap, kapan bisa duduk, kapan pertama dimengucapkan kata, kapan dia bisa berjalan
waaah.... blog juga kan gambaran kehidupan kita..
BalasHapusmakasih bu reni..
aku juga jadi makin ngerasa bahwa menjadi blogger itu sangat "mengesankan".. karena blog adalah gambaran perjalanan hidup kita yang kita tuliskan... :)
aku anak bungsu mbak jadi aku belum sempat lihat kakek dan nenek beliau sudah pergi , tapi pasti seru seandainya ayah dan ibu punya cerita hidupnya tapi apa daya ayah dan ibu pun sudah berpulang , cuma mengenai perjuangan hidup mereka saat perang kemerdekaan sempat juga saya dengar dari ibu, bukunya bagus mbak, happy new year semoga hari esok lebih baik dari hari ini
BalasHapusHuaaa...ini buku yg aku pengen beli juga kapan hari tapi masih ragu2. Untung ada review dari mbak Reni...
BalasHapusEh mbak, gak jadi ikutan book challenge-nya?
Bukunya sepertinya menarik untuk dibaca. Dan saya juga telah memantapkan diri untuk menjadikan blog sebagai catatan perjalan hidup saya. Rasanya sayang unt uk dilewatkan perjalanan hidup ini meski perih sekalipun. Dan yang pasti, seperti juga tulisan diatas, saya ingin ketika waktu telah begitu lama berlalu, saya ingin kembali membaca tulisan2 perjalanan hidup saya yang lampau itu. Semoga bisa
BalasHapussugeng warso enggal mba,mugi-mugi gusti tansah paring berkah kasarasan,rejeki lan sanesipun ing tahun enggal punika
BalasHapuswah dayu jd pengen bc ni mba....
BalasHapusaku copas kata2 yg da di novel tu ya...hehehe
Wah bukunya bagus... cari ah di gramed...
BalasHapus