Beberapa hari yang lalu aku membaca berita yang menyedihkan di bidang pendidikan. Kegiatan belajar mengajar SDN Rufewes di Kampung Rufewes, Distrik Miyah, Kabupaten Tambrauw, Papua telah terhenti selama 6 bulan. Terhitung sejak Juli 2010 siswa kelas I s/d VI SDN Rufewes terpaksa diliburkan karena para guru tidak mengajar.
Terbayang kan bagaimana cemasnya para orang tua murid (khususnya orang tua anak-anak kelas VI) akan hal itu? Sangat wajar jika mereka menjadi was-was akan 'nasib' anak-anaknya di Ujian Nasional nanti. Kekhawatiran apakah anak-anaknya dapat ikut UN atau tidak. Kalaupun anak-anak itu bisa ikut UN, mereka khawatir akan kesiapan anak-anak mereka karena telah 'diliburkan' sekian lama.
Entah apa penyebab guru-guru itu 'mogok' mengajar. Mungkinkah karena gaji mereka belum terbayar? Ataukah hak-hak mereka belum terpenuhi? Atau sarana-prasarana belajar mengajar yang tidak memadai sehingga mereka malas untuk mengajar?
Mungkinkah kejadian yang sama juga dialami di pelosok lain negara ini? Apakah untuk daerah-daerah terpencil di negara kita masih begitu sulit mendapatkan pendidikan? Apakah pendidikan di banyak daerah terpencil di negara ini ibarat "barang mewah"?
Berita tersebut mau tak mau menunjukkan kesenjangan yang terjadi di dunia pendidikan kita. Terbukti bahwa kegiatan belajar mengajar di beberapa daerah dalam negara kita masih sulit terlaksana dengan baik. Banyak faktor yang menjadi kendala kelancaran kegiatan belajar mengajar tersebut.
Masih banyak "PR" yang harus diselesaikan oleh pemerintah kita agar setiap anak, generasi penerus bangsa ini, dimanapun dia berada dapat mengenyam pendidikan dengan mudah. Mereka semua berhak mendapat pendidikan yang sama. Mereka semua berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang.
Terbayang kan bagaimana cemasnya para orang tua murid (khususnya orang tua anak-anak kelas VI) akan hal itu? Sangat wajar jika mereka menjadi was-was akan 'nasib' anak-anaknya di Ujian Nasional nanti. Kekhawatiran apakah anak-anaknya dapat ikut UN atau tidak. Kalaupun anak-anak itu bisa ikut UN, mereka khawatir akan kesiapan anak-anak mereka karena telah 'diliburkan' sekian lama.
Entah apa penyebab guru-guru itu 'mogok' mengajar. Mungkinkah karena gaji mereka belum terbayar? Ataukah hak-hak mereka belum terpenuhi? Atau sarana-prasarana belajar mengajar yang tidak memadai sehingga mereka malas untuk mengajar?
Mungkinkah kejadian yang sama juga dialami di pelosok lain negara ini? Apakah untuk daerah-daerah terpencil di negara kita masih begitu sulit mendapatkan pendidikan? Apakah pendidikan di banyak daerah terpencil di negara ini ibarat "barang mewah"?
Berita tersebut mau tak mau menunjukkan kesenjangan yang terjadi di dunia pendidikan kita. Terbukti bahwa kegiatan belajar mengajar di beberapa daerah dalam negara kita masih sulit terlaksana dengan baik. Banyak faktor yang menjadi kendala kelancaran kegiatan belajar mengajar tersebut.
Masih banyak "PR" yang harus diselesaikan oleh pemerintah kita agar setiap anak, generasi penerus bangsa ini, dimanapun dia berada dapat mengenyam pendidikan dengan mudah. Mereka semua berhak mendapat pendidikan yang sama. Mereka semua berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang.
jika budget 1,3 triliyun yg dianggarkan untuk pembangunan gedung dewan, digunakan untuk biaya pendidikan, mungkin bisa sedikit membantu......makanya ayo mba kita tolak tuh rencana anggota dewan kita yang gak pake nurani ntu!?!?!?
BalasHapusironi pendidikan negeri ini...ada yang susah...untuk sekolah... dan ketika bersekolah pun..setelah lulus..dan ingin mengabdikan di negeri ini, kurang ada penghargaan dari negara..sehingga mereka mending berkarir diluar negeri..
BalasHapusbukan hanya masalah kesejahteraan guru, sarana dan prasarana antara sekolahan di kota dan di desa juga seringkali menjadi perbedaan yang teramat jauh
BalasHapusMohon maaf lama baru sempat mampir Mbak.
BalasHapusmeskipun saya seorang yang menggeluti profesi itu, namun apapun alasannya mogok bukanlah suatu langkah yang efektif karena merugikan subjek didik.
BalasHapusduh ... aku sedih banget mendengarkannya, mengapa masih ada aja anak2 Indonesia yg tidak dapat bersekolah, smg ini cepat teratasi ya mbak.
BalasHapusPara Guru mogok mengajar? duh... :'(
BalasHapusmemang pendidikan di negara ini masih agak sulit ya mbak, terlihat seperti sesuatu yang wah sekali rasanya.
BalasHapusbukannya Guru itu pahlawan tanpa tanda jasa, ya.. kalo mogok ngajar karena gaji blm dibayar, artinya mereka mengharap jasa dong? tapi biar gimanapun, guru kan perlu makan juga :D jadi semuanya salah siapa ya,..
BalasHapusLibur selama itu? Wuih, ya kasian sama murid muridnya, nggak hanya yg kelas enam. Benar2 PR buat pemerintah nih..
BalasHapussemoga mereka cepat belajar kembali ya.. memang sih, banyak yg bilang gaji guru keciiil bgt. makanya mereka pada mogok..
BalasHapusya ampun......
BalasHapusmungkin itu yang namanya guru nggak berdedikasi. seorang guru kalau memang cinta pekerjaan dan cinta murid-muridnya pasti akan tetep ngajar walau apa pun yang terjadi....
ironis memang negeri kita ini...
masalah PMDK juga masih simpang siur..:x
BalasHapusSeharusnya para pendidik gak melakukan hal mogok-mogok. Tapi saya bingung yang salah pemerintah atau siapa?
BalasHapusYa ampun..
BalasHapusPada akhirnya, guru juga manusia.
Bisa ngambek juga...
kadang saya mikir, profesi guru tuh seharusnya profesi pengabdian.. ketika seharusnya yang dipikirkan utamanya adalah anak-anak didiknya.
tapi kalo terbentur urusan perut, emang susah juga sih.
Sungguh memprihatinnya... Aku nggak bisa komentar banyak, aku cuma mau bersyukur aku sempat mendapat pendidikan dari SD hingga kuliah tanpa kesulitan berarti. Terima kasih Tuhan..
BalasHapusNice post, btw. Aku suka blog ini, inspiratif :)
Klo gurunya teladan pasti muridnya juga teladan bu :)
BalasHapusKlo masalah perbedaan tingkat pendidikan di setiap daerah itu tergantung otonomi nya bu, tergantung daerah asal dah sekarang