Minggu, 09 Januari 2011

Dibalik kehidupan pesantren

Novel yang terinspirasi oleh kisah nyata ini benar-benar telah membuka pengetahuanku tentang seluk beluk kehidupan di sebuah pondok pesantren (khusus laki-laki). Dan, setelah membaca novel ini pula gambaranku selama ini tentang dunia pesantren ternyata jauh berbeda.

Alif yang sebenarnya ingin masuk ke sekolah umum (SMA) terpaksa harus merelakan melepas impiannya itu. Amaknya (ibunya) bersikeras agar Alif masuk sekolah agama (Islam) dengan harapan agar anaknya kelak mampu menjadi pemimpin agama yang hebat dan berpengetahuan luas.

Alif yang sejatinya ingin bisa kuliah dan menjadi orang hebat seperti Pak Habibie tentu saja kecewa dengan kemauan keras Amaknya. Sadar bahwa dia tak mungkin menentang kemauan Amaknya, akhirnya Alif nekad untuk sekolah ke Pondok Madani di Jawa Timur, yang terletak sangat jauh dari kampung halamannya Bukit Tinggi.

Keputusan setengah hati Alif membuatnya tak mempunyai tujuan tentang apa yang hendak dicarinya dari Pondok Madani. Sementara teman-teman karibnya yang masuk ke pondo itu semuanya mempunyai tujuan masing-masing yang hendak mereka capai.

Kegamangan Alif berada di Pondok Madani beberapa kali mengganggu konsentrasinya dalam menempuh pendidikan di sana. Namun tak bisa dipungkiri bahwa dari pondok itulah Alif menemukan banyak sekali pelajaran berharga yang kelak sangat bermanfaat dalam hidupnya.

Berbagai kegiatan dan disiplin yang diterapkan di dalam pondok, mau tak mau mendidik anak untuk total dalam berkarya. Nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, persahabatan dan semangat kejuangan sangat kental terasa dalam kehidupan seluruh penghuni pondok.

Sangat menarik untuk mengetahui bagaimana setiap siswa dilatih untuk mampu menguasai bahasa resmi yang digunakan di pondok itu, yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Juga tentang cara-cara membangkitkan rasa percaya diri siswa dan bagaimana menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Bagiku, yang luar biasa adalah bagaimana Pondok Madani memperlakukan ujian sebagai layaknya "perayaan" dengan segala macam keistimewaannya.

Pondok Madani menyediakan berbagai macam kegiatan ekstra kurikuler untuk mewadahi berbagai macam minat anak didiknya. Mulai dari pramuka, jurnalistik, olahraga (sepak bola, badminton dll) serta kesenian (seni lukis, teater dll). Sehingga, kegiatan mereka tak monoton hanya berkutat pada hal-hal yang berbau 'keagamaan' semata.

Rupanya Pondok Madani ingin mengembangkan multiple inteligent secara seimbang kepada seluruh anak didiknya. Dan untuk memompa semangat seluruh penghuni pondok, "mantera" sakti Man Jadda Wajada (Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil) benar-benar ampuh memberikan suntikan motivasi yang luar biasa.

Rasanya aku tak sabar menunggu buku keduanya yang berjudul Ranah 3 Warna yang kabarnya akan terbit tanggal 23 Januari 2011 nanti.

Judul : Negeri 5 Menara
Penulis : A. Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 424 halaman
Cover : Soft Cover
Kategori : Fiksi
ISBN : 978-979-22-4861-6

26 komentar:

  1. chika juga suka banget novel ini mba

    mantranya juga :D

    BalasHapus
  2. man jadda wajada: barang siapa yang mau besungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasilnya".

    Semua kerja keras yang dibarengi niat tulus, insyaAllah jalan lebar akan dibukakan untuknya..

    saya juga pernah posting nih mbak:
    motivasi dari novel: NEGERI 5 MENARA.

    BalasHapus
  3. pagi yang indah untuk berkunjung ketempat sahabat...

    BalasHapus
  4. novelnya bagus tuh selamat yah....

    BalasHapus
  5. aku baca reviewnya dari sini aja mba...
    ditunggu lanjutannya.

    BalasHapus
  6. disana jadi ada keseimbangan antara urusan dunia n akherat, begitu?

    BalasHapus
  7. pesantren lembaga pendidikan tertua di indonesia yg bnyk melahirkan insan luar biasa di republik in, bravo pesantren

    BalasHapus
  8. tapi tergantung pesantrennya kok bu. untuk yang di pinggiran biasanya masih menganut sistem tradisional yang hanya menanamkan fanatisme dan tak boleh teracuni oleh yang lain-lain. sehingga santri malah menjadi rentan karena selalu diisolasi bukannya diimunisasi.

    BalasHapus
  9. Saya pernah dgr tntng buku ini dari mbak anaz, tapi blum sempat baca, Skrang udah dapat sdkit gambaran bagusny novel itu.:D

    BalasHapus
  10. walah, mbak reni ternyata dah tamat baca negeri 5 menara karya ahmad fuadi ini. salut deh, mbak! lanjut terus!

    BalasHapus
  11. kbetulan sudah baca buku ini bu, sgt inspiratif

    salam kenal,

    mohon do'a jg atas berita duka di http://kakmila.wordpress.com/2011/01/04/semangat-sembuh-untuk-sausan/

    BalasHapus
  12. referensi yang menarik saya jadi tertarik juga untuk membelinya ....
    Selamat sore mba Reni ....

    BalasHapus
  13. mantera "man jadda wajada" itu jauuh lebih sakti dari mantera mbah dukun manapun juga XD huehehe

    BalasHapus
  14. Iyaaaaaaaaaaaa sama.... nggak sabar nungguin buku ke dua nya mba' >.<

    BalasHapus
  15. mantep banget novelnya mbak... thanks untuk reviewnya...

    BalasHapus
  16. waaaah ada sambungan dari 5 menara ya mba
    ayo buruan ke toko buku

    BalasHapus
  17. wah buku yang bagus sepertinya nih
    kebetulan adik saya sedang pesantren :)

    BalasHapus
  18. saya juga udah mbaca mbak.. minjem punya adek saya. emang ceritanya bagus banget, salah satu novel indonesia terbaik yang berdasar kisah nyata. Ada lanjutannya kalo nggak salah yang akan diterbitkan : ranah 3 warna. jadi nggak sabar nunggunya

    BalasHapus
  19. salam
    keseimbangan pendidikan yang akan melahirkan manusia yang berkulitas di dunia dan akhirat

    BalasHapus
  20. aku cari ah sapa tau ada tempat atau orang yg bisa ku pinjemi novel ini..:D

    BalasHapus
  21. mbak saya juga ada cita2 menyekolahkan anak di pesantren yg kemaren saya kunjungi itu lho mbak :)

    BalasHapus
  22. @chika > sama dong.. *tos!*

    @Zainul > matra Man Jadda Wajada memang luar biasa ya?

    @T.Khairil > selamat datang di blogku

    @Rian > terima kasih kunjungannya

    @Mrpall > iya, novelnya benar2 bagus.

    @m.Narti > Insya Allah reviewnya dilanjutkan jika buku ke-2 sudah dibaca. Oya, sesuai dg apa yg diceritakan dlm buku itu memang ada keseimbangan antara dunia dan akherat.

    @Rahman > yups.. kita punya banyak pesantren yg tersebar di berbagai pelosok

    @Rawins > oh, jadi ada juga ya pesantren yg memisahkan kehidupan duniawi & akherat.

    @Embun > ayo, sekarang dibaca bukunya.

    @p.Sawali > bahkan Shasa-ku aja sudah tamat buku ini, pak.

    BalasHapus
  23. @Mey > setuju, memang inspiratif.

    @Rubiyanto > ayo, segera beli. gak bakaln rugi deh.

    @A Vip > yang lain itu apa?

    @Takuya > bener sekali... hahaha

    @inge > yuk kita nunggu bukunya terbit, gak lama lagi kok,

    @M.Goen > terima kasih kembali mas.

    @Bang atta > sekarang belum terbit Bang sambungannya.

    @Goyang Karawang > mungkin apa yg tertulis di buku itu juga dialami adiknya.

    @Gaphe > nunggunya gak lama lagi kok, tgl 23 Januari nanti terbit buku keduanya

    @Abeng > setuju... jangan mementingkan duniawi semata

    @Tukang colong > hahah... kok minjem sih? :p

    @M.Winny > oh, kemarin itu utk mendaftarkan putranya ke pesantren to mbak? Kok jauh amat?

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)