Rabu, 08 Desember 2010

Uang dan manusia

Apa yang dicari orang ?
Uang....
Apa yang diharap orang ?
Uang....
Apa yang dikejar orang?
Malam, siang, pagi, petang ?
Uang.... uang.... uang....
Uang.... uang.... uang....

Syair di atas adalah syair lagu yang aku kenal sewaktu aku kecil dulu. Entah dari siapa atau dari mana aku mengenal lagu itu... tapi sampai kini lagu itu begitu melekat di otakku dan tak terlupakan olehku.

Seperti yang tertuang dalam lagu itu bahwa manusia dan uang memang sangat erat hubungannya. Manusia selalu mengejar uang. Kapan pun, tak peduli siang ataupun malam. Apalagi pada saat-saat sulit sekarang ini, manusia berupaya dengan berbagai cara untuk bisa mendapatkan uang.

Sayangnya, tak semua orang memiliki mental yang cukup kuat untuk tetap di jalur yang benar dalam mencari uang. Banyak yang gelap mata, karena sangat ingin memiliki uang, sehingga dia rela mencuri, merampok bahkan membunuh. Atau dengan cara-cara yang lebih 'lihai' yang biasa disebut dengan korupsi. Semua demi uang...!

Tadi aku melihat seorang nenek yang duduk di pinggir jalan menjajakan dagangannya yang berupa beberapa ikat sayur (yang sudah agak layu) dan beberapa butir telur ayam. Hanya itu. Aku bayangkan seandainya semua dagangannya itu laku, berapa keuntungan yang berhasil didapatkannya untuk hidup pada hari itu ? Namun toh dia tetap setia menjalani usahanya itu meski tak selalu dagangannya laku.

Beberapa hari yang lalu aku melihat seorang pemuda yang gagah dan tampan. Didatanginya satu per satu orang-orang yang sedang antri di kantor pos untuk mengirimkan lamaran CPNS. Kepada mereka ditawarkannya dagangannya : jamur crispy. Dan tak satupun dari mereka yang membeli dagangannya itu, namun dia tetap dengan senyum menawarkannya kepada orang-orang yang ditemuinya disitu.

Kalaupun seluruh dagangannya yang dibawa di sepeda motornya itu laku, apakah uang yang didapatkannya akan berhasil mencukupi segala kebutuhannya pada hari itu ? Rasanya tidak. Aku kemudian mencoba membandingkan kondisi nenek-nenek yang berjualan di pinggir jalan itu dengan sang pemuda.

Nenek2 itu mungkin terpaksa menjalani profesinya itu, karena dengan usianya yang sudah renta dia tak dapat berbuat apa-apa. Tak ada pilihan lain baginya. Sementara pemuda penjual jamur crispy itu masih sangat muda dan dia masih mempunyai banyak kesempatan dan kekuatan untuk melakukan hal-hal lain agar cepat kaya. Namun, toh dia masih menjalani hidupnya dengan senyum dan syukur, sehingga dia tetap setia menjalani profesinya dengan jujur.

Ternyata masih banyak orang-orang yang memiliki mental kuat dan tidak gelap mata dalam mencari uang. Aku sungguh salut terhadap para penjual bakso keliling, tukang sampah, tukang sol sepatu, penjual gorengan pinggir jalan, tukang becak dan lain-lain yang tetap menjalani usahanya mencari uang dengan jujur dan penuh rasa syukur. Padahal bisa saja mereka memilih menjadi pengemis, penipu, pencopet, pencuri ataupun penjambret agar mudah mendapatkan uang.

Kalau kita jadi mereka...., mampukah kita menjaga mental kita untuk tetap menjalani kerasnya hidup dan sulitnya mencari uang dengan tetap menjalani profesi kita dengan jujur dan penuh rasa syukur ?

18 komentar:

  1. aku belajar banyak dari mereka.
    kejujuran itu hal utama.

    BalasHapus
  2. senyum tulus, menjalani hidup dengan penuh rasa syukur, tetap berpegang pada jalan Allah...semoga kita bisa, amin3x....

    BalasHapus
  3. Mungkin mereka tidak kaya materi tetapi kaya hati. Sungguh Tuhan Maha Adil :)

    BalasHapus
  4. I really enjoyed reading this post, I was just wondering do you trade featured articles or blog posts. Thanks for sharing your Blog with others. You really share valuable information,

    BalasHapus
  5. semoga kita mampu menjaga mental kita yah mba' ^^ mungkin salah satu caranya dengan bersyukur apapun yang didapat hari ini maka akan menjalani segalanya dengan lebih ikhlas ^^

    BalasHapus
  6. Manusia sukanya apa2 cepat mbak, termasuk mendapatkan uang...

    BalasHapus
  7. Jadi keingetan temen2 kuliah saya juga yang kuliah sambil jualan gorengan2 sama donat gitu...
    Inspiratif banget Mbak postingannya. :)

    BalasHapus
  8. semua yang mengerjakan hal tersebut adalah pahlawan bu, pahlawan bagi keluarganya masing-masing dirumah

    maka sangat tidak pantas jika ada yang mencela..

    BalasHapus
  9. ngga munafik sih, sekarang apa2 butuh duit utk hidup. cm tergantung cara mendapatkannya aja. semoga kita selau berada di jalan yg lurus.

    BalasHapus
  10. Betul mbak, di deket rumah Ibu saya, sejak saya kecil sampai sekarang saya berumah tangga dan nggak disana lagi, ada tukang bakso yang tidak pernah berhenti berusaha. Usaha jualan baksonya smp sekarang msh berjalan, saya salut kegigihannya. Sekarang dia udh punya rumah, kendaraan motor, anak2nya semua sekolah smp SMA

    BalasHapus
  11. Yups, Uang padahal bikinan orang tapi sudah seperti nyawa kedua bagi kita ya, entahlah saya juga ndak tahu kalo dijadikan seperti mereka...

    BalasHapus
  12. nah tuh dia

    ternyata jujur dan penuh syukur yang kelihatannya gampang, jarang dimiliki orang manusia sekarang ini....

    contohnya ya Gayus tambunan itu!!
    hahahhhaaa

    BalasHapus
  13. sekarang ini rasanya manusia hidup cuma untuk cari uang...
    Padahal uang bukan segalanya....

    BalasHapus
  14. kalau aku sendiri, memandang uang itu penting. tetapi, itu bukan tujuan. uang adalah alat agar kita bisa hidup lebih tentang dan beribadah lebih banyak dan maksimal.

    walaupun begitu, aku tidak setuju kalau untuk mendaptkannya harus melakukan berbagai cara. harta itu sakral harus didapatkan dengan cara yang suci. tanpa itu, saya kira pertanggungjawaban akan kita lakukan atas berbagai kecurangan yang kita lakukan saat mengumpulkan uang.

    Postingan yang bagus. :-)

    BalasHapus
  15. jadi jujur emang susah Mbak apalagi kalau lingkungan kerja kita udah terbiasa ama "kecurangan-kecurangan" yang dianggap wajar... berbahagialah mereka yang masih bisa mempertahankan kejujuran karena Tuhan melihat hati bukan rupa atau kekayaan manusia :)

    BalasHapus
  16. Kehidupan kan ujian dari Sang Mah Pencipta. dikasih kaya, ujian. Miskin, ujian. sakit, ujian. Sehat, ujian. Sekarang tergantung kita bagimana menjalani ujian tersebut. Apakah berusaha sekuat tenaga dengan cara2 yang bersih agar dapat menjawab soal ujian dengan baik, ato menghalalkan segala cara, sekalipun yang kotor?

    Semoga kita selalu kuat dalam menjalani ujian Allah. amien

    BalasHapus
  17. I am first here visiting your site while I'm Glad your a post i really like it ..

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)