Rabu, 05 Januari 2011

Sebuah dasi

Minggu yang lalu aku berniat membelikan Shasa sebuah dasi, untuk ganti dasi sekolahnya yang sudah jelek. Sebenarnya aku sudah beberapa kali membelikannya dasi untuk sekolah, dan kali ini entah keberapa kalinya aku membelikan dasi lagi untuknya. Alasan mengapa aku sampai beberapa kali membelikan dasi paling sering karena tali dasi itu yang rusak (molor atau putus).

Saat aku masuk ke toko yang menjual dasi sekolah itu, Shasa ikut denganku. Setelah memilih-milih, aku mengambil 2 buah dasi untuk Shasa. Kupikir sekalian saja aku belikan dua, biar ada persediaan di rumah jika sewaktu-waktu dasi Shasa talinya molor atau putus lagi. Sambil menyerahkan kedua dasi itu kepada penjualnya, aku tanyakan berapa harga per bijinya dan dijawab bahwa harganya Rp. 3.000,- per biji.


Mendengar jawaban penjual itu, Shasa berbisik kepadaku dan mengatakan mengapa aku tak mengganti 1 buah dasi itu dengan dasi untuk anak laki-laki. Aku yang heran bertanya untuk siapa dasi laki-laki itu. Shasa menjawab kalau dasi itu akan diberikannya kepada teman sebangkunya.

Aku jadi teringat pembicaraanku dengan Shasa kurang lebih 2 minggu yang lalu. Saat itu Shasa bertanya kepadaku apakah harga sebuah dasi (sekolah) itu mahal. Saat itu aku jawab tidak. Kemudian aku bertanya mengapa dia menanyakan hal itu. Shasa lantas bercerita bahwa teman sebangkunya memakai dasi yang ada sablon nama sekolah lain (entah diperolehnya dari mana), dan agar sablonan itu tak terbaca, maka dasi itu sengaja dipakai terbalik.

Setelah mendengar penjelasanku bahwa harga sebuah dasi tidak mahal, dia heran mengapa teman sebangkunya itu tak membeli dasi baru saja daripada memakai dasi dari sekolah lain. Padahal menurut Shasa teman sebangkunya itu sebenarnya bukan termasuk anak dari keluarga tidak mampu.

Karena teringat dengan cerita Shasa itu, maka akhirnya aku mengganti sebuah dasi perempuan yang aku beli itu dengan sebuah dasi laki-laki. Setelah membayar, aku dan Shasa keluar dari toko itu dengan membawa sebuah dasi perempuan dan sebuah dasi laki-laki. Kedua dasi itu langsung kuberikan kepada Shasa.

Kemarin malam Shasa bercerita bahwa dasi itu sudah diserahkannya kepada teman sebangkunya. Shasa memberikan dasi itu sambil berkata, "nih hadiah untukmu". Teman sebangkunya itu senang waktu melihat Shasa memberinya dasi baru dan tanpa menunggu waktu lagi, dasi pemberian itu langsung dipakainya. Shasa pun senang sekali karena ternyata teman sebangkunya menerima pemberiannya dengan senang hati.

Dari sebuah dasi yang berharga hanya Rp. 3.000,- aku belajar bahwa perhatian itu mahal harganya, meskipun sebenarnya barang yang diberikan sebagai wujud perhatian murah harganya. Semoga saja sikap hangat dan perhatian Shasa kepada teman-teman dan lingkungannya tak akan terhapus oleh waktu. Amin.

23 komentar:

  1. Harus diakui pandi kadang kurang hangat dan memperhatikan keadaan lingkungan sekitar.. sesudah baca tulisan mba.. mungkin sudah waktunya pandi mulai memperhatikan orang yang terdekat dengan pandi.. terimakasih mba..

    BalasHapus
  2. biasanya sablon pada dasi: tut wuri handayani berikut logonya.
    kalau yg ada nama sekolahnya berarti khusus ya mba?

    pagi2 udah belajar banyak dari Shasa nih...
    makasih sharingnya mba.

    BalasHapus
  3. Ampun deh... Sasha bikin gemes. Sampe ke sana mikirnya...
    Anak pinter...

    Salam sayang dari BURUNG HANTU... Cuit... Cuit... Cuit...

    BalasHapus
  4. Dulu waktu aku SD, ibuku juga jarang beliiin dasi mbak, klo karetnya putus atau longgar biasanya diganti dengan karet yang baru sama ibuku, kecuali jika warna dasinya sudah pudar... baru diberikan yang baru. Wah Shasa udah makin pinter yah... perhatian bgt sama temannya :)

    BalasHapus
  5. Shasa tidak jauh beda dengan ibunya, yang mempunyai sikap hangat dan penuh perhatian, aku telah merasakannya juga seperti teman Shasa itu, maksih ya mbak...

    BalasHapus
  6. Shasa hebat... kecil-kecil sudah menunjukkan kepedulian pada sesama ^^ saluuuut ^^

    BalasHapus
  7. amin...sungguh indahnya...hidup di lingkungan seperti itu ya bu...seandainya saat ini di lingk kerjaku seperti itu....tidak saling menjatuhkan n' berusaha memperkeruh suasana....pasti akan nampak lebih indah.....

    BalasHapus
  8. shasa semoga jiwa malaikatmu akan selalu bersamamu hingga kau dewasa....

    BalasHapus
  9. Masih kecil sudah mempunyai sifat perhatian terhadap teman dan saling berbagi itu bagus mb.
    Saya juga senang sekarang Dini sudah mulai baik mau berbagi makanan dan mainan kepada teman2nya.
    Lain dulu sebelum ia masuk sekolah....pelitnya minta ampun.

    BalasHapus
  10. Benar Bunda bahwa perhatian yang tulus itu yang mahal dan berkesan. Salam untuk mbak Shasa nya.

    BalasHapus
  11. Aamiin... Shasa selain cantik rupanya jg baik hati.. Salam buat shasa2 ya mbak,, :)

    BalasHapus
  12. perhatian-perhatian kecil seperti ini yang sering sekali terlupakan oleh saya. :)

    BalasHapus
  13. ibu dan anak sama carenya terhadap orang lain , senangnya baca artikel ini

    BalasHapus
  14. perhatian yg menurut kita kecil, belum tentu dinilai kecil oleh org lain

    BalasHapus
  15. Benar juga ya mbak,
    Sebenarnya banyak sekali kesempatan di sekitar kita yang mungkin bisa kita bantu, tapi ternyata kita lebih sering tidak memperhatikannya,
    Padahal hal kecil yang kita bantu itu bisa benilai berharga bagi orang lain,, :D

    BalasHapus
  16. Shasa hebat yah, mampu berempati sama temennya.. setitik perhatian kadang bisa mengubah hidup seseorang

    BalasHapus
  17. Saya salut dengan empati adek Shasa. Salam muach muach ya Mbak, buat adek;

    BalasHapus
  18. wah ortunya pasti sibuk sekali hingga gak memperhatikan kebutuhan anaknya... perhatian kecil tapi bermakna ya Mbak^^

    BalasHapus
  19. @Pandi > tak ada salahnya mencoba utk lebih perhatian kepada sekitar kita

    @WAP Koes > kenapa dasinya, mas? :p

    @M.Narti > kebetulan ada sekolah yg menyablonkan nama sekolah di bag.depan dasi mbak.

    @Denuzz > Mungkin karena dia teman sebangku Shasa, jadi Shasa bisa lebih peduli.

    @IbunyaChusaeri > sayang dasi2 yang banyak dijual sekarang talinya berasal dari elastis yg gampang molor/putus. Kalau talinya dari kain (spt gambar di atas) sepertinya akan lebih awet deh.

    @M.Sukma > terima kasih kembali, mbak... ^_^

    @Inge > belajar dari kecil, mbak.. semoga saja saat besar nanti tak luntur termakan waktu. Amin.

    @Nyit2 > mari kita memulai utk saling peduli pada lingkungan kita mbak.. ^_^ semoga saja menjadi lebih indah dan damai.

    @Rahman > Amin... terima kasih doanya.

    @M.Mul > itulah salah satu manfaat yg dapat diambil dari bergaul dg teman2 dari berbagai golongan di sekolahnya mbak. Salam utk Dini ya..

    @Abi Sabila > Salamnya sudah tersampaikan... karena Shasa baca postingan ini kemarin, Abi. ^_^

    @Embun > Amin... Salam sudah sampai kok.

    @Raja > belajar utk memberikan perhatian dimulai dari hal2 yg kecil ya? Dan lihatlah apa yg akan terjadi kemudian.

    @Bang Munir > alhamdulillah jika tulisan ini membuat senang Bang Munir.

    @tutorial > bener, besar atau kecil itu relatif ya..?

    @Masyhury > kita akan senang bila bisa berarti bagi orang lain, kan?

    @gaphe > sedikit bagi kita, ternyata besar/banyak bagi orang lain ya..?

    @Masbro > Insya Allah salamnya akan aku sampaikan.

    @Alice > mungkin juga begitu, shg ortunya tak tahu kalau anaknya butuh dasi baru. hehehe

    BalasHapus
  20. waaaaaaaah...salut deh sama shasa,
    memang kadang karena kesibukan,
    sebuah perhatian kecil yang sangat dibutuhkan pun jadi terlupakan...

    mencari yang besar,
    tapi yang kecil terlewatkan....

    BalasHapus
  21. @emje > padahal sebenarnya kebahagiaan berasal dari hal2 yg kecil bukan? Semoga kita tak sampai melewatkan hal2 kecil spt itu.

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)