Baru-baru ini Shasa belajar banyak tentang arti kelompok dan kepemimpinan. Untuk pelaksanaan perkemahan Pramuka yang akan diselenggarakan pada Sabtu-Minggu (tanggal 7-8 Agustus 2010 nanti) di kelas shasa sudah dibentuk 4 regu, 2 regu putra dan 2 regu putri. Shasa ditunjuk oleh Pembima Pramuka sebagai salah satu ketua dari regu putri dengan membawahi 9 orang anggota.
Mereka bersepuluh sudah seminggu kemarin berlatih atraksi yang akan ditampilkan dalam acara api unggun. Rencananya regunya Shasa akan menari. Namun sayang, ada 1 orang dalam kelompok Shasa yang sering tidak hadir saat latihan menari. Anggota regu Shasa yang lain meminta Shasa untuk mengeluarkan 1 orang yang tak pernah latihan itu (sebut saja namanya Cindy), karena regu yang satunya juga telah mengeluarkan 4 orang dari kelompoknya.
Sewaktu Shasa meminta pendapatku tentang usulan teman-temannya agar dia mengeluarkan Cindy, aku dengan tegas melarangnya. Kukatakan pada Shasa bahwa tugas ketua regu salah satunya adalah untuk menjaga kekompakan dan keutuhan kelompok. Memang tidak mudah karena karakter tiap anak berbeda-beda, tapi kutegaskan pada Shasa bahwa ini kesempatan istimewa baginya untuk berlatih mengatur banyak orang dengan banyak karakter. Kukatakan juga pada Shasa, baik buruknya anggota dan sukses tidak suatu regunya, semua itu tergantung pada pemimpinnya.
Kujelaskan juga kepadanya bahwa mungkin saja selama ini Cindy tak ikut berlatih karena tak ada orang tua yang mengantarkannya. Untuk anak-anak seusia Shasa, mobilitas mereka memang masih sangat tergantung pada orang tua mereka. Apalagi tempat dilakukannya latihan menari tempatnya kebetulan jauh dari rumah Cindy. Kuminta Shasa untuk membayangkan dirinya andai jadi Cindy yang dikeluarkan dari regunya, sementara regu yang lain juga tak mau menerimanya, bagaimana sedih dan terpukulnya perasaan Cindy. Itu makanya aku (dan ayahnya), meminta Shasa untuk tetap memberikan tempat bagi Cindy dalam regunya itu.
Aku (dan ayahnya) terus menerus memompa semangat Shasa untuk sebisa mungkin menyatukan anggota regunya. Ayahnya semula mengusulkan agar selama pelaksanaan api unggun itu, Cindy ditugasi untuk menjaga tenda karena dia tak bisa menari karena tak pernah latihan. Namun ternhyata Shasa punya solusi sendiri yang lebih bagus (menurutku). Dia meminta Cindy untuk tampil sendiri di acara api unggun itu dengan membaca puisi, sementara teman-teman lainnya menari.
Setelah keadaan berjalan 'normal' tiba-tiba Sabtu kemarin ada berita mengejutkan dari Shasa. Regu putri satunya yang telah mengeluarkan 4 orang anggotanya, tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan telah menarik 4 orang dari kelompok Shasa. Hal itu tentu saja memukul perasaan Shasa, apalagi selama ini dia sudah berjuang keras menjaga keutuhan kelompoknya.
Kali ini aku tak mau tinggal diam, karena kejadian bongkar pasang kelompok di kelas Shasa sudah terjadi sejak kelas 4 dulu. Aku melihat bahwa anak-anak itu belum diajar tentang arti kelompok, sehingga bagi mereka sah-sah saja mengeluarkan anggota kelompoknya dan menggantinya dengan orang lain sekehendak sendiri. Aku melihat bahwa anak-anak di kelas Shasa cenderung mengambil jalan termudah, tak cocok dibuang. Sehingga tak ada upaya untuk menyatukan visi dan misi dan membawa kelompok tetap utuh sampai tujuan.
Aku tak ingin perilaku seperti itu tetap jadi kebiasaan, sehingga terbawa pada dunia kerja nantinya. Sering aku melihat bahwa staf-staf yang bermasalah selalu saja diusulkan untuk dipindahkan ke bidang/kantor yang lain, dan mereka meminta ganti staf yang baik. Semua minta yang enak-enak saja. Padahal salah satu tugas dari pemimpin itu adalah memberikan pembinaan kepada anggotanya, sehingga baik buruknya anggota adalah menjadi tanggung jawab pemimpin.
Dengan dasar pemikiran itulah, aku tadi pagi sengaja menemui bapak guru pembimbing Pramuka di sekolah Shasa. Kujelaskan pada beliau tentang kondisi anak-anak perempuan kelas 5. Aku meminta bantuan kepada beliau untuk dalam kegiatan kepramukaan lebih menekankan dan melatih masalah kerjasama kelompok. Ternyata tanggapan dari guru pembimbing Pramuka sangat baik, bahkan beliau sendiri mengaku bahwa Sabtu kemarin sudah ada anak yang mengadu padanya kalau dia dikeluarkan dari regu Pramukanya. Hanya saja, Sabtu kemarin beliau belum sempat menindaklanjuti laporan tersebut.
Alhamdulillah, kejadian itu telah memberikan banyak pelajaran berharga pada Shasa. Dan kulihat Shasa tetap mau menerima 4 orang anggota regunya yang semula ingin pindah ke regu lain. Kukatakan padanya bahwa inilah pelajaran berharga yang tak dapat ditemukannya dari buku-buku. Aku bangga dengan kebesaran hatinya yang mau menerima kembali 4 orang anggotanya. Semoga saja, peristiwa itu juga memberikan pelajaran berharga bagi anggota regu yang lain.
Mereka bersepuluh sudah seminggu kemarin berlatih atraksi yang akan ditampilkan dalam acara api unggun. Rencananya regunya Shasa akan menari. Namun sayang, ada 1 orang dalam kelompok Shasa yang sering tidak hadir saat latihan menari. Anggota regu Shasa yang lain meminta Shasa untuk mengeluarkan 1 orang yang tak pernah latihan itu (sebut saja namanya Cindy), karena regu yang satunya juga telah mengeluarkan 4 orang dari kelompoknya.
Sewaktu Shasa meminta pendapatku tentang usulan teman-temannya agar dia mengeluarkan Cindy, aku dengan tegas melarangnya. Kukatakan pada Shasa bahwa tugas ketua regu salah satunya adalah untuk menjaga kekompakan dan keutuhan kelompok. Memang tidak mudah karena karakter tiap anak berbeda-beda, tapi kutegaskan pada Shasa bahwa ini kesempatan istimewa baginya untuk berlatih mengatur banyak orang dengan banyak karakter. Kukatakan juga pada Shasa, baik buruknya anggota dan sukses tidak suatu regunya, semua itu tergantung pada pemimpinnya.
Kujelaskan juga kepadanya bahwa mungkin saja selama ini Cindy tak ikut berlatih karena tak ada orang tua yang mengantarkannya. Untuk anak-anak seusia Shasa, mobilitas mereka memang masih sangat tergantung pada orang tua mereka. Apalagi tempat dilakukannya latihan menari tempatnya kebetulan jauh dari rumah Cindy. Kuminta Shasa untuk membayangkan dirinya andai jadi Cindy yang dikeluarkan dari regunya, sementara regu yang lain juga tak mau menerimanya, bagaimana sedih dan terpukulnya perasaan Cindy. Itu makanya aku (dan ayahnya), meminta Shasa untuk tetap memberikan tempat bagi Cindy dalam regunya itu.
Aku (dan ayahnya) terus menerus memompa semangat Shasa untuk sebisa mungkin menyatukan anggota regunya. Ayahnya semula mengusulkan agar selama pelaksanaan api unggun itu, Cindy ditugasi untuk menjaga tenda karena dia tak bisa menari karena tak pernah latihan. Namun ternhyata Shasa punya solusi sendiri yang lebih bagus (menurutku). Dia meminta Cindy untuk tampil sendiri di acara api unggun itu dengan membaca puisi, sementara teman-teman lainnya menari.
Setelah keadaan berjalan 'normal' tiba-tiba Sabtu kemarin ada berita mengejutkan dari Shasa. Regu putri satunya yang telah mengeluarkan 4 orang anggotanya, tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan telah menarik 4 orang dari kelompok Shasa. Hal itu tentu saja memukul perasaan Shasa, apalagi selama ini dia sudah berjuang keras menjaga keutuhan kelompoknya.
Kali ini aku tak mau tinggal diam, karena kejadian bongkar pasang kelompok di kelas Shasa sudah terjadi sejak kelas 4 dulu. Aku melihat bahwa anak-anak itu belum diajar tentang arti kelompok, sehingga bagi mereka sah-sah saja mengeluarkan anggota kelompoknya dan menggantinya dengan orang lain sekehendak sendiri. Aku melihat bahwa anak-anak di kelas Shasa cenderung mengambil jalan termudah, tak cocok dibuang. Sehingga tak ada upaya untuk menyatukan visi dan misi dan membawa kelompok tetap utuh sampai tujuan.
Aku tak ingin perilaku seperti itu tetap jadi kebiasaan, sehingga terbawa pada dunia kerja nantinya. Sering aku melihat bahwa staf-staf yang bermasalah selalu saja diusulkan untuk dipindahkan ke bidang/kantor yang lain, dan mereka meminta ganti staf yang baik. Semua minta yang enak-enak saja. Padahal salah satu tugas dari pemimpin itu adalah memberikan pembinaan kepada anggotanya, sehingga baik buruknya anggota adalah menjadi tanggung jawab pemimpin.
Dengan dasar pemikiran itulah, aku tadi pagi sengaja menemui bapak guru pembimbing Pramuka di sekolah Shasa. Kujelaskan pada beliau tentang kondisi anak-anak perempuan kelas 5. Aku meminta bantuan kepada beliau untuk dalam kegiatan kepramukaan lebih menekankan dan melatih masalah kerjasama kelompok. Ternyata tanggapan dari guru pembimbing Pramuka sangat baik, bahkan beliau sendiri mengaku bahwa Sabtu kemarin sudah ada anak yang mengadu padanya kalau dia dikeluarkan dari regu Pramukanya. Hanya saja, Sabtu kemarin beliau belum sempat menindaklanjuti laporan tersebut.
Alhamdulillah, kejadian itu telah memberikan banyak pelajaran berharga pada Shasa. Dan kulihat Shasa tetap mau menerima 4 orang anggota regunya yang semula ingin pindah ke regu lain. Kukatakan padanya bahwa inilah pelajaran berharga yang tak dapat ditemukannya dari buku-buku. Aku bangga dengan kebesaran hatinya yang mau menerima kembali 4 orang anggotanya. Semoga saja, peristiwa itu juga memberikan pelajaran berharga bagi anggota regu yang lain.
sungguh bunda yg bijaksana seklai mba reni ini ^^
BalasHapusaku harus banyak belajar dr mba reni,karena kaka sudah mulai bikin aku puisng :(
hhihihi.... :D
yesssss...pertamax ternyata :)
BalasHapustau gak mba,...setiap liat mba reni berseragam PNS aku selalu teringat mamaku ^^
Sip, mantep artikelnya , busa buat inspirasi :D
BalasHapusMantap deh. Ya sejak kecil anak-anak harus diajarkan bagiamana bersosialisasi yang baik ya mbak. Lewat kelompok, lewat tugas sekolah, pramuka dll. Eh, mbak saya sudah selesai lo membaca Three Cups of Tea. Itu sudah saya posting.
BalasHapushahaha....... mirip banget mamaku.... ^_^
BalasHapusmemang itu susahnya jadi pemimpin... bisa berlaku tegas tapi tetep adil... wah pelajaran yg bagus nie mbak....
BalasHapusdan untuk ng'datengin pembina Pramukanya bener2 bagus tuh hhe......jadi bisa diingetin yg sering bolos hhe...
shasa beruntung sekali punya ibu yg tahu mendidik anaknya. hmm...salut mbak dg caranya mendidik shasa.
BalasHapusBunda yg baik dan menyenangkan terutama buat Sasha. Semoga diikuti bunda lainnya.
BalasHapusSalam sobat :)
Saya jd kagum nih ama Shasa.dia msh ttp mau menerima 4 org anggota regunya? keputusan yg bijak.
BalasHapusslm y mba bwt Shasa...
ya bner mbak....
BalasHapussekelompok itu berarti sama2 menanggung resiko dan hasil
BalasHapussemoga sasha lebih semangat
Ibu yang bijaksana, pelajaran ini bukan saja untuk shasa saja tapi untuk yang lainnya dan juga bagi seorang bapak pelupa ini! Sukses buat si kecil shasa!
BalasHapusSemakin banyak pengalaman Shasa, pasti dia akan jadi gadis yang serbabisa!
BalasHapussemoga shasa menjadi wanita perkasa,,, dan berbakti kepada kedua orang tua.. heheh
BalasHapuskeren nih pelajaran bersosialisasi Shasa qe3 bekal bagus buat masa remaja hingga dewasa kelak.
BalasHapusJadi inget waktu aku duluuuu... waktu kelas 5 SD juga jadi ketua regu Pramuka qe3
leadership dan teamwork kalo istilah kerennya.hehe
BalasHapussusah emang untuk memiliki kemampuan yang wahid untuk keduanya, harus banyak dilatih
diajarkan aktif dalam organisasi buk, saya mendapatkan banyak pengalaman dari perbedaan anggota dalam berorganisasi...
BalasHapusWah hebatnya....
BalasHapussalut sama mba Reni. Duh, saya ngga bisa mikir deh kalo ngadepin situasi kaya gitu. Belajar dari pengalaman mungkin nanti ya :)
terima kasih atas sharenya, bermanfaat untuk mengarahkan anak-anak akan penting kebersamaan.
BalasHapusmemang piLihan yang suLit untuk Shasa, tapi karena arahan dan dukungan dari orang tuanya tentu akan Lebih Lega daLam mengambiL sebuah kebijakan.
wah beruntung banget shasa punya ibu yang perhatian, n ilmu tentang organisasi itu memang sangat bermanfaat buat masa depannya :)
BalasHapuspelajaran yang bagus buat saya juga.. :)
BalasHapussalam buat Shasa-nya Mbak..:)
Benar2 bijak dan pandai dalam mengatur kelompok, aku aja saat ini jadi pemimpin organisasi kecil bingung ngatur anggota, sifatnya masing2 sih...
BalasHapusSungguh bijak sana mbak..mbak bisa mengarahkan shasa utk mengerti arti hidup dan pertemanan...salut saya ..
BalasHapusSungguh orang tua yg bijaksana...memotivasi shasa dalam keadaan apa pun ane salut mba...met istrahat
BalasHapusmendingan ya sis reni mau turut campur.Kalau saya dulu sampai pentungan dengan antar kelompok gak mau bilang ke Ibu.Jadi ingat masa SDku deh.Beruntung Shasa memiliki bunda seperti sist.
BalasHapussmoga sasha, bisa berkembang dengan baik setelah mendapatkan arti kepimimpinan dan kelompok, dan siapa tau sasha juga bisa menjadi pemimpin d masa mendatang. Amien.. :)
BalasHapussusah ngatur org banyak, berat bgt
BalasHapuswah,,,ibu yang keren niy...
BalasHapusshasa juga hebat ya...
Selamat pagiii... ^_^
BalasHapusSilahturahmi, selamat beraktifitas!
BalasHapusMeluncur lagi kesini...... met pagi Mbak... Semangat N sukses slalu!!
BalasHapushal2 seperti itu memang harus diajarkan secara dini kepada anak-anak yo mbak. agar ketika beranjak remaja sudah mengerti untuk bekal kelak pada saat dewasa
BalasHapussalam hangat dari Surabaya
hmm, emang jadi pemimpin itu susah ya mbak
BalasHapusnah itu shasa cerdas euy bisa ngambil solusi gitu, meski sayang banget besoknya malah ada kejadian gak mengenakkan tadi
tapi untunglah akhirnya jadi baik lagi
yak bener banget, segala hal [yang terkecil sekalipun] yang udah dibiasakan sejak kecil bakalan dibawa sampe kita beranjak dewasa, baik dalam pergaulan juga dalam pekerjaan.
sip deh mbak..
jadi teringat masa2 SD dulu yang juga ikutan persami atau perjusami, heheu..
aku baru ngeblog lagi nih mbak
kemarin2 lagi males banget, hehe
memang suatu kesulitan dan tantangan untuk menjadi seorang pemimpin sebab harus terlihat sempurna dan mengetahui segala sesuatu.
BalasHapusyaa...mendidik anak emang sulit apalagi anak perempuan..kunjungan balik mbak!
BalasHapus