Setiap pagi aku selalu kesulitan untuk membeli sayuran dari penjual sayur keliling. Membeli sayuran adalah masalah utamaku selama ini. Penyebabnya ada 3. Yang pertama adalah karena di pagi hari aku disibukkan dengan kegiatan menyiapkan sarapan di dapur, sehingga aku tak bisa menunggu kedatangan penjual sayur.
Yang kedua karena penjual sayur keliling yang lewat pagi-pagi (sekitar jam 05.00 - 06.00 WIB) di komplek perumahanku naik motor semua. Jadi saat aku berlari ke depan karena mendengar suara motor mereka, aku selalu kalah cepat. Saat aku sampai depan, motor mereka sudah berlalu dari depan rumahku.
Yang ketiga, karena aku tidak berlangganan sayur dari mereka, maka mereka tak mau repot-repot menghentikan motornya ketika lewat di depan rumahku untuk menawarkan sayuran mereka. Akibatnya, aku selalu kalah dalam beradu cepat dengan mereka. Sementara jika aku sengaja menunggu mereka di depan rumah, maka berarti aku tak bisa menyiapkan sarapan untuk keluargaku.
Itulah sebabnya, selama ini aku selalu memilih untuk memborong sayuran pada hari Sabtu dan Minggu. Karena pada kedua hari itu aku tak masuk kerja. Masalahnya akan muncul jika pada hari Sabtu atau Minggu itu akupun tidak berada di rumah karena ada acara (menginap) di tempat lain.
Aku memang tak terbiasa belanja ke pasar setiap pulang kantor, karena sudah capek. Inginnya setiap pulang kantor aku segera pulang ke rumah, dan tak ingin mampir kemana-mana lagi. Makanya, dalam keadaan darurat (sudah tak punya sayur sama sekali untuk dimasak), aku titip kepada Ibuku atau Ibu Mertuaku untuk belanja sayuran untukku.
Biasanya, sambil menjemput Shasa (yang tiap pulang sekolah selalu berada di rumah eyangnya) aku akan mengambil sayur titipanku sekalian. Yah, beginilah suka dukanya jadi wanita yang bekerja dan tak punya asisten rumah tangga di rumah.
Untungnya sekarang urusan membeli sayuran bukan menjadi masalah lagi bagiku. Semenjak pindah ke kantor baru aku justru mudah membeli sayuran, karena ada 'dewa penyelamat' untukku. Dia adalah seorang ibu penjual sayuran keliling yang datang ke kantorku setiap pagi (jam 09.00 - 10.00 WIB).
Yang dibawanya lengkap sekali. Aneka sayur mayur jelas ada. Selain itu dia juga membawa aneka jenis bahan lauk seperti : tahu, tempe, telur, daging dan ikan pun dia bawa. Dia juga membawa bahan makanan olahan seperti sosis, bakso ataupun santan kelapa dalam kemasan. Aneka bumbu, dari yang mentah sampai kemasan pabrik juga ada. Bahkan dia juga membawa makanan matang berupa jajan tradisional (seperti utri) dan makanan jadi (seperti bothok). Lengkap banget pokoknya.
Dengan hadirnya ibu penjual sayuran keliling itu, maka kaum wanita di kantorku menjadi sangat bergairah belanja sayuran sekaligus bergairah memasak.
Yang kedua karena penjual sayur keliling yang lewat pagi-pagi (sekitar jam 05.00 - 06.00 WIB) di komplek perumahanku naik motor semua. Jadi saat aku berlari ke depan karena mendengar suara motor mereka, aku selalu kalah cepat. Saat aku sampai depan, motor mereka sudah berlalu dari depan rumahku.
Yang ketiga, karena aku tidak berlangganan sayur dari mereka, maka mereka tak mau repot-repot menghentikan motornya ketika lewat di depan rumahku untuk menawarkan sayuran mereka. Akibatnya, aku selalu kalah dalam beradu cepat dengan mereka. Sementara jika aku sengaja menunggu mereka di depan rumah, maka berarti aku tak bisa menyiapkan sarapan untuk keluargaku.
Itulah sebabnya, selama ini aku selalu memilih untuk memborong sayuran pada hari Sabtu dan Minggu. Karena pada kedua hari itu aku tak masuk kerja. Masalahnya akan muncul jika pada hari Sabtu atau Minggu itu akupun tidak berada di rumah karena ada acara (menginap) di tempat lain.
Aku memang tak terbiasa belanja ke pasar setiap pulang kantor, karena sudah capek. Inginnya setiap pulang kantor aku segera pulang ke rumah, dan tak ingin mampir kemana-mana lagi. Makanya, dalam keadaan darurat (sudah tak punya sayur sama sekali untuk dimasak), aku titip kepada Ibuku atau Ibu Mertuaku untuk belanja sayuran untukku.
Biasanya, sambil menjemput Shasa (yang tiap pulang sekolah selalu berada di rumah eyangnya) aku akan mengambil sayur titipanku sekalian. Yah, beginilah suka dukanya jadi wanita yang bekerja dan tak punya asisten rumah tangga di rumah.
Untungnya sekarang urusan membeli sayuran bukan menjadi masalah lagi bagiku. Semenjak pindah ke kantor baru aku justru mudah membeli sayuran, karena ada 'dewa penyelamat' untukku. Dia adalah seorang ibu penjual sayuran keliling yang datang ke kantorku setiap pagi (jam 09.00 - 10.00 WIB).
Yang dibawanya lengkap sekali. Aneka sayur mayur jelas ada. Selain itu dia juga membawa aneka jenis bahan lauk seperti : tahu, tempe, telur, daging dan ikan pun dia bawa. Dia juga membawa bahan makanan olahan seperti sosis, bakso ataupun santan kelapa dalam kemasan. Aneka bumbu, dari yang mentah sampai kemasan pabrik juga ada. Bahkan dia juga membawa makanan matang berupa jajan tradisional (seperti utri) dan makanan jadi (seperti bothok). Lengkap banget pokoknya.
Dengan hadirnya ibu penjual sayuran keliling itu, maka kaum wanita di kantorku menjadi sangat bergairah belanja sayuran sekaligus bergairah memasak.
Cerita yang anda paparkan sangat bagus buu..senang bisa berkenalan dengan anda.
BalasHapusWiiih, senangnya yang udah bisa beli sayur secara berkala... :D
BalasHapusSalam sayang dari BURUNG HANTU... Cuit... Cuit... Cuit...
ya ya ya semoga tukang sayurnya bisa lewat tempatku pula ya... hehehe..
BalasHapusibu-ibu penjual sayuran dan ibu-ibu kantoran jadi sama-sama untung deh.. hehe
BalasHapushmmm si penjual sayuran tersebut cerdas rupanya, bisa melihat celah bisnis yang oke dengan berjualan di kantornya Mbak Reni, tahu ndiri kan wanita kantoran biasanya gak sempet ke pasar. plus dia juga jual makanan kecil, kalo itu dimanapun juga di cari, coba dia mau ke tempat saya, pasti diborong abisss^^
BalasHapusWah emang ibu-ibu bgt,walaupun bekerja qta musti tetep ngelakuin tugas sebagai ibu rumah tangga juga :)
BalasHapusYur...sayur...! jadi inget suara ini yang dulu kerap berhenti di depan rumah, tapi kini....tak pernah lagi. tak ada lagi orang rumah yang menghentikannya.
BalasHapuswah semoga tukang sayurnya lewat ke rumah ibi ya,,, terima kasih gan buat infonay
BalasHapusWah...kalau emaknya Bang Pendi lain Mba, walau tiap pagi ketemu tukang sayur tapi sekarang2 ini bukannya seneng tapi malah sepet kalau lihat tukang sayur. gara2 cabe mahalnya selangit...emak jadi gemes sama tukang sayur...hehehe
BalasHapusSalam hangat, sukses & sehat selalu...
Berarti kulkas dikantor selalu penuh oleh belanjaan ibu-ibu yang borong bahan makanan tiap pagi dong mba wkwkwkwk..
BalasHapusOh ya coba minta no hp tukang sayur yang lwt dpn rmh mba. jadi mba reni bisa pesan bhn makanan baik syr, ikan, daging atau yang lain dan pgn dianternya jam brapa. soalnya aku gitu dirmh dan sangat terbantu banget.
jadi inget pada penjual roti di deket rumah yg naik motor. tiap kali mau dipanggil eh udah pergi. karena cepet banget berlalunya. hehehe...
BalasHapusduuh ibu yang hebat nih.. bisa ngerasain ribetnya bunda saat nyiapin sarapan kalo nggak ada sayur.
BalasHapusuntung, bunda saya dulu kalo beli sayur tukangnya standby di satu tempat.. maklum, masih pedesaan
sepertinya gag terpengaruh sama harga cabe yang meroket itu nii :p
BalasHapuskalo aq sama tukang jual mie goreng keliling. dari jauh kedengaran suara pentungan kualinya, pas disamperin rupanya udah jauh... malahan ga' keliatan...
BalasHapusrepot juga ya kalo jadi ibu rumah tangga sambil kerja
BalasHapusartinya anda dan ibu penjual sayur itu sama-sama diuntungkan (simbiosis mutualisme)
ayo lebih rajin lagi masak sayur...(:
BalasHapusWealah... seneng banget. Nggak usah susah2 belanja jauh2 ;)
BalasHapusMbak, mampir ke blog Ana yah? udah ada serial blogger hahahaha
wah keadaanya sama mbak, jadi selama ini belanja mingguan aja,
BalasHapus